Syawal
datang, Ramadhan pun berlalu. Kerinduan akan kehadirannya,
senantiasa terpatri di dalam hati setiap Mu`min. Namun, yang lebih penting dari sekadar rindu, apakah kita
sudah menjadi ‘pemenang’ di bulan Ramadhan, pada saat ‘pertolongan Allah’ begitu melimpah: Pintu surga dibuka, pintu
neraka ditutup, setan-setan dibelenggu. Menang dalam arti bisa sukses mengalahkan hawa nafsu. Bisa
mengendalikan diri dengan baik, sehingga bisa dijadikan bekal di luar bulan
Ramadhan. Bagi yang sudah merasa lebih baik, seyogyanya kita kaji ayat berikut
supaya tidak salah dalam menyambut pertolongan dan kemenangan dari Allah
subhanahu wata`ala.
A.
Ayat Kajian :
إِذَا
جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ ١ وَرَأَيۡتَ
ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِي دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجٗا ٢ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ
وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا ٣
B.
Arti Mufradat :
نَصۡرُ
ٱللَّهِ :
Pertolongan Allah
ٱلۡفَتۡحُ :
Kemenangan
أَفۡوَاجٗا :
Berduyun-duyun, berbondong-bondong
تَوَّابَۢا : Maha
Penerima Taubat
C.
Arti Ayat :
1.
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan
2.
dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong
3.
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penerima taubat
D.
Sababun Nuzul :
Abdul Razzaq
meriwayatkan dalam kitab Mushannafnya, dari Ma`mar, dari Zuhair ia berkata,
‘Tatkala Rasulullah shallallāhu `alaihi wasallam
masuk Makkah pada tahun pembebasan Makkah,
beliau mengutus Khalid bin Walid. Lalu Khalid dengan orang yang
bersamanya memerangi barisan orang kafir Qurays di Makkah bagian bawah, sampai
Allah mengalahkan mereka. Kemudian (mereka) diperintahkan mengangkat senjata.
Lalu masuklah mereka dalam agama Islam. Lalu turunlah ayat idza ja`a
nashrullahi wal fath sampai akhir(Lubabu al-Nuqul, Suyuthi).
Bersumber dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘Tatkala
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam datang dari perang Hunain, dan
Allah menurunkan ayat: Idza ja`a nashrullahi wa al-fath, belia bersabda:
“Wahai Ali bin Abi Thalib dan Fathimah! Sungguh telah datang pertolongan Allah
beserta kemenangan. Aku juga melihat orang-orang masuk ke dalam agama Allah
dengan berbondong-bondong. Maka Maha Suci Allah dan pujian bagi-Nya, dan ku
memohon ampunan pada-Nya, karena sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat(Asbabun
Nuzul, Naisaburi).
E.
Tafsir Ayat :
Pada tahun kedelapan hijriah,
tepatnya di bulan Ramadhan(menuju Syawal), Rasulullah beserta
sahabat-sahabatnya mendapatkan pertolongan dan kemenangan gemilang berupa pembebasan
kota Makkah. Sebelumnya datangnya kemenangan Allah sudah mengingatkan: “Apabila
telah datang pertolongan Allah dan kemenangan”, yaitu pertolongan dan kemenangan pada fathu Makkah.
Ya, sejatinya memang pertolongan dan kemenangan datangnya dari Allah. Yang
menjadi pertanyaan ialah bagaimana agar kita mendapat pertolongan dan
kemenangan dari Allah.
Dalam
ayat lain dijelaskan: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong
Allah, maka Ia (pasti) menolong kalian serta meneguhkan hati kalian”(Qs.
Muhammad: 6). Di samping itu Allah telah menjamin: “Dan sungguh telah tetap janji
kami kepada hamba-hamba kami yang menjadi rasul*(yaitu) sesungguhnya mereka
itulah yang pasti mendapat pertolongan*Dan sesungguhnya tentara kami itulah
yang pasti menang”(Qs. As-Shaffat: 171-173). Tolonglah Allah
(berpegangtegulah terhadap Islam), maka Allah akan menolongmu. Karena pejuang
di jalan Allah pasti akan ditolong dan dimenangkan.
Setelah
nabi dan sahabatnya berusaha keras berjuang berkorban untuk menolong agama
Allah, dalam arti membela dan memperjuangkan nilai-nilai Islam baik melalui
jiwa, harta dan tenaga, akhirnya Allah memberikan pertolongan yang luar biasa. Bahkan
Allah meneguhkan dan memantapkan hati mereka. Pertolongan ini tidak lain karena
mereka berpegang teguh dalam menjalankan agama, karena Allah.
Maka
merupakan tindakan yang konyol jika menginginkan pertolongan dan kemenangan
dari Allah namun berpangku tangan? Pertolongan Allah diraih bukan dengan mimpi,
tapi dengan usaha tiada henti. Kita tak mungkin bisa mendapatkan emas jatuh
dari langit.
Janji
Allah terbukti, ketika pada tahun kedelapan hijriah, nabi bersama
sahabat-sahabatnya mendapatkan kemenangan gemilang. Tak hanya itu, lanjutan
ayat: “dan kamu lihat manusia
masuk agama Allah dengan berbondong-bondong”. Banyak sekali orang yang berbondong-bondong masuk
Islam. Abu Sufyan Pemuka Qurays sekaligus mertua nabi, yang sebelumnya sangat
membenci nabi, akhirnya masuk Islam. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Sebuah
kemenangan yang tiada tara.
Rasulullah
mendapatkan kemenangan itu tanpa susah payah. Menariknya, ketika kemenangan
sudah didapat, dan sebenarnya mampu untuk menghukum dan membalas orang kafir,
Rasulullah shallallahu`alaihi wasallam malah berkata: “Sekarang
adalah hari kasih sayang, bukan hari pembantaian. Pergilah kalian! Sekarang
kalian bebas”. Sebuah akhlak luar biasa yang patut ditiru dari pemenang
sejati. Kemenangan bukan dijadikan ajang balas dendam, tetapi untuk menabur
kasih dan sayang. Dengan akhlak luar biasa ini, hati mereka jatuh cinta pada
Islam.
Bagaimana
cara mensyukuri nikmat yang begitu besar ini? Allah berfirman: “maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penerima taubat”. Pertama, (bersyukur)bertasbih kepada Allah.
Bukankah apa yang dilangit dan bumi bertasbih kepada-Nya? Sebagaimana firman
Allah: “Langit yang tujuh, bumi dan
semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun
melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti
tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”(Qs. Al-Isra: 44).
Kita
butuh tasbih kepad-Nya agar kemenangan, pertolongan Allah tidak membuat kita
terlena. Betapa banyak orang yang sudah mendapat kesuksesan tapi malah kufur
nikmat, sehingga nikmat itu menjadi adzab baginya. Lihat bagaimana ketika para
sahabat meneladani nabi, pada masa khulafau rasyidun mereka tetap
mendapatkan pertolongan dan kemenangan gemilang dari Allah. Islam yang
sebelumnya hanya tersebar di Makkah dan Madinah, mampu menyebar luas hingga ke
berbagai penjuru negeri.
Kedua, memuji Allah. Syaikh
As-Sa`adi dalam tafsirnya menyatakan, ayat ini mengandung beberapa isyarat, di
antaranya: ajal nabi telah dekat. Maka, selayaknya ia tutup umurnya dengan amalan
yang mulia, yaitu bertasbih dengan memuji-Nya. Ketiga, memohon ampun.
Barangkali ketika dalam proses perjuangan ada dosa-dosa yang tidak disadari,
karena itu, memohon ampunan pada Allah adalah mesti dilakukan ketika mendapat
kemenangan.
Sejak
turunnya ayat ini, Rasulullah dalam ruku` dan sujudnya sering membaca:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Mahas
Suci Engkau Ya Allah, Rab kami dan dengan memujimu, Ya Allah ampunilah kami. Intinya(pesan dari surat An-Nashr), jika kita mendapatkan pertolongan dan
kemenangan dari Allah, maka harus mensyukurinya dengan cara bertasbih, memuji,
dan memohon ampunan pada-Nya, agar nikmat yang besar itu tetap terpelihara.
Pada
momen bulan Syawwal, bulan yang biasa diistilahkan orang sebagai bulan
kemenangan, mari kita memperbanyak rasa syukur, memuji, memohon ampun pada
Allah dan akan senantiasa di jaga hingga Ramadhan datang kembali. Semoga amal
ibadah kita selama Ramadhan diterima Allah, serta selalu menolong dan
memenangkan kita dalam perjuangan fi sabilillah.
F.
Pelajaran-pelajaran :
1. Pertolongan dan
kemenangan hakiki datangnya dari Allah ta`ala. Karenanya, meminta
pertolongan dan kemenangan hanya kepada-Nya.
2. Ketika mendapat kemenangan
dianjurkan:
a. bersyukur, dan
bertasbih
b. memuji-Nya
c. memohon ampunan-Nya
3. Dalam ruku`
disunnahkan membaca:
سبحانك
اللهم وبحمدك اللهم اغفر لي.
4. Kemenangan dan
pertolongan akan senantiasa diraih jika membiasakan syukur, memuji, dan memohon
ampun pada Allah
5. Kemenangan bukan
untuk disombongkan, tapi disyukuri
6. Anjuran bertaubat
pada Allah
7. Kemenangan melahirkan
rasa syukur bukan membuat lupa diri
8. Berusaha menggapai
pertolongan Allah dengan cara bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan agama
Islam
G.
Referensi :
1. Tafsir al-Qur`an
al-`Adhim, Imam Ibnu
Katsir
2. Shafwatu
al-Tafasir, Muhammad Ali
As-Shabuni
3. Lubabu al-Nuqul, Imam Suyuthi
4. Asbabu al-Nuzul, An-Naisaburi
5. Tafsir al-Wasith, Muhammad Sayyid Tanthawi
6. Aisaru al-Tafasir, Abu Bakar Jabir al-jazairi
7. Taisir al-Karim
al-Rahman, As-Sa`adi
8.
Nurul Yaqin, Khudhari
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !