BERITA. Ada banyak
lapisan-lapisan yang sering tak terjamah. Kadang orang baru udzunul yaqin(denger
dari orang) sudah memastikan diri –tanpa ada usaha verifikasi- bahwa itu benar
adanya, padahal hoax. Yang ilmal yaqin (tahu berdasarkan teori) pun
kadang tak kalah sangar. Sudah berani mengklaim bahwa yang dia pahami
pasti benar sedang yang lain salah, padahal hoax. Yang `ainul yaqin(lihat
dengan mata kepala sendiri) kadang-kadang hanya bisa melihat kulit-yang juga
hoax- berita padahal di baliknya ada berlapis-lapis makna tersembunyi. Lha
bagaimana mau mencapai haqqul yaqin (kebenaran sejati) kalau lapisan sebelumnya
saja tidak bisa lulus?
Ada dua hal yang bisa
menjelaskan fenomena ini: Pertama, memang benar-benar tidak tahu karena
ditipu orang dengan sangat halusnya, sedang perangkat untuk verifikasi tidak
dimiliki. Kedua, sengaja menikmati dan menumbuhkembangkan ketidaktahuan,
untuk memenuhi kebutuhan psikologis yang tersimpan dalam jiwanya yang sakit
sosial. Berita hoax sudah menjadi musim
di tengah kecanggihan teknologi komunikasi yang kian menjadi-jadi. Bukan tidak
mungkin –kalau tidak boleh dikatakan pasti- berita hoax adalah senjata canggih
sistem Dajjal yang dijajakan melalui media untuk mengarahkan hati, perasaa, dan
pikiran orang menuju kepalsuan.
Seyogyanya wejangan Kitab
Suci bisa dicermati: “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu”(Qs. Al-Hujurat: 6). Hal yang paling mudah untuk menghadapi berita hoax –sebagaimana
nasihat ayat ini- ialah: Pertama, mempertebal keimanan. Iman sejati akan
memancarkan rasa aman dan tentram di sekililingnya. Kedua, tak sembarang
menerima berita sebelum meneliti dengan benar. Ibarat makanan, dikunyah
terlebih dahulu.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !