Judul Resensi : Menderu Gelombang Perubahan Menuju Indonesia Gemilang
Judul Buku
: Gelombang Ketiga Indonesia:
Peta Jalan Menuju Masa Depan
Kategori
: Politik
Pengarang : Muhammad Anis Matta, Lc.
Penerbit :
The Future Institute
Alamat Penerbit : Jl. Dukuh Patra V No. 48 Parta Residen Kuningan Jakarta 12870
Indonesia
Edisi Cetakan : Cetakan Pertama
Bulan/Tahun Terbit : Maret 2014
Tebal Buku : 128 Halaman
Harga Buku : 40.000
Membincang perpolitikan di
Indonesia sepanjang sejarah pertumbuhan dan perkembangannya, merupakan
perbincangan yang menarik sekaligus pelik. Pasalnya, kesatuan visi, cita-cita
kemerdekaan, bias-bias polarisasi politik, konflik, intrik, kontradiksi
pemikiran, konflik ideologi dan pluralitas pemahaman begitu mewarnai lanskap
perpolitikan Indonesia di sepanjang sejarah. Didalamnya banyak dijumpai
realitas yang menggambarkan kerumitan dan kepelikannya. Sewaktu bangsa
Indonesia masih dalam dominasi kolonial Belanda, cita-cita politik rakyat hanya
satu yaitu, merebut kemerdekaan. Namun ketika sudah diraih, maka konflik
horisontal antar pejuang kemerdekaan, khususnya dalam dunia politik Indonesia
tak dapat dielakkan. Pada masa ini, bangsa-negara Indonesia berusaha mencari ideologi
yang kompatibel untuk dijadikan asas bersama dalam suatu negara. Realitas
sejarah pada masa ini memberikan ‘gambaran getir’ betapa ada ketegangan serius
antara agama dan negara; antara agama dan kemodernan, sehingga konflik-konflik fisik
maupun non fisik pun tak bisa dihindarkan untuk menentukan ideologi
setepat-tepatnya. Di dalamnya ada Orde Lama yang terlalu fokus pada masalah
kedaulatan negara sehingga kesejahteraan tak begitu terurus; ada Orde Baru yang
terlalu fokus pada kesejahteraan dan pembangunan sehingga kedaulatan dan
kebebasan terpasung, sampai pada Masa Reformasi yang menempatkan rakyat dan
media sebagai ‘pemeran utama’, sehingga terjadi keseimbangan, atau boleh
dikatakan ‘proses penyeimbangan’ antara kedaulatan politik dan kesejahteraan
rakyat. Kesemuanya merupakan entitas sejarah perpolitikan Indonesia.
Pertanyaan yang mendasar yang
perlu dijawab dengan segera ialah mau diarahkan kemana negara Indonesia masa
depan? Apakah kemoderan, keindonesiaan, dan agama bisa disatukan untuk
menciptakan negara yang sejahtera adil dan berperadaban tinggi?, atau
sebaliknya malah menjadi momok bagi terciptanya orientasi luhur itu? Apakah
antara agama dan kemodernan bisa bersinergi jadi satu? Bahkan apakah ketiga
unsur antara negara, agama dan kemodernan bisa berjalinkelindan, sehingga bisa menciptakan
keselarasan dan keharmonisan? Sejauh mana peran aktivis politik dalam
menentukan arah perbaikan pada masa generasi muda –generasi produktif- yang
secara demografis mendominasi penduduk Indonesia saat ini? Apakah potensi
demografis ini bisa dimanfaatkan dengan baik sebagai peluang untuk menatap masa
depan Indonesia yang gemilang? Atau hanya akan menjadi potensi yang menguap percuma
di udara karena tidak dimanfaatkan dengan baik? Mungkinkah
ketegangan-ketegangan sepanjang sejarah perpolitikan Indonesia
ditransformasikan menjadi semacam ‘dinamika positif’ menuju perubahan Indonesia
yang cemerlang di kemudian hari? Masih relevankah pertentangan antara agama,
negara dan kemodernan, dalam kancah perpolitikan Indonesia? Apakah hubungan
ketiganya selalu dikotomis? Pertanyaan-pertanyaan itulah barangkali yang
menjadi kegelisahan dan perenungan penulis selama bertahun-tahun aktif dalam
dunia dakwah dan politik. Dalam tulisan ini, penulis berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jawaban-jawaban yang kaya diskursus dan
perlu didiskusikan secara mendalam untuk memperkaya khazanah perpolitikan
Indonesia sekaligus sebagai semacam usaha untuk memetekan masa depan Indonesia
gemilang.
Buku yang berjudul: Gelombang
Ketiga Indonesia ini, ditulis oleh Muhammad Anis Matta yang lahir di Bone,
Sulawesi Selatan, 7 Desember 1968. Beliau menjabat sebagai presiden Partai
Keadilan Sejahtera(PKS) sejak diangkat pada 1 Februari 2013. Sebelumnya, ia
adalah sekretaris jenderal partai tersebut sejak berdiri dengan nama Partai
Keadilan pada 1998. Anis menjadi anggota DPR RI pada periode 2004-2009 dan
2009-2014 (Ia menjadi wakil ketua DPR RI pada periode kedua yang mengoordinasi
bidang ekonomi dan keuangan). Pendidikan S-1 ia rampungkan di Lembaga Ilmu
Pengetahuan Islam dan Arab(LIPIA), Jakarta pada 1992. Pernah menjadi dosen
agama Islam di program Ekstension FE Universitas Indonesia. Pernah diundang
menjadi peserta program pemimpin muda oleh American Council dor Young Political
Leader(ACYPL) di Amerika Serikat, lalu mengikuti pendidikan di Kursus Singkat
Angkatan ke-9 Lemhanas(2001). Diantara karya tulisnya ialah: Membentuk Karakter
Cara Islam(2003), Mencari Pahlawan Indonesia(2004), Dari Gerakan Menuju
Negara(2006), Integrasi Politik dan Dakwah(2007), Serial Cinta(2008) dan
Delapan Mata Air Kecermelangan(2009).
Buku, ‘Gelombang Ketiga Indonesia’
ini merupakan catatan perenungan, kegelisahan, ketegangan, bahkan perbenturan
penulis sepanjang menjadi aktivis dakwah sampai akhirnya masuk ke dunia
politik. Sejak kecil hingga aktif di dunia politik, Ia sudah mengalami
pengalaman yang begitu banyak. Ia pernah berinteraksi dengan banyak komunitas
yang plural sejak kecilnya; seperti kristen, NU, Muhammadiyah, ‘Wahabi’, dan
lain sebagainya. Di satu sisi pengalaman interaksi yang begitu heterogen ini membuatnya
‘kaya sudut pandang’ dalam memahami realitas bangsa Indonesia yang begitu
beragam; di sisi lain, pada saat yang sama, Ia juga merasakan kegelisahan, ketegangan
bahkan perbenturan selama Ia menjalani interaksi. Kegelisahan dan ketegangan
yang ia rasakan, berkaitan dengan agama, kemodernan dan keindonesiaan. Kegelisahan-kegelisahan
itu akhirnya dapat tertuang dalam karya terbarunya ini dengan prespektif baru, perspektif
unik, cara pandang segar yang dibungkus dengan bingkai perenungan yang bernas, mendalam
dan menarik untuk didiskusikan. Ia melihat Indonesia dengan ‘sudut pandang
sejarah’ yang anyar.
Menurut Ust. Anis, perjalanan
negara-bangsa Indonesia dalam prespektif sejarah, bisa dibagi menjadi tiga
gelombang yaitu: menjadi Indonesia, menjadi negara-bangsa modern, dan yang
terakhir ialah yang Ia sebut sebagai Gelombang Ketiga Indonesia -namanya masih dalam
penelitian- yang memiliki nilai-nilai orientasi kemanusiaan, pencarian makna
kualitas hidup, dan melampaui individualisme. Anis sangat optimis dalam menatap
masa depan Indonesia. Gelombang Ketiga Indonesia merupakan `narasi cerdas` yang
membincangkan Indonesia sebagai bangsa dan negara yang bukan hanya mempunyai
orientasi politis-kenegaraan tetapi juga kemanusiaan-peradaban. Anis mempunyai
obsesi besar, bahwa potensi bangsa yang demikian besar ini jangan hanya
diarahkan pada sekadar kepentingan teritorial negara dan bangsa Indonesia saja,
tetapi harus bermetamorfosa sebagai negara yang berorientasi peradaban untuk
kesejahteraan manusia. Saatnya Indonesia bangkit melalui gelombang ketiga untuk
membuat perubahan signifikan menuju Indonesia gemilang, sejahtera dan
berperadaban.
Buku ini ditulis dengan gaya
tulisan ilmiah dan diperkaya dengan realita-realita sejarah dengan sudut
pandang berbeda. Secara umum buku ini sangat bagus dan cocok bagi para pecinta
tema politik, atau yang secara langsung terjun dalam politik praktis. Anis
Matta menggunakan ‘pisau analisa sejarah’ untuk menggambarkan gelombang
perubahan perpolitikan Indonesia. Memang sebagaimana kata penulis, buku ini
masih banyak kekurangan, dan belum bisa dikatakan sempurna. Namun paling tidak
bisa dijadikan sebagai wacana untuk memetakan orientasi perpolitikan Indonesia
ke depan, yang mendapatkan keuntungan faktor demografis. Sejatinya pada
gelombang ketiga nanti, -sebagaimana persepsi penulis- ketegangan-ketegangan
yang selama ini terjadi akan reda dan bisa dijadikan sebagai energi perebuhan
yang positif bagi bangsa dan negara; ketegangan-ketegangan yang selama ini
terjadi antara agama, negara dan kemodernan sudah tak relevan lagi untuk
dipertentangkan pada gelombang ketiga. Pada epilog buku penulis memungkasi: “Kini,
kerja keras kita harus difokuskan untuk mentransformasikan Indenesia menjadi
entitas peradaban sehingga kita dapat menjadi kekuatan arus utama yang ikut
berperan menata masalah umat manusia di muka bumi ini. Insyaallah”. Ya saatnya
kita memupuk kesadaran untuk menjadi katalisator bagi masa depan Indonesia yang
lebih maju, sejahtera, agamis dan berperadaban tinggi. Maukah anda menjadi
bagian dari katalisator perubahan gelombang ketiga Indonesia? Silahkan membaca
dan silahkan berjuang untuk mewujudkannya.
Sumengko,
Rabu 14 Mei 2014/16:18
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !