Home » » RAMADHAN: Momentum Lahirnya Peradaban

RAMADHAN: Momentum Lahirnya Peradaban

Written By Amoe Hirata on Kamis, 18 Juni 2015 | 06.19

            SUDAH tiga tahun suami Khadijah mengasingkan diri. Gua Hira menjadi saksi bisu keresahan jiwa. Ia tahu masyarakat di sekitarnya sudah semakin kehilangan etika, namun ia tidak turut serta. Yang ia lakukan adalah berfikir, merenung, dan evaluasi diri.
Ketika usia sudah genap empat puluh tahun, tanggal tujuh belas Ramadhan datanglah Utusan Allah, Jibril `alaihissalam membawa mandat besar yang akan diamanahkan pada manusia besar pula, Muhammad shalallahu `alaihi wasallam.

Al-`Alaq(1-5) menjadi awal penting bagi lahirnya perubahan besar di dunia. Ia tak bisa baca tulis, justru wahyu pertama menyoal baca-tulis. Seakan ada yang membisiki: “Dengan baca-tulis kelak kamu akan membangun peradaban besar di dunia”.

Pertama Bapak Fatimah takut dan resah, jangan-jangan ini hanya halusinasi. Ternyata ini hakiki. Akhirnya ia berjuang selama dua puluh tiga tahun menunaikan amanah yang diemban, sebagai tonggak penting peradaban.

Sepeninggal hidupnya, tak sampai empat puluh tahun. Melalui kerja keras sahabatnya, fondasi peradaban menjadi kokoh. Bangunannya menjulang sampai tanah Persia dan Romawi(dua peradaban dunia yang kala itu menjadi adi kuasa di muka bumi).

Lahirlah peradaban besar. Peradaban yang mampu mengharmonikan Tuhan, alam dan manusia. Berasas iman, bercahaya ilmu, bermodal amal. Peradaban-peradaban dunia yang sudah mulai sepuh, seakan merasa bahagia atas lahirnya peradaban baru: ‘Peradaban Islam’.

Ada satu hal yang dilupakan kebanyakan orang, yaitu: momentum lahirnya peradaban. Momentum itu adalah bulan Ramadhan, ketika beliau menerima wahyu. Maka tidak berlebihan jika, seharusnya Ramadhan menjadi cambuk bagi segenap individu mukmin, untuk melakukan kerja-kerja berskala peradaban. Alasannya jelas, supaya peradaban Islam yang dulunya pernah menjadi soko guru dunia, menjadi bangkit sebagai lentera bagi peradaban dunia yang sekarang sedang melakukan ‘bunuh diri peradaban’. Sekali lagi, semua dimulai dari titik momentum Ramadhan. Masihkah kita menyia-nyiakan momentum besar ini?
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan