Home » » Ilmu Takhrij Hadits

Ilmu Takhrij Hadits

Written By Amoe Hirata on Kamis, 29 Mei 2014 | 21.27

A.    Definisi:

Takhrij secara bahasa berasal dari timbangan kharraja-yukharriju-takhriijan dari akar kata(خ ر ج) maknanya berkisar pada “muncul, nampak, keluar”. Misalnya خَرَجَ خَوَارِجُ فُلاَنِ(telah nampak/keluar keunggulan si fulan). Contoh yang lain ialah:
السَّماءُ خروجاً وَخَرَجَتِ(Langit cerah/nampak jelas setelah mendung).
            Sedangkan secara istilah, takhrij berarti: Menisbahkan(menghubungkan) hadits-hadits pada orang-orang yang meriwayatkanya dari kalangan ulama hadits dalam kitabnya disertai dengan penetapan hukumnya.

B.     Tujuan:

Tujuan men-takhrij hadits ialah sebagai berikut: Mengetahui sumber hadits dan keadaanya dari sisi diterima dan tidaknya hadits.

C.    Faidah-Faidah:

Diantara manfaat-manfaat men-takhrij hadits ialah sebagai berikut:
I.        Secara global         :
1. Mengumpulkan/menghimpun jalur riwayat keluarnya hadits.
2. Mungumpulkan lafadz matan hadits.
            II.   Secara rinci           :
1.      Mengetahui sumber hadits.
2.      Mengumpulkan lebih banyak bilangan sanad-sanad hadits.
3.      Mengetahui kondisi sanad dengan mengikuti jalur-jalur sanad hadits.
4.      Mengetahui kondisi(hukum) hadits berdasarkan banyaknya jalur riwayat.
5.      Terangkatnya hukum hadits dengan banyaknya riwayat.
6.      Mengetahui hukum-hukum dan pendapat-pendapat para imam ahli hadits dalam menetapkan status hadits.
7.      Menguak rawi yang Muhmal[1].
8.      Menentukan hadits yang mubham[2](samar, tidak jelas).
9.      Hilangnya `an`anah[3] dalam hadits.
10.  Menghilangkan kekhawatiran kita dari riwayat rawi yang ikhtilaath(akalnya rusak).
11.  Menentukan kunyah, laqab dan nisbah rawi yang belum ditentukan.
12.  Mengetahui tambahan dalam suatu riwayat.
13.  Menjelaskan makna yang asing.
14.  Lenyapnya hukum hadits yang syadz[4].
15.  Menjelaskan mudraj[5].
16.  Menjelaskan kekurangan(lupa menyebutkan sebagian hadits).
17.  Mengungkap kekhilafan dan kesalahan para perowi hadits.
18.  Mengetahui riwayat dengan lafadz aslinya.
19.  Menjelaskan waktu dan tempat terjadinya peristiwa.
20.  Menjelaskan nama-nama  rawi-rawi.
21.  Mengetahui kesalahan naska/manuskrip.

D.    Diantara contoh-contoh yang menjelaskan manfa`at takhrij hadits.

Ada riwayat yang berbunyi demikian:
عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ وَضَّأْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فِى غَزْوَةِ تَبُوكَ فَمَسَحَ أَعْلَى الْخُفَّيْنِ وَأَسْفَلَهُمَا.
Jika kita menggunakan metode takhrij hadits maka jelaslah bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Dawud, ibnu Majah dan yang lainya.
Dari ketiga kitab ini akan saya takhrij kemudian akan saya jelaskan faidah-faidah yang saya dapatkan dari takhrij hadits:
-          Imam Tirmidzi berkata:
حدثنا أبو الوليد الدمشقي حدثنا الوليد بن مسلم أخبرني ثور بن يزيد عن رجاء بن حيوة عن كاتب المغيرة
عن المغيرة بن شعبة : أن النبي صلى الله عليه و سلم مسح أعلى الخف وأسفله
-          Imam Abu Dawud berkata:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ مَرْوَانَ وَمَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ الدِّمَشْقِىُّ - الْمَعْنَى - قَالاَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ - قَالَ مَحْمُودٌ –أَخْبَرَنَا
ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ عَنْ كَاتِبِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ وَضَّأْتُ النَّبِىَّ
-صلى الله عليه وسلم- فِى غَزْوَةِ تَبُوكَ فَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ وَأَسْفَلَهُمَا.
                        -   Imam Ibnu Majah berkata:
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ ، حَدَّثَنَا ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ ، عَنْ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ ، عَنْ وَرَّادٍ كَاتِبِ
الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ , أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ مَسَحَ أَعْلَى الْخُفِّ ، وَأَسْفَلَهُ.
                        Dari contoh ini dapat kita ketahui manfa`at takhrij:
1.      Dengan takhrij kita bisa mengetahui jumblah orang yang meriwayatkan hadits ini dari kalangan imam ahli hadits. Dalam contoh ini kita ketahui bahwa yang meriwayatkan hadits ialah Tirmidzi,  Abu Dawud dan Ibnu Majah.
2.      Kedua syekh dari Abu Dawud meriwayatkan hadits ini dari (al-Walid) secara muhmal akan tetapi pada riwayat Tirmidzi dan ibnu Majah disebutkan secara jelas bahwa namanya ialah(al-Waliid bin Muslim).
3.      كاتب المغيرة(Juru Tulis al-Mughirah) diriwayatkan secara mubham dalam riwayat Tirmidzi dan Abi Dawud sedangkan dalam riwayat ibnu Majah diriwayatkan secara jelas bahwa nama juru tulis tersebut ialah(Warraad).
4.      Setelah Tirmidzi meriwayatkan hadits ini, ia berkomentar, ”Hadits ini Ma`lul[6]tidak ada yang meriwayatkan hadits itu kepada Tsaur bin Yazid, selain al-Walid bin Muslim. Dan aku bertanya pada Abu Zur`ah dan Muhammad bin Isma`il[7] tengtang hadits ini, keduanya menjawab, “Tidak shahih” karena ibnu al-Mubaarak meriwayatkan ini dari Tsaur dari Rajaa` bin Hayawah ia berkata, “diceeritakan padaku dari juru tulis al-Mughirah-Mursal-dari Nabi saw.dan tidak disebutkan padanya al-Mughirah”
5.      Setelah meriwayatkan hadits ini Abu Dawud berkata, “Telah sampai khabar kepadaku bahwa Tsaur tidak mendengar hadits ini dari Rajaa`”
6.      Riwayat Abu Dawud menjelaskan sejarah penetapan hadits ini yaitu pada perang Tabuk.
7.      Pada nuskhah(manuskrip) Abu Dawud terdapat ungkapan(فَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ (وَأَسْفَلَهُمَا setelah dicek pada riwayat Tirmidzi dan ibnu Majah jelaslah bahwa pada ungkapan yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut terjadi kesalahan cetak yang benar ialah(فَمَسَحَ أَعْلَى الْخُفَّيْنِ وَأَسْفَلَهُمَا).
8.      Jika dibandingkan antara ketiga kitab tersebut-Sunan Tirmidzi, Abu Dawud dan ibnu Majah-dengan apa yang ada pada riwayat Baihaqi dan ditambah dengan membaca kita at-Talkhisu al-Khabir karya ibnu Hajar maka akan diketahui lebih banyak lagi manfaat. Tapi saya cukupkan sekian saja.

E.     Cara men-takhrij hadits secara global:

Untuk men-takhrij hadits secara global ialah sebagai berikut:

1.      Takhrij berdasarkan awal mula matan hadits.
Diantara kitab yang dipakai men-takhrij dengan model ini ialah:
1.      الجامع الصغير من حديث البشير النذير  karya imam Suyuthi
2.      الفتح الكبير في ضم الزيادة إلى الجامع الصغير Karya imam Suyuthi
3.       جمع الجوامع/الجامع الكبير Karya imam Suyuthi
4.      الجامع الأزهر من جديث النبي الأنور Karya syekh al-Manaawi
5.      هداية البارى إلى ترتيب أحاديث البخاري Karya syekh `anbar at-Thahawai

2.      Takhrij hadits berdasarkan lafadz hadits.
Kitab yang dipakai ialah: المعجم المفهرس لألفاظ الحديث النبوي karya فنسنك dan beberapa orientalis disertai Muhammad Fua`d Abdul Baqi.
3.      Takhrij berdasarkan rawi yang paling atas
Kitab-kitab yang dipakai ialah:
1.      تحفة الأشراف Karya imam al-Mizzi
2.      النكت الظراف على الأطراف karya ibnu Hajar al-Asqalani
3.      ذخائر المواريث في الدلالة على مواضع الحديث karya imam Abdul Ghani bin Ismail an-Nabilisi
4.      مسند المسند الإمام أحمد karya imam Ahmad bin Hanbal

4.      Takhrij berdasarkan tema/maudlu` hadits.
Diantara kitab-kitab yang dipakai ialah sebagai berikut:
1.      كنز العمال للهند
2.      منتخب كنز العمال للهند
3.      مفتاح كنوز السنة للفنسنك
4.      المغني عن حمل الأسفار للعراقي
5.      نصب الراية للزيلعي
6.      الدراية لابن حجر
7.      التلخيص الحبيرلابن حجر
8.      منتقى الأخبار لابن تيمية
9.      بلوغ المرام لابن حجر
10.  تقريب الأسانيد للعراقي
11.  الترغيب والترهيب للمنذري
12.  الزواجر لابن حجر الهيتمي
13.  الدر المنثور للسيوطي
14.  فتح القدير للشوكاني
15.  تفسير ابن كثير
16.  الكاف الشاف لابن حجر
17.  الخصائص الكبرى للسيوطي
18.  مناهل الصفا للسيوطي
19.  سبل الهدى والرشاد للشامي
20.  سيرة ابن كثير
5.      Takhrij hadits berdasarkan sifat hadits
Diantara kitab-kitab yang dipakai ialah:
1.      الأزهار المتناثرة في الأخبار المتواترة للسيوطي
2.      الاتحافات السنية في الأحاديث القدسية للمدني
3.      الأحاديث القدسية للجنة القران و الحديث
4.      المقاصد الحسنة للسخاوي
5.      كشف الخفا للعجلوني
6.      المراسيل لأبي داود
7.      تنزيه الشريعة لابن عراق
8.      المصنوع للقارى
           




[1] . Muhmal ialah seorang rawi meriwayatkan dari dua orang rawi yang mempunyai nama diri, nama bapak yang  sama tanpa menjelaskan perbedaan keduanya(Mahmud Thahhan, Taisir Musthalah al-Hadits, bab Ma`rifatur Ruwaat, hal 114).
[2]. Mubham ialah rawi yang disamarkan namanya dalam suatu matan atau sanad atau yang ada hubunganya dengan periwayatan hadits(Mahmud Thahhan, Taisiirul Musthalah al-Hadits, bab Ma`rifatur Ruwat, hal 115).
[3] . `An`anah ialah meriwayatkan hadits dari syekh dengan lafadz `an(dari).
[4] . Syadz ialah rawi tsiqah(kepercayaan) menyalahi riwayat orang yang lebih tsiqah darinya.
[5] . Mudraj ialah hadits yang dirubah konteks sanadnya atau menambahkan pada sanad yang bukan darinya tanpa memisahkannya.
[6] .Ma`,ul ialah hadits yang secara dzahirnya shahih tapi setelah diteliti ternyata ada cacat yang dapat merusak keshahihanya.
[7] . Maksudnya ialah syekh Bukhari
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan