Home » » ISLAM SAJA, TITIK! (Bagian: II)

ISLAM SAJA, TITIK! (Bagian: II)

Written By Amoe Hirata on Selasa, 23 Juni 2015 | 15.00

Keempat, “Kemudian diteruskan ulama-ulama Nusantara. Seperti: Syekh Shamad al-Palimbani, Syekh Mahfudh at-Termasi, Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Yusuf al-Makassari, Syekh Muhammad al-Mutamakkin dan jaringan ulama Nusantara memberi teladan pentingnya kontruksi pengetahuan Islam Nusantara”. Yang menjadi pertanyaan, apakah ulama Nusantara hanya yang berlatar NU? Bukankah masih banyak ulama-ulama lainnya? NU sendiri baru lahir pada 1926. Kalau yang menjadi inti dari Islam Nusantara adalah NU, kenapa tidak fair-fair an saja membuat istilah Islam NU. Penulis kira itu lebih tegas dan berani, dibanding Islam Nusantara yang masih kontroversial. Islam NU lebih tepat karena, yang menjadi persoalam adalah Islam Nusantara selalu ditabrakkan dengan Islam Arab(Timur Tengah) yang dikatakan suka mengkafirkan, intoleran, suka membid`ahkan, menyesatkan, anti budaya dan lain sebagainya yang bertentangan dengan tradisi NU. Bukannya yang lebih pas mempertentangkan Islam NU dan Islam (yang dianggap) Wahabi?
Kelima, “Islam Nusantara menjadi referensi bagi dunia internasional. Ini yang seharusnya diteruskan ulama NU”. Yang menjadi referensi dunia internasional sebenarnya Islam yang berlandaskan al-Qur`an dan Hadits atau Islam Nusantara(yang diidentikkan dengan ulama-ulama NU)? Terus, secara geneologi keilmuan apakah NU bisa dipisahkan dengan ulama-ulama yang notabene berasal dari Timur Tengah? Padahal dalam sejarah NU dikenal dengan madzhab Syafi`i dan akidah Asy`arinya. Imam Syafi`i dan Asya`ri itu sebenarnya orang mana? Orang Timur Tengah atau orang Nusantara? Kalau memang dalam nusantara menyimpan banyak menyimpan kearifan budaya baik itu yang menyangkut toleransi, kelembutan, menjaga budaya, dan lain sebagainya.

Bukankah ajaran Islam sudah meng- cover semuanya. Islam –selama tidak bertentangan dengan prinsip- sangat menghormati toleransi, kelembutan dan budaya. Bukankah sejak awal Islam yang dibawa nabi adalah Islam rahmatan lil `alamin? Mana yang lebih menyeluruh dan universal Islam rahmat bagi seantero alam atau sebatas Islam Nusantara? Kalau diteruskan pertanyaannya, lama-lama nanti pusing sendiri dan menjumpai jalan buntu. Jadi –menurut pikiran penulis-, Islam itu ya Islam saja. Titik. Tidak ada embel-embel atau atribut apa pun. Kalau pun dari masing-masing Muslim memiliki kultur dan kelebihan berbeda, itu bukan untuk dipertentangkan, tapi untuk saling belajar dan mengenal. Dengan saling berendah hati dan tanpa caci-maki, insyaallah semua bisa teratasi. Karena –sebagaimana istilah Nabi- Islam itu mengatasi bukan diatasi. Jadi, masi perlukah istilah Islam Nusantara? Wallahu a`lam bi dzatis shudur.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan