Home » » Kuncup 'Bunga Cinta'

Kuncup 'Bunga Cinta'

Written By Amoe Hirata on Minggu, 31 Mei 2015 | 20.45

              Hari semakin senja. Gumpalan awan hitam sedang bercengkrama dengan angin memenuhi langit senja, seolah sedang siap-siap menurunkan air hujan. Sekawanan burung merpati terbang kompak dengan gaya khasnya bergegas menuju sarang, seolah tak sabar bertemu keluarga. Guntur bergemuruh, petir menyambar, kilat bersahut-sahutan, seolah sedang ada pesta di langit senja. Begitulah senja menyerta Kanieta. Baru saja ia pulang dari kampus. Ia bersyukur bisa sampai rumah dengan selamat. “Senja ini nampaknya senja awal musim hujan” desisnya. Sudah berbulan-bulan musim kemarau menerpa desanya. Maka sangatlah wajar jika Kanieta mendambakan kedatangannaya. Begitu rindunya ia dengan air hujan. Sama rindunya dengan tanah-tanah kering yang menanti tetesan airnya. Sama kangennya dengan tetumbuhan dan pepohonan yang menunggu siraman airnya. Senja itu, turunlah hujan lebat, sebagaimana yang diinginkan Kanieta, sebagai tanda awal musim hujan tiba. Secara spontan ia langsung berdo`a: Allahumma Shayyiban Nafi`ah(Ya Allah anugerahkanlah pada kami hujan yang bermanfa`at). Setelah berdo`a ia pun bergegas mandi kemudian menanti waktu Maghrib tiba sembari membaca Al-Qur`an.
            Betapa bahagianya Kanieta, dengan penuh khusyu` dan syahdu ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur`an ketika sedang shalat Maghrib. Di luar sana suara hujan begitu khas menyertai ibadahnya. Selepas shalat ia tak lupa berdzikir, sujud syukur serta melantunkan do`a: “Ya Allah ampunilah dosa-dosa kedua orangtuaku, tunjukilah aku dan Ayahku pada jalan yang mustaqim, anugerahkanlah pada kami rizki yang penuh barakah, jadikanlah kami bagian dari hamba-hamba-Mu yang bersyukur, dan jangan Kau semayamkan kedengkian pada hati-hati kami”. Ketika sedang khusyu` berdo`a, tiba-tiba pintu rumahnya terketuk lembut yang diiringi suara orang yang sangat dikenalnya: “Tok, tok, tok,....Ani.....Ayah datang”. Rupanya ayah tercintanya pulang dari kerja. Mendengar suara khas itu, Anie langsung berbegegas membukakan pintu. Dikecuplah tangan ayahnya sembari bertanya: “Yah....tumben pulang kerjanya sampai Maghrib, biasanya kan jam lima dah balik?”. “Tadi ayah ada tugas yang harus diselesaikan di kampus. Dekan universitas, meminta bantuan ayah mendata mahasiswa baru, kebetulan data-data itu dibutuhkan segera pada esok hari, makanya tadi ayah kebut. Maaf ya kalau tidak memberitahumu terlebih dahulu” sambil mengecup kening Kanieta, akhirnya ayah Kanieta yang bernama Abdurrahman Al-Faatih masuk ke dalam rumah.
            “Yah sudah Anie siapkan air hangat untuk mandi. Monggo mandi dulu nanti saya bikinkan teh hangat” ujar Anie mempersilahkan. “ Ya An, terimakasih, O  iya nanti ba`da shalat Maghrib ada hal penting yang perlu saya bicarakan ke kamu” sahut ayahnya. “Iya Yah, sekarang segera mandi, biar waktu Maghribnya tidak telat”. Selepas shalat Maghrib, Anie diajak ayahnya ke ruang Keluarga, membicarakan hal yang se dari tadi ingin dia sampaikan padanya. Kebetulan pada waktu itu, adiknya yang bernama Bilqies Queen Saba, sedang nyenyak tertidur di kamarnya. “Gini ndok, sebelumnya saya minta kamu jangan kaget atau heran jika nanti mendengar perkataan ayah, ayah anggap kamu sudah dewasa, dan kamu tentu ingat pada pesan-pesan mendiang ibumu: “Kamu jangan sekali-kali melakukan pacaran seperti gadis-gadis kebanyakan. Pegangteguhlah syari`at islam. Jangan menghabiskan keindahan cinta sejati dengan maksiat. Cinta akan indah pada saatnya. Jika cintamu kau gadaikan pada hawa nafsu sesaat, yang kamu dapat bukanlah cinta sejati, hanya cinta sesaat yang akan membuatmu merugi ketika di akhirat” Ucap ayahnya dengan mimik serius. “Iyah Yah silahkan, sampai sekarang Anie sangat ingat wejangan dari mendiang Ibu, semoga beliau berada dalam naungan rahmat-Nya” jawab Anie dengan senyum merekah. “ Tadi ketika di kampus, ayah didatangi dosen muda, namanya Hamdi Al-Fatih. Kamu pasti kenal dia wong dia dosen Psikologimu” lanjut Ayah Kanieta. “Iya yah, itu dosen favoritku, orangnya sangat baik dan memiliki kepribadian menarik. Terus ada apa Yah dengan dia?” tanya Anie penasaran. “Tadi dia datang ke kantor ayah, intinya dia suka sama kamu, dan ingin menjadikanmu sebagai istrinya” papar Ayah Anie dengan tegas.
            Seraya terbang di langit senja Anie mendengar penuturan ayahnya. Ternyata dosen favoritnya akan mempersuntingnya menjadi pasangan hidupnya. Dalam kondisi kaget ia bertanya: “Hah, yang benar Yah, saya kan masih baru kuliah semester satu, apa dia siap menunggu sampai saya lulus, ayah sendiri kan dah bertekad kalau ayah baru boleh nikah ketika aku sudah lulus?” Tanggapan Anie yang disertai tanya keheranan. “Dia sangat siap ndok, dia juga mau melanjutkan S-3 nya sambil menanti kamu. Dengan jujur ia bercerita pada ayah, bahwa dia sangat mencintaimu, bukan saja karena pandangan pertama, tapi diantara mahasiswi kampus, kamulah yang paling terjaga aurat dan perilakunya, dia juga mengatakan bahwa ia memilihmu bukan sekadar fisik, tapi lebih kepada kecantikan internal yang ada pada dirimu, apalagi menurut dia keluarga kita masih tergolong keluarga baik-baik, sangat susah di jaman sekarang mencari keluarga yang benar-benar kuat menjalankan agama di tengah godaan zaman yang begitu dahsyatnya. Sekarang intinya, kamu mau menerima dia apa tidak? Jawabannya terserah kamu karena kamu yang akan menjalaninya, yang jelas kalau secara pribadi ayah sangat suka dengan kepribadian Hamdi Al-Fatih, dia sangat kokoh dan disiplin dalam menjalankan agama. Tapi sekali lagi ayah tidak memaksamu lho An, kalau itu jodohmu pasti tak akan kemana” Jawab ayahnya. “Yah, secara hati sebenarnya saya sangat cocok dengan Pak Hamdi, tapi kasih saya waktu barang seminggu atau dua minggu untuk melakukan istikharah, saya ingin cinta ini terbangun berdasarkan kehendak sertah iradah-Nya” pinta Kanieta.
                                                                       **************
            Di tengah malam yang sunyi alarm Hp Kanieta berbunyi. Jam menunjukkan pukul 12.00 malam. Anie merencanakan bangun tengah malam untuk menunaikan shalat istiharah. Setalah jam berdering Anie bangun dari  tidurnya, kemudian ke kamar mandi untuk berwudlu` lalu menunaikan shalat istikaharah yang rencananya akan disambung dengan shalat malam. Dengan penuh khusyu` ia melaksanakan shalat istikharah. Ia melantunkan do`a: Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya”. Selepas shalat ia berdo`a: “Ya Allah kalau memang Mas Hamdi adalah takdir cintaku, maka tunjukkan tanda-tanda dari-Mu, yang kupilih hanyalah cinta yang mengarah pada cinta sejati-Mu, aku rela menunggu hingga bunga cinta ini mekar menuju takdir-Mu”. Dengan sangat serius Anie malantunkan do`a. Kemudian ia sambung dengan shalat malam.
            Sehabis shalat malam ia membaca Al-Qur`an, sampai akhirnya ngantuk dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi. Ia bermimpi ketemu mendiang ibunya. Waktu itu ia merasa senang bukan main. Ibunya terlihat sumringah mengenakan baju putih berpantulkan cahaya. Waktu itu ibunya sedang berada di taman bunga. Ibunya memperlihatkan pada Anie bunga tercantik yang ada di taman. Namun waktu itu bungan yang cantik menurut ibunya itu belum mekar. Bunga itu masih berupa kuncup. Di mimpi itu ibunya menuturkan: “Hendaknya engkau seperti kuncup bunga cantik ini. Ia akan mekar ketika pada waktunya. Melalui kehendak-Nya, bunga cantik yang masih kuncup itu akan mekar, entah itu melalui kumbang atau kupu yang dikehendaki-Nya. Jadilah perempuan yang menjaga kehormatan diri dan jangan gampang mengumbar cinta. Cintamu akan mekar dan indah bila sesuai dengan takdir cinta-Nya”. Setelah menasehati Anie, ibunya terus melantunkan alhamdullilah berkali-kali sambil tersenyum lepas melihat putrinya. Akhirnya iapun terbangun menjelang Shubuh. “Ya Allah betapa indahnya mimpi tadi, aku belum pernah melihat wajah ibu dengan wajah berbinar seperti itu, apalagi dengan nasihat-nasihat yang sangat bijak dan jelas seperti itu, apakah ini pertanda, dari istikharah-ku?” Anie bergumam penasaran di dalam hati. Mimpi indah itu masih Anie simpan hingga selesai shalat Shubuh.
            Ba`da shalat Shubuh, Anie memanggil Ayah dan adiknya. Ia sudah tak sabar menceritakan mimpi indahnya. Berceritalah Anie dengan panjang lebar berkaitan dengan mimpi yang ia alami malam ini. Ayah dan adiknya begitu khusyu` menyimak sampai akhir cerita. Dengan sangat polos adik Anie yang bernama Arta Cahaya Ilahi bertanya: Kak nanti kalau ketemu ibu lagi, salam rindu ya kepadanya dari Arta, Arta kangeeen banget sama belaian bunda, sama masakan bunda, sama cerita-ceerita bunda menjelang tidur, bunda sedang bergembira di surga, iya kan kak?. Mendengar penuturan polos adiknya, Anie terharu bahagia, tak terasa air matapun menetes di pipinya, betapa tidak, Arta ditinggal ibu ketika seorang anak masih begitu membutuhkan kasih-sayang seorang ibu. Anie menimpali: “ Iya dik, ibu Insyaallah sedang bahagia di Surga, nanti akan kusampaikan salammu pada beliau. Mudah-mudahan kita nanti menyusulnya di surga”. Di sela-sela percakapan yang hangat yang terjadi antara Anie dan Arta, Ayahnya yang se dari tadi menyimak percakapan keduanya, begitu terharu dan iba, dalam hati ia berdo`a: semoga kedua anakku ini menjadi anak shalihah dan berbakti pada orang tua. Kemudian ia mengomentari mimpi Anie: “ An, menurut ayah, mimpi tadi adalah pertanda dari Allah, kalau kamu dikehendaki untuk menikah dengan Hamdi”. “Lho kok bisa Yah, apa alasan ayah sampai menyimpulkan demikian?” tanya Anie penasaran. “Aku melihat dari akhir mimpimu, kamu tentu ingat apa yang dikatakan ibumu waktu akhir mimpi? Bukankah dengan senyuman ia melantunkan hamdalah(Al-hamdulillah). Perlu kamu tahu bahwa nama Hamdi berasal dari akar kata arab yang sama yaitu: hamida-yahmadu-hamdan yang artinya memuji. Jadi menurutku ini sebagai pertanda bahwa Allah merestuinya. Wallahu`alam”. “Baiklah Yah, Bismillah....Saya terima Pak Hamdi sebagai calon suami, semoga Allah memudahkan hingga saatnya tiba”.

                                                                     ************
            Setelah Hamdi diterima dengan konsekwensi-konsekwensinya berupa menunggu dalam waktu 1-3 atau  4 tahun lamanya, akhirnya Anie berusaha tetap fokus belajar sampai menggapai kelulusan. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Anie menjalaninya dengan sabar sekaligus bimbang. Sabar karena pada faktanya, menunggu dalam waktu segitu pasti akan mendapat rintangan dan cobaan yang begitu banyak. Ia masih muda, cantik, dan brilian, tentunya banyak sekali cowok-cowak kampus yang berusaha menggoda keimanannya. Apa lagi dalam rentang-rentang menunggu Hamdi, sudah berkali-kali ada yang berusaha melamar langsung kepada ayahnya. Ia juga bimbang, lambat laun cinta pada Hamdi sudah tumbuh di hatinya, namun sampai sejauh ini untuk sekadar sms saja tak bisa karena Hamdi punya prinsip: aku tak akan pacaran, aku tak akan mengotori hati, walau hanya sekadar sms, semua akan indah pada waktunya, dan jika waktu itu tiba, maka akan aku sambut bidadariku dengan ketulusan cinta. Hubungan antara Anie dan Hamdi hanya sebatas melalui orang tua. Ketika Hamdi kangen, ia hanya menanyakan langsung ke Ayahnya, demikian pula Anie, ia hanya mampu bertanya pada Ayahnya perihal Hamdi, dan ia hanya mampu melihat dari kejauhan ketika Hamdi sedang menyampaikan kuliah Psikologinya. Hubungan seperti ini memang benar-benar menguji kesabaran dan kesetiaan. Tak hanya Anie, Hamdipun bukan tak terlepas dari ujian dan cobaan, berkali-kali ia ditawari untuk menikahi gadis yang shalihah dan cantik, tentu saja ia menolaknya, karena dia merasa sudah menemukan separuh hatinya. Ia juga sering ditanya oleh kawan-kawan dosen dan sejawatnya: “kapan nikah? Kapan nikah? Kapan nikah?” sebenarnya agak tak enak juga mendengar pertanyaan itu diulang-ulang, tapi dia punya komitmen, bahwa kuncup cinta akan mekar pada saatnya.

                                                                      **********

            Bunga yang dulu hanyalah kuncup hijau kini telah mekar menawan hati. Begitu cantiknya akhlak dan hatinya. Penantian bertahun-tahun Hamdi akhirnya tiba. Anie lulus kuliah dengan hasil memuaskan. Demikian juga Hamdi meraih sukses program doktoralnya. Sekarang tiba saatnya hari kebahagiaan. Hari di mana kedua pasangan saling menyatukan hati; hari di mana kedua pasangan saling menyatukan jiwa. Waktu yang begitu lama yang penuh dengan ujian dan cobaan, penuh dengan penantian dan kebimbangan akhirnya bisa dilampaui dengan kesabaran dan perjuangan. Keduanya telah menemukan takdir cinta-Nya. Bunga-bunga cinta telah mekar menyuguhkan kecantikannya. Ketika malam pertama, Hamdi membacakan puisi yang ia buat sendiri untuk Kanieta:

Ketika hati bejalan
Menyusuri taman cinta
Kutemukan bunga cinta
Yang berbalut kuncup
Hijaunya
Hati ini yakin kan cantiknya
Lantaran bunga-bunga cinta
Begitu indah menyandingnya
Aku yakin dan bersabar
Aku yakin dan menunggu
Bahwa bunga cinta itu
Akan mekar pada saatnya
Akhirnya
Setelah penantian yang penuh
Dengan perjuangan
dan pengorbanan
Hati ini mampu menyaksikan
Kuncupnya mekar
Menjadi bunga cinta
Yang tak sekadar cantik
Bahkan membuat hati tertarik
Dan tak berkutik
Hati bergumam:
Ya Allah
Al-hamdulillah
Al-hamdulillah
Al-hamdulillah
Yang Menganugerahiku
Samudera kesabaran
Hingga kusanggup menanti
Bunga cinta mekar
Dari kuncup hijaunya
Fabiayyi aalaai Rabbikuma tukadzibaan
Kokohkan jalinan cinta ini
Hingga sampai pada cinta sejati-Mu
Aaamiiin Ya Rabb....
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan