Kedelapan, orang kafir mengira akan
masuk surga tanpa iman. Allah berfirman: “36.
Mengapakah orang-orang kafir itu bersegera datang ke arahmu 37. dari kanan dan dari
kiri dengan berkelompok-kelompok 38. Adakah setiap orang dari orang-orang kafir
itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh kenikmatan? 39. sekali-kali tidak!
Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani)”(Qs. Al-Ma`arij: 36-39).
Surga bukan diperuntukkan untuk orang-orang kafir. Kalau mereka mau melihat
kembali kepada asal penciptaannya (air mani yang hina), mereka tidak akan
menjadi kafir. Sebab apa yang membuat dirinya ingkar, jika menyadari kelemahan
diri. Karena mereka tetap ingkar, maka mereka akan menjadi orang-orang yang
hina di akhirat, sebagaimana awal penciptaannya.
Kesembilan, mereka yang kafir setelah
mendapat kenikmatan dunia juga menginginkan kenikmatan tambahan surga: “8.
Apabila ditiup sangkakala 9. maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang
sulit 10. bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah 11. Biarkanlah Aku bertindak
terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian 12. Dan Aku jadikan baginya
harta benda yang banyak 13. dan anak-anak yang selalu bersama dia 14. dan
Ku-lapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya 15.
kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya 16. Sekali-kali tidak
(akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al Quran)
17. Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan”(Qs. Al-Mudatssir: 8-17).
Mereka tidak akan mendapatkannya lagi. Yang didapatkan kelak hanyalah beban
berat.
Kesepuluh, orang kafir pura-pura
meminta tanda-tanda kekuasaan Allah, padahal sejatinya tidak akan beriman.
Allah menandaskan: “52. Bahkan
tiap-tiap orang dari mereka berkehendak supaya diberikan kepadanya
lembaran-lembaran yang terbuka 53. Sekali-kali tidak. Sebenarnya mereka tidak
takut kepada negeri akhirat 54. Sekali-kali tidak demikian halnya.
Sesungguhnya Al Quran itu adalah peringatan55. Maka barangsiapa menghendaki,
niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Quran) 56. Dan mereka tidak
akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia
(Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi
ampun”(Qs. Al-Mudatssir: 52-56). Kalau hatinya sudah ditutup, maka hatinya tidak akan
terketuk. Ayat-ayat Allah hanya akan
menjadi peringatan bagi orang-orang yang menghendaki.
Kesebelas, pada waktu di akhirat, ada
manusia yang menyangka bahwasanya ada tempat pelarian. Mereka langsung ditegur
oleh Allah: “ 10. pada
hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari? 11. sekali-kali tidak!
Tidak ada tempat berlindung 12. Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu
tempat kembali 13. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah
dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya”(Qs.
Al-Qiyamah)..
Jadi, kalau sudah di akhirat manusia sudah tidak punya pilihan lagi seperti di
dunia. Yang ada hanya pertanggung jawaban.
Keduabelas,
Mencitai dunia dan meninggalkan akhirat. Di sini dunia diistilahkan dengan kata
Arab `ājilah’(yang
segera, yang instan). Seakan-akan manusia memiliki kecendrungan memilih hal
instan dan tergesah-gesah sehingga melupakan yang sejati, akhirat. Allah
mengingatkan: “Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia)
mencintai kehidupan dunia *dan meninggalkan (kehidupan) akhirat”(Qs.
Al-Qiyamah: 20-21).
Ketigabelas,
tidak boleh membeda-bedakan orang dalam berdakwah. Sebagai contoh kasus Ibnu
Ummi Maktum. Al-Qur`an menceritrakan: “ 1.
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling 2. karena telah datang seorang buta
kepadanya 3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) 4.
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat
kepadanya 5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup 6. maka kamu
melayaninya 7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan
diri (beriman) 8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk
mendapatkan pengajaran) 9. sedang ia takut kepada (Allah) 10. maka kamu
mengabaikannya11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran
Tuhan itu adalah suatu peringatan 12. maka barangsiapa yang menghendaki,
tentulah ia memperhatikannya”(Qs.
`Abasa).
Keempatbelas,
menganggap ujian hanya yang tidak enak saja padahal kenikmatan juga ujian.
Allah berfirman: “15. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia
dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku
telah memuliakanku" 16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi
rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku" 17. Sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim”(Qs. Al-
Fajr). Dalam hal ini, banyak sekali manusia tertipu. Ketika mereka mendapatkan
nikmat, mereka menyangka dimuliakan Allah dan tidak diuji. Sedangkan jika
diberi ujian berupa kesusahan, mereka merasa dihinakan.
Kelimabelas,
manusia dilalaikan bermegah-megahan terhadap dunia sehingga melupakan akhirat.
Allah berfirman: “1.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu 2. sampai kamu masuk ke dalam kubur3.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)4. dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui5. Janganlah begitu, jika kamu
mengetahui dengan pengetahuan yang yakin6. niscaya kamu benar-benar akan
melihat neraka Jahiim7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya
dengan ´ainul yaqin 8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang
kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”(Qs. At-Takatsur).
Keenambelas,
anggapan salah bahwa harta dapat mengekalkan orang. Padahal sejatinya hanya
akan membawanya ke neraka. “1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi
pencela 2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung 3. dia mengira bahwa
hartanya itu dapat mengkekalkannya 4. sekali-kali tidak! Sesungguhnya
dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah 5. Dan tahukah kamu apa
Huthamah itu 6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan 7. yang
(membakar) sampai ke hati 8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka 9.
(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang”(Qs. Al-Humazah).
Ini menunjukkan bahwa jangan sampai kekayaan membuat kita menindas, mencela,
orang lain. Karena harta tidak bisa membuatnya kekal, bahkan di
akhirat tidak akan bisa membantu.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !