Seusai
mencangkul di sawah, Sarikhuluk dan para “pekerja sawah bayaran” lainnya
duduk-duduk di gubuk kecil tempat para petani biasa beristirahat. Mereka sedang
asyik menikmati makanan istirahat mereka. Meskipun sangat sederhana-hanya nasi
jagung dan ikan asin plus sambal- rasanya begitu nikmat dan mencairkan suasana.
Mereka terlihat riang bahagia. Ternyata keriangan dan kegembiraan tak selalu
diperoleh dari hal-hal yang mahal. Seusai makan-makan, ada teman Sarikhuluk
yang bernama Margono mengeluhkan iklan rokok yang baru-baru ini diganti.
Margono sambat(di sela-sela menikmati rokok kretek): “Cak, kalau dulu iklan
rokok cuman, ‘Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi dan
Gangguan Kehamilan dan Janin’, tapi sekarang lebih sangar dan begitu to the
point : ‘Rokok Membunuhmu’. Tambah-tambah aneh saja Cak. Secara hukum
jelas-jelas masih debatable dan peringatan yang lama juga masih agak
lucu, tambah sekarang dikeluarkan peringatan, yang menurutku cukup pekok
seperti tadi. Hus....makin tak mudeng aja aku iki Cak...Cak”.
“Iya
Cak....Bener aku ga ngrokok.....tapi mendengar kalimat peringatan seperti tadi
menurutku berlebihan. Kalimat, ‘Rokok Membunuhmu’ itu kan kalimat langsung.
Kalau itu benar-benar dipercaya, seolah-olah rokok menjadi ‘Pesaing
Pengeran(Tuhan)’. Kalau rokok bisa membunuh, apalagi pembuat rokok, malah
tambah lebih sakti. Lha piye wong
rokok kok membunuh. Masih mending peringatan sebelumnya yang masih menggunakan
kata, ‘menyebabkan’ lha yang ini langsung saja tanpa penjelas. Rokok itu
cuma sebab atau faktor, faktor dan sebab tak ada hubungannya dengan ‘membunuh’ lha
yang bikin rokok saja ndak mempunyai kemampuan secanggih itu kok yang dibuat
malah secanggih itu. Ora mudeng aku” tambah Satuman memperjelas. “Rek....
rada cerdas dikik gitu lho. Maksude kalimat itu secara subtansi sebenarnya
bukan mengatakan rokok punya kemampuan membunuh. Maksude dengan
mengonsumsi rokok secara berlebihan, maka akibatnya bisa fatal. Akibat paling
fatal ialah ketika sampai membuat orang mati. Ibarat Ilmu Tafsir nih yah,
peringatan sebelumnya itu sebagai penjelas dari kalimat yang baru. Jadi
menurutku sudah betul, dan sangat jelas supaya orang-orang takut sama rokok”
sahut Wargimen dengan nada tak setuju.
Kemudian
giliran Sarikhuluk berkomentar: “Konco-konco ..... sebelum aku
berkomentar terhadap isu terbaru perihal rokok mari kita jernihkan hati dan
pikiran terlebih dahulu, supaya ketika memperbincangkan rokok, kita terhindar
dari klaim-klaim keputusan yang irasional dan tak obyektif. Sekarang gini,
kalau kita berbicara masalah rokok, kita tidak bisa memisah-misahkan
satuan-satuan yang berkaitan erat dengan rokok. Rokok hanyalah produk. Di sana
masih ada: Pengusaha Rokok, Pabrik Rokok, Pekerja/Karyawan Pabrik Rokok – yang
kesemuanya bisa dimasukkan dalam kategori produsen-, kemudian ada yang namanya
Penjual Rokok dan Konsumen Rokok. Jadi menurutku, kalau membicarakan rokok
hanya berkutat pada rokoknya saja, maka sangat rawan menghasilkan kesimpulan
yang prematur. Kalau kesimpulannya tidak begitu matang, yang ada nanti akan
menimbulkan persoalan-persoalan baru yang akhirnya menyulitkan pembuat
kesimpulan”.
Sarikhuluk
melanjutkan, “Aku ga akan jawab secara instan, tapi aku ingin memancing kalian
dengan pertanyaan-pertanyaan yang subtansial: Kalau memang rokok itu bahaya,
kenapa masih dijual? Bukankah negara juga menikmati hasil dari pajak perusahaan
rokok? Bukankan yang membahayakan bukan hanya rokok saja, kenapa hanya rokok
yang mendapat label peringatan seperti itu? Kalian tahu mengapa terjadi
perubahan secara drastis berkaitan dengan kalimat peringatan yang ada di rokok?
Solusi apa yang akan kamu berikan, pada Pekerja Rokok dan Petani Tembakau, jika
rokok memang harus ditiadakan? Bukankah banyak sekali realita yang samasekali
menyalahi hasil dari peringatan yang ada dirokok? Adakah kemungkinan bahwa
pelarangan rokok itu dikarenakan adanya persaingan antara perusahaan farmasi
dan perusahaan tembakau? Tolong dipelajari lebih dalam lagi berbagaimacam hal
yang berkaitan dengan rokok. Kemudian apa sudah diadakan penelitian secara
ilmiah dan transparan mengenai dampak secara nyata berkaitan dengan dampak
negatif rokok? Kalau kamu percaya sama media, aku tanya lagi, lha media itu
punya siapa? Media adalah milik pemenang. Siapa yang menang dialah yang
memiliki media. Nah, sekarang yang punya media, lebih cendrung pada pelarangan
rokok apa sebaliknya? Atau ternyata larangan itu cuman basa-basi? Jadi
menurutku untuk menjawab persoalan rokok tidak cukup hanya didekati dengan
pendekatan hukum-normatif, tapi juga perlu pendekatan lain yang sangat
berkaitan dengan rokok. Menghukumi persoalan lebih gampang daripada mencari
solusi dari persoalan. Makanya menurut hemat ku, tetap saja beraktivitas
seperti biasa. Yang ngerokok ya ngroko`o, yang ndak ya ndak apa-apa. Cuman
harus tahu diri. Kalau dengan rokok membuat kamu lemah dan sakit ya lereno(berhentilah)
kalau ternyata sehat-sehat saja ya terus saja ndak apa-apa. Kalian tahu kan
Pakde Sarijan yang sampai berusia 90 tahun, Perokok Sejati, masih sehat-sehat saja
dan tak ada halangan kesehatan”. Bahkan ulama kawakan macam Buya Hamka pun juga
Perokok.
“Doh
adoh..... Poseng tang cetak (Aduh-aduh pusing kepala saya) di rumah sudah
banyak masalah, eh ditambah iklan yang ga memberi pencerahan. Wes lah ga usah
diteruskan Cak. Paling-paling yang membuat aturan juga terpingkal-pingkal
sendiri, gimana ga terpingkal takiye wong Rokok kok membunuh.
Kalau rokok itu membunuh, pasti orang yang menghisap langsung mati seketika. Lha
kalau begitu mati kabbih (semua) berjuta-juta orang di bumi yang
merokok. Buktinya ndak tuh” sergah Matrawi, Pekerja Tani Bayaran asal Madura.
“Iya Cak, masalah ini tidak akan ada ujung pangkalnya. Dari dulu sampai
sekarang, meski diberi peringatan sedemikian rupa efeknya juga ga begitu
signifikan. Sekarang lebih bahaya mana coba antara rokok dengan polusi udara
yang diakibatkan oleh asap-asap dari knalpot. Kenapa knalpot tidak diberi
tulisan: Knalpot dapat menyebabkan penyakit Paru-paru..... dan seterusnya/
Knalpot Membunuhmu. Hadehhhh......Masalah bangsa semakin kompleks, malah
diperkeruh dengan masalah yang ndak ada ujung pangkalnya” tambah Sutaji. “Wes
sekarang gini aja, kita lanjut aja nyangkulnya, masalah rokok ga usah dimasukin
hati dan pikiran kalian....lagian itu juga bukan wewenang kita. Yang
berwenangpun apa punya ketegasan? Yang tegaspun apa mau mengeluarkan
ketegasannya? Terlalu banyak intrik dan konspirasi dalam hidup ini. Kita jangan
sampai kalah dengan masalah rokok. Justru masalah rokok kita kelolah sedemikian
rupa hingga menimbulkan output yang tidak mencederai masing-masing
pihak. Caranya bagaimana? Sekali lagi itu bukan wewenang kita. Kita hanyalah
obyek bukan subyek perubahan. Yang penting sedapat mungkin kita berusaha
bermanfaat, minimal tidak membuak kerusakan. Ayo...Ayo kita nyangkul lagi” ajak
Sarikhuluk.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !