Home » » KALLĀ: Teguran Al-Qur`an atas Paradigma Salah [Bagian: II]

KALLĀ: Teguran Al-Qur`an atas Paradigma Salah [Bagian: II]

Written By Amoe Hirata on Rabu, 10 Juni 2015 | 07.00

Kedelapan, orang kafir mengira akan masuk surga tanpa iman. Allah berfirman: 36. Mengapakah orang-orang kafir itu bersegera datang ke arahmu 37. dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok 38. Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh kenikmatan? 39. sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani)”(Qs. Al-Ma`arij: 36-39). Surga bukan diperuntukkan untuk orang-orang kafir. Kalau mereka mau melihat kembali kepada asal penciptaannya (air mani yang hina), mereka tidak akan menjadi kafir. Sebab apa yang membuat dirinya ingkar, jika menyadari kelemahan diri. Karena mereka tetap ingkar, maka mereka akan menjadi orang-orang yang hina di akhirat, sebagaimana awal penciptaannya.
Kesembilan, mereka yang kafir setelah mendapat kenikmatan dunia juga menginginkan kenikmatan tambahan surga: 8. Apabila ditiup sangkakala 9. maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit 10. bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah 11. Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian 12. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak 13. dan anak-anak yang selalu bersama dia 14. dan Ku-lapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya 15. kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya 16. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al Quran) 17. Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan”(Qs. Al-Mudatssir: 8-17). Mereka tidak akan mendapatkannya lagi. Yang didapatkan kelak hanyalah beban berat.
Kesepuluh, orang kafir pura-pura meminta tanda-tanda kekuasaan Allah, padahal sejatinya tidak akan beriman. Allah menandaskan: “52. Bahkan tiap-tiap orang dari mereka berkehendak supaya diberikan kepadanya lembaran-lembaran yang terbuka 53. Sekali-kali tidak. Sebenarnya mereka tidak takut kepada negeri akhirat 54. Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al Quran itu adalah peringatan55. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Quran) 56. Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun”(Qs. Al-Mudatssir: 52-56). Kalau hatinya sudah ditutup, maka hatinya tidak akan terketuk. Ayat-ayat Allah  hanya akan menjadi peringatan bagi orang-orang yang menghendaki.
Kesebelas, pada waktu di akhirat, ada manusia yang menyangka bahwasanya ada tempat pelarian. Mereka langsung ditegur oleh Allah: “ 10. pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari? 11. sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung 12. Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali 13. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya(Qs. Al-Qiyamah).. Jadi, kalau sudah di akhirat manusia sudah tidak punya pilihan lagi seperti di dunia. Yang ada hanya pertanggung jawaban.
Keduabelas, Mencitai dunia dan meninggalkan akhirat. Di sini dunia diistilahkan dengan kata Arab `ājilah’(yang segera, yang instan). Seakan-akan manusia memiliki kecendrungan memilih hal instan dan tergesah-gesah sehingga melupakan yang sejati, akhirat. Allah mengingatkan: “Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia *dan meninggalkan (kehidupan) akhirat”(Qs. Al-Qiyamah: 20-21).
Ketigabelas, tidak boleh membeda-bedakan orang dalam berdakwah. Sebagai contoh kasus Ibnu Ummi Maktum. Al-Qur`an menceritrakan: “ 1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling 2. karena telah datang seorang buta kepadanya 3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) 4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya 5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup 6. maka kamu melayaninya 7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman) 8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) 9. sedang ia takut kepada (Allah) 10. maka kamu mengabaikannya11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan 12. maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya”(Qs. `Abasa).
Keempatbelas, menganggap ujian hanya yang tidak enak saja padahal kenikmatan juga ujian. Allah berfirman: “15. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku" 16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku" 17. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim”(Qs. Al- Fajr). Dalam hal ini, banyak sekali manusia tertipu. Ketika mereka mendapatkan nikmat, mereka menyangka dimuliakan Allah dan tidak diuji. Sedangkan jika diberi ujian berupa kesusahan, mereka merasa dihinakan.
Kelimabelas, manusia dilalaikan bermegah-megahan terhadap dunia sehingga melupakan akhirat. Allah berfirman:  1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu 2. sampai kamu masuk ke dalam kubur3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ´ainul yaqin 8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”(Qs. At-Takatsur).

Keenambelas, anggapan salah bahwa harta dapat mengekalkan orang. Padahal sejatinya hanya akan membawanya ke neraka. “1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela 2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung 3. dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya 4. sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah 5. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu 6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan 7. yang (membakar) sampai ke hati 8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka 9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang”(Qs. Al-Humazah). Ini menunjukkan bahwa jangan sampai kekayaan membuat kita menindas, mencela, orang lain. Karena harta tidak bisa membuatnya kekal, bahkan di akhirat tidak akan bisa membantu.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan