Jauh sebelum penduduk
modern peduli terhadap hewan, sejak empat belas abad yang lalu, Al Qur`an (An-Naml:16-19)
telah menggambarkan betapa indahnya hubungan kasih sayang antara manusia dengan
hewan. Mari kita baca kisah yang sangat inspiratif ini:
وَوَرِثَ
سُلَيۡمَٰنُ دَاوُۥدَۖ وَقَالَ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ عُلِّمۡنَا مَنطِقَ ٱلطَّيۡرِ
وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيۡءٍۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡمُبِينُ ١٦ وَحُشِرَ
لِسُلَيۡمَٰنَ جُنُودُهُۥ مِنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ وَٱلطَّيۡرِ فَهُمۡ يُوزَعُونَ
١٧ حَتَّىٰٓ
إِذَآ أَتَوۡاْ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمۡلِ قَالَتۡ نَمۡلَةٞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمۡلُ ٱدۡخُلُواْ
مَسَٰكِنَكُمۡ لَا يَحۡطِمَنَّكُمۡ سُلَيۡمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمۡ لَا
يَشۡعُرُونَ ١٨ فَتَبَسَّمَ
ضَاحِكٗا مِّن قَوۡلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ
أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ
وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ فِي عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ ١٩
16. Dan
Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah
diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu.
Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata"
17. Dan
dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka
itu diatur dengan tertib (dalam barisan)
18.
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"
19. maka
dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia
berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan
untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu
ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh"
Pernahkah anda membayangkan? Sulainan `alaihissalam
yang menjabat sebagai seorang raja sekaligus nabi, rela berhenti demi semut. Pada
masa ayat ini turun, mungkin ayat ini dikira oleh orang-orang kafir sebagai tindakan sia-sia. Jangankan
hewan, wong manusia saja –pada zaman jahiliah- tidak memiliki hak secara
utuh. Apalagi sekadar hewan, tentunya tidak masuk dalam akal dangkal mereka.
Berhentinya Nabi Sulaiman di lembah semut, memberikan
kita pembelajaran luar biasa: Pertama, seorang pemimpin sejati adalah
pemimpin yang tidak meremehkan hal-hal yang dianggap kecil oleh manusia. Kalau
dalam urusan semut saja Nabi Sulaiman begitu belas kasihan, apa lagi dengan
sesama manusia. Karena dalam urusan kasih sayang, sesama makhluk Tuhan juga mempunyai
hak untuk hidupo. Jabatan dan kedudukan yang dimiliki tidak dijadikan sebagai
alat untuk bertindak sesuka hati. Kedua, hewan juga mempunyai hak untuk
hidup. Jadi, manusia tidak boleh bertindak sewenang-wenang untuk meluluskan
semua keinginannya.
Ketiga, bayangkan bagaimana Ratu semut(menurut
penulis) mengorganisir anak buahnya dengan baik. Ia memberi intruksi agar
pasukannya segera masuk ke lembah supaya tidak terinjak tentara sulaiman. Meski
semut hanyalah hewan, dari sini kita bisa mengambil pelajaran, seorang pemimpin
itu peduli terhadap keselamatan anak buahnya. Keempat, berhentinya Nabi
Sulaiman juga mengisyaratkan pentingnya mengusung nafas rahmatan lil `alamin
dalam kehidupan. Kelima, pelajaran ini ternyata disaksikan langsung oleh
anak buah Nabi Sulaiman. Dari bangsa jin, hewan dan manusia. Artinya, pelajaran
ini bersifar umum. Manusia tidak boleh membatasi kasih sayang hanya pada
manusia.
Apakah
Sulaiman tinggi hati dengan nikmat Allah yang begitu istimewa ini (mengerti
bahasa burung dan makhluk lainnya)? Tidak. Ia malah bersyukur kepada Allah: “"Ya
Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. Nikmat semakin menambah beliau taat.
Anugerah beriring rasa syukur yang begitu membuncah. Tak cukup sampai di situ,
beliau juga mendoakan kedua orang tuanya dan memohon agar dimasukkan dalam
rahmat-Nya.
Ya.
Rahmat(kasih, sayang) adalah kata kunci kepemimpinan. Pemimpin yang kehilangan
rahmat, hanya akan menjadi kesengsaraan umat.
Pada
lembah semut
Hati
sulaiman begitu lembut
Bagaimana
mereka perhatian
Dengan
nasib teman
Masih banyak sekali pelajaran berharga dari lembah semut.
Itu bisa anda gali sendiri. Pelajaran ini hanya akan berguna bagi siapa saja
yang berhati lembut, serta mau mengambil hikmah dari apa saja walau hanya
seekor emut. Wallahu a`lam.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !