Takhrij secara bahasa berasal dari
timbangan kharraja-yukharriju-takhriijan dari akar kata(خ ر ج)
maknanya berkisar pada “muncul, nampak, keluar”. Misalnya خَرَجَ خَوَارِجُ فُلاَنِ(telah
nampak/keluar keunggulan si fulan). Contoh yang lain ialah:
السَّماءُ خروجاً وَخَرَجَتِ(Langit
cerah/nampak jelas setelah mendung).
Sedangkan secara istilah, takhrij
berarti: Menisbahkan(menghubungkan) hadits-hadits pada orang-orang yang
meriwayatkanya dari kalangan ulama hadits dalam kitabnya disertai dengan
penetapan hukumnya.
B.
Tujuan:
Tujuan men-takhrij hadits ialah
sebagai berikut: Mengetahui sumber hadits dan keadaanya dari sisi diterima dan
tidaknya hadits.
C.
Faidah-Faidah:
Diantara manfaat-manfaat men-takhrij
hadits ialah sebagai berikut:
I.
Secara global :
1.
Mengumpulkan/menghimpun jalur riwayat keluarnya hadits.
2.
Mungumpulkan lafadz matan hadits.
II. Secara rinci :
1.
Mengetahui sumber hadits.
2.
Mengumpulkan lebih banyak bilangan sanad-sanad hadits.
3.
Mengetahui kondisi sanad dengan mengikuti jalur-jalur sanad
hadits.
4.
Mengetahui kondisi(hukum) hadits berdasarkan banyaknya jalur
riwayat.
5.
Terangkatnya hukum hadits dengan banyaknya riwayat.
6.
Mengetahui hukum-hukum dan pendapat-pendapat para imam ahli
hadits dalam menetapkan status hadits.
7.
Menguak rawi yang Muhmal[1].
8.
Menentukan hadits yang mubham[2](samar,
tidak jelas).
9.
Hilangnya `an`anah[3]
dalam hadits.
10. Menghilangkan kekhawatiran kita dari
riwayat rawi yang ikhtilaath(akalnya rusak).
11. Menentukan kunyah, laqab dan nisbah
rawi yang belum ditentukan.
12. Mengetahui tambahan dalam suatu
riwayat.
13. Menjelaskan makna yang asing.
14. Lenyapnya hukum hadits yang syadz[4].
15. Menjelaskan mudraj[5].
16. Menjelaskan kekurangan(lupa menyebutkan
sebagian hadits).
17. Mengungkap kekhilafan dan kesalahan
para perowi hadits.
18. Mengetahui riwayat dengan lafadz
aslinya.
19. Menjelaskan waktu dan tempat terjadinya
peristiwa.
20. Menjelaskan nama-nama rawi-rawi.
21. Mengetahui kesalahan naska/manuskrip.
D.
Diantara contoh-contoh yang menjelaskan
manfa`at takhrij hadits.
Ada riwayat yang berbunyi demikian:
عَنِ الْمُغِيرَةِ
بْنِ شُعْبَةَ قَالَ وَضَّأْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فِى غَزْوَةِ تَبُوكَ
فَمَسَحَ أَعْلَى الْخُفَّيْنِ وَأَسْفَلَهُمَا.
Jika kita menggunakan metode takhrij hadits maka
jelaslah bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Dawud, ibnu
Majah dan yang lainya.
Dari ketiga kitab ini akan saya takhrij kemudian akan
saya jelaskan faidah-faidah yang saya dapatkan dari takhrij hadits:
-
Imam Tirmidzi berkata:
حدثنا أبو الوليد
الدمشقي حدثنا الوليد بن مسلم أخبرني ثور بن يزيد عن رجاء بن حيوة عن كاتب المغيرة
عن المغيرة بن
شعبة : أن النبي صلى الله عليه و سلم مسح أعلى الخف وأسفله
-
Imam Abu Dawud berkata:
حَدَّثَنَا مُوسَى
بْنُ مَرْوَانَ وَمَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ الدِّمَشْقِىُّ - الْمَعْنَى - قَالاَ حَدَّثَنَا
الْوَلِيدُ - قَالَ مَحْمُودٌ –أَخْبَرَنَا
ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ
عَنْ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ عَنْ كَاتِبِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنِ الْمُغِيرَةِ
بْنِ شُعْبَةَ قَالَ وَضَّأْتُ النَّبِىَّ
-صلى الله عليه وسلم- فِى غَزْوَةِ تَبُوكَ
فَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ وَأَسْفَلَهُمَا.
- Imam Ibnu Majah berkata:
حَدَّثَنَا هِشَامُ
بْنُ عَمَّارٍ ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ ، حَدَّثَنَا ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ
، عَنْ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ ، عَنْ وَرَّادٍ كَاتِبِ
الْمُغِيرَةِ بْنِ
شُعْبَةَ ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ , أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ
وسَلَّمَ مَسَحَ أَعْلَى الْخُفِّ ، وَأَسْفَلَهُ.
Dari contoh ini dapat
kita ketahui manfa`at takhrij:
1.
Dengan takhrij kita bisa mengetahui jumblah orang
yang meriwayatkan hadits ini dari kalangan imam ahli hadits. Dalam contoh ini
kita ketahui bahwa yang meriwayatkan hadits ialah Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah.
2.
Kedua syekh dari Abu Dawud meriwayatkan hadits ini dari
(al-Walid) secara muhmal akan tetapi pada riwayat Tirmidzi dan ibnu
Majah disebutkan secara jelas bahwa namanya ialah(al-Waliid bin Muslim).
3.
كاتب المغيرة(Juru Tulis
al-Mughirah) diriwayatkan secara mubham dalam riwayat Tirmidzi dan Abi
Dawud sedangkan dalam riwayat ibnu Majah diriwayatkan secara jelas bahwa nama
juru tulis tersebut ialah(Warraad).
4.
Setelah Tirmidzi meriwayatkan hadits ini, ia berkomentar, ”Hadits
ini Ma`lul[6]tidak
ada yang meriwayatkan hadits itu kepada Tsaur bin Yazid, selain al-Walid bin
Muslim. Dan aku bertanya pada Abu Zur`ah dan Muhammad bin Isma`il[7]
tengtang hadits ini, keduanya menjawab, “Tidak shahih” karena ibnu al-Mubaarak
meriwayatkan ini dari Tsaur dari Rajaa` bin Hayawah ia berkata, “diceeritakan
padaku dari juru tulis al-Mughirah-Mursal-dari Nabi saw.dan tidak disebutkan
padanya al-Mughirah”
5.
Setelah meriwayatkan hadits ini Abu Dawud berkata, “Telah
sampai khabar kepadaku bahwa Tsaur tidak mendengar hadits ini dari Rajaa`”
6.
Riwayat Abu Dawud menjelaskan sejarah penetapan hadits ini
yaitu pada perang Tabuk.
7.
Pada nuskhah(manuskrip) Abu Dawud terdapat ungkapan(فَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ (وَأَسْفَلَهُمَا setelah dicek pada riwayat Tirmidzi dan
ibnu Majah jelaslah bahwa pada ungkapan yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut
terjadi kesalahan cetak yang benar ialah(فَمَسَحَ أَعْلَى
الْخُفَّيْنِ وَأَسْفَلَهُمَا).
8.
Jika dibandingkan antara ketiga kitab tersebut-Sunan
Tirmidzi, Abu Dawud dan ibnu Majah-dengan apa yang ada pada riwayat Baihaqi dan
ditambah dengan membaca kita at-Talkhisu al-Khabir karya ibnu Hajar maka
akan diketahui lebih banyak lagi manfaat. Tapi saya cukupkan sekian saja.
E.
Cara men-takhrij hadits secara
global:
Untuk
men-takhrij hadits secara global ialah sebagai berikut:
1.
Takhrij
berdasarkan awal mula matan hadits.
Diantara kitab yang dipakai men-takhrij
dengan model ini ialah:
1.
الجامع الصغير
من حديث البشير النذير karya imam Suyuthi
2.
الفتح الكبير في
ضم الزيادة إلى الجامع الصغير Karya imam
Suyuthi
3.
جمع الجوامع/الجامع الكبير Karya imam Suyuthi
4.
الجامع الأزهر من جديث النبي الأنور Karya
syekh al-Manaawi
5.
هداية البارى إلى ترتيب أحاديث البخاري Karya
syekh `anbar at-Thahawai
2.
Takhrij
hadits berdasarkan lafadz hadits.
Kitab yang dipakai ialah: المعجم المفهرس
لألفاظ الحديث النبوي karya فنسنك dan
beberapa orientalis disertai Muhammad Fua`d Abdul Baqi.
3.
Takhrij berdasarkan
rawi yang paling atas
Kitab-kitab
yang dipakai ialah:
1.
تحفة الأشراف Karya imam
al-Mizzi
2.
النكت الظراف
على الأطراف karya ibnu
Hajar al-Asqalani
3.
ذخائر المواريث
في الدلالة على مواضع الحديث karya imam
Abdul Ghani bin Ismail an-Nabilisi
4.
مسند المسند
الإمام أحمد karya imam
Ahmad bin Hanbal
4.
Takhrij
berdasarkan tema/maudlu` hadits.
Diantara kitab-kitab yang dipakai ialah
sebagai berikut:
1.
كنز العمال
للهند
2.
منتخب كنز
العمال للهند
3.
مفتاح كنوز
السنة للفنسنك
4.
المغني عن حمل الأسفار للعراقي
5.
نصب الراية للزيلعي
6.
الدراية لابن حجر
7.
التلخيص الحبيرلابن حجر
8.
منتقى الأخبار لابن تيمية
9.
بلوغ المرام لابن حجر
10. تقريب
الأسانيد للعراقي
11. الترغيب
والترهيب للمنذري
12. الزواجر
لابن حجر الهيتمي
13. الدر
المنثور للسيوطي
14. فتح
القدير للشوكاني
15. تفسير
ابن كثير
16. الكاف
الشاف لابن حجر
17. الخصائص
الكبرى للسيوطي
18. مناهل
الصفا للسيوطي
19. سبل
الهدى والرشاد للشامي
20. سيرة
ابن كثير
5.
Takhrij
hadits berdasarkan sifat hadits
Diantara kitab-kitab yang dipakai
ialah:
1.
الأزهار
المتناثرة في الأخبار المتواترة للسيوطي
2.
الاتحافات
السنية في الأحاديث القدسية للمدني
3.
الأحاديث
القدسية للجنة القران و الحديث
4.
المقاصد الحسنة
للسخاوي
5.
كشف الخفا
للعجلوني
6.
المراسيل لأبي
داود
7.
تنزيه الشريعة
لابن عراق
8.
المصنوع للقارى
[1]
. Muhmal ialah seorang rawi meriwayatkan dari dua orang rawi yang mempunyai
nama diri, nama bapak yang sama tanpa
menjelaskan perbedaan keduanya(Mahmud Thahhan, Taisir Musthalah al-Hadits,
bab Ma`rifatur Ruwaat, hal 114).
[2].
Mubham ialah rawi yang disamarkan namanya dalam suatu matan atau sanad
atau yang ada hubunganya dengan periwayatan hadits(Mahmud Thahhan, Taisiirul
Musthalah al-Hadits, bab Ma`rifatur Ruwat, hal 115).
[3]
. `An`anah ialah meriwayatkan hadits dari syekh dengan lafadz `an(dari).
[4]
. Syadz ialah rawi tsiqah(kepercayaan) menyalahi riwayat orang
yang lebih tsiqah darinya.
[5]
. Mudraj ialah hadits yang dirubah konteks sanadnya atau menambahkan
pada sanad yang bukan darinya tanpa memisahkannya.
[6]
.Ma`,ul ialah hadits yang secara dzahirnya shahih tapi setelah diteliti
ternyata ada cacat yang dapat merusak keshahihanya.
[7]
. Maksudnya ialah syekh Bukhari
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !