Home » » Hikmah Lembut dari Lembah Semut

Hikmah Lembut dari Lembah Semut

Written By Amoe Hirata on Minggu, 14 Juni 2015 | 18.00

            Jauh sebelum penduduk modern peduli terhadap hewan, sejak empat belas abad yang lalu, Al Qur`an (An-Naml:16-19) telah menggambarkan betapa indahnya hubungan kasih sayang antara manusia dengan hewan. Mari kita baca kisah yang sangat inspiratif ini:

وَوَرِثَ سُلَيۡمَٰنُ دَاوُۥدَۖ وَقَالَ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ عُلِّمۡنَا مَنطِقَ ٱلطَّيۡرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيۡءٍۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡمُبِينُ ١٦ وَحُشِرَ لِسُلَيۡمَٰنَ جُنُودُهُۥ مِنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ وَٱلطَّيۡرِ فَهُمۡ يُوزَعُونَ ١٧ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوۡاْ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمۡلِ قَالَتۡ نَمۡلَةٞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمۡلُ ٱدۡخُلُواْ مَسَٰكِنَكُمۡ لَا يَحۡطِمَنَّكُمۡ سُلَيۡمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ ١٨ فَتَبَسَّمَ ضَاحِكٗا مِّن قَوۡلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ فِي عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ ١٩
16. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata"
17. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan)
18. Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"
19. maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh"
           
            Pernahkah anda membayangkan? Sulainan `alaihissalam yang menjabat sebagai seorang raja sekaligus nabi, rela berhenti demi semut. Pada masa ayat ini turun, mungkin ayat ini dikira oleh orang-orang  kafir sebagai tindakan sia-sia. Jangankan hewan, wong manusia saja –pada zaman jahiliah- tidak memiliki hak secara utuh. Apalagi sekadar hewan, tentunya tidak masuk dalam akal dangkal mereka.
            Berhentinya Nabi Sulaiman di lembah semut, memberikan kita pembelajaran luar biasa: Pertama, seorang pemimpin sejati adalah pemimpin yang tidak meremehkan hal-hal yang dianggap kecil oleh manusia. Kalau dalam urusan semut saja Nabi Sulaiman begitu belas kasihan, apa lagi dengan sesama manusia. Karena dalam urusan kasih sayang, sesama makhluk Tuhan juga mempunyai hak untuk hidupo. Jabatan dan kedudukan yang dimiliki tidak dijadikan sebagai alat untuk bertindak sesuka hati. Kedua, hewan juga mempunyai hak untuk hidup. Jadi, manusia tidak boleh bertindak sewenang-wenang untuk meluluskan semua keinginannya.
            Ketiga, bayangkan bagaimana Ratu semut(menurut penulis) mengorganisir anak buahnya dengan baik. Ia memberi intruksi agar pasukannya segera masuk ke lembah supaya tidak terinjak tentara sulaiman. Meski semut hanyalah hewan, dari sini kita bisa mengambil pelajaran, seorang pemimpin itu peduli terhadap keselamatan anak buahnya. Keempat, berhentinya Nabi Sulaiman juga mengisyaratkan pentingnya mengusung nafas rahmatan lil `alamin dalam kehidupan. Kelima, pelajaran ini ternyata disaksikan langsung oleh anak buah Nabi Sulaiman. Dari bangsa jin, hewan dan manusia. Artinya, pelajaran ini bersifar umum. Manusia tidak boleh membatasi kasih sayang hanya pada manusia.
Apakah Sulaiman tinggi hati dengan nikmat Allah yang begitu istimewa ini (mengerti bahasa burung dan makhluk lainnya)? Tidak. Ia malah bersyukur kepada Allah: “"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. Nikmat semakin menambah beliau taat. Anugerah beriring rasa syukur yang begitu membuncah. Tak cukup sampai di situ, beliau juga mendoakan kedua orang tuanya dan memohon agar dimasukkan dalam rahmat-Nya.
Ya. Rahmat(kasih, sayang) adalah kata kunci kepemimpinan. Pemimpin yang kehilangan rahmat, hanya akan menjadi kesengsaraan umat.
Pada lembah semut
Hati sulaiman begitu lembut
Bagaimana mereka perhatian
Dengan nasib teman

            Masih banyak sekali pelajaran berharga dari lembah semut. Itu bisa anda gali sendiri. Pelajaran ini hanya akan berguna bagi siapa saja yang berhati lembut, serta mau mengambil hikmah dari apa saja walau hanya seekor emut. Wallahu a`lam.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan