Home » » Mengubah Penyesalan Menjadi Kekuatan

Mengubah Penyesalan Menjadi Kekuatan

Written By Amoe Hirata on Minggu, 21 Juni 2015 | 06.51

AKU, kamu, kita, dia dan mereka pasti pernah merasakan "penyesalan". Kedatangannya terkadang tidak diperhitungkan, tak kenal waktu dan tempat. Dalam kehidupan nyata kata ini seolah menjadi momok bagi kebanyakan orang. Keberadaanya tidak diinginkan walaupun secara nyata pasti akan dialami dan dirasakan.  

Penyesalan lahir akibat kekecewaan yang timbul dari hasil perbuatan, sikap dan perencanaan apapun yang tidak sesuai harapan. Penyesalan ada dua macam: 1. Penyesalan yang disengaja. 2. Penyesalan yang tidak disengaja. Penyesalan yang disengaja ialah penyesalan yang timbul dari kesadaran penuh individu bahwa perbuatan, sikap atau perencanaanya itu bakal menghasilkan hal-hal negatif tetapi masih tetap dilakukan. Penyesalan yang tidak disengaja adalah penyesalan yang timbul dari ketidak sadaran individu bahwa perbuatan, sikap dan perencanaanya akan menimbulkan hal-hal negatif sedang itu terjadi.

Melihat macam penyesalan, yang perlu kita digarisbawahi di sini ialah macam penyesalan yang kedua yaitu penyesalan yang tidak disengaja. Sebagai luapan emosional, macam yang kedua ini bisa mengarahkan jiwa kearah-arah yang positif. Bila pandai menyiasati dan memanfaatkanya ia bisa berubah menjadi semacam letupan energi positif berupa semangat, percaya diri, antusias dan keinginan untuk berubah kearah positif.

Dengan demikian, yang perlu dimenej ialah macam penyesalan yang tidak disengaja. Sedangkankan penyesalan yang disengaja tidak perlu dimenej karena malah hanya menimbulkan sikap-sikap dan tindakan yang negatif berupa kurang PD, malas, dan kemandegan untuk berubah. Jadi, sedapat mungkin kita harus menjauhi dan memangkas macam yang pertama ini.

Supaya penyesalan itu bisa menjadi tenaga yang dapat menggerakkan kita pada perubahan positif maka kita perlu merubah cara pandang kita tentang "penyesalan". Maksudnya, bahwa anggapan "penyesalan itu selalu negatif" harus kita singkirkan jauh-jauh dari benak kita. Kita memandang "penyesalan" itu sebagai sarana yang efektif untuk mengevaluasi diri agar tidak terjatuh kembali pada kesalahan yang sama.     

Kalau kita mau melihat sejarah, "Penyesalan" sudah terjadi sejak nenek moyang manusia yaitu Adam. Satu kasus yang sudah umum barangkali kisah penyesalanya berupa diturunkan dari surga akibat melanggar larangan Allah. Rupanya ia tidak berhenti hanya pada kesedihan dan penyesalan, penyesalan itu membuat dirinya melakukan tindakan yang tepat berupa segera bertaubat. Buahnya ialah ia segera mendapatkan ampunan dari Allah.

Berangkat dari "penyesalan" kita melihat dari rentetan sejarah lahir peradaban dan pahlawan-pahlawan agung.  Tapi sekali lagi ia bukan sekedar penyesalan biasa. Ia merupkan "penyesalan" yang dimenej untuk dijadikan instropeksi guna melahirkan sikap, perencanaan dan perbuatan positif yang mampu membuat diri siuman dari penyesalan-penyesalan negatif yang membuat diri pingsan, mandeg dan statis. 

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan