Home » » Tafsir al-Qur`an Paradigma Sya`rawi

Tafsir al-Qur`an Paradigma Sya`rawi

Written By Amoe Hirata on Minggu, 17 Mei 2015 | 05.51

           
         Segala puji bagi Allah Rab sekalian alam.. shalawat serta salam atas tuan kita Muhammad beserta keluarga dan semua sahabatnya.
            Ide-ide yang terlintas di benakku tentang al-Qur`an al-Karim bukan berarti adalah tafsir dari al-Qur`an. Ia hanya merupakan anugerah murni yang terlintas pada hati mukmin pada satu atau beberapa ayat. Sekiranya al-Qur`an bisa ditafsirkan, maka Rasulullahlah yang lebih utama menafsirkan, karena padanya diturunkan, dengannya ia berinteraksi, menyampaikan, berilmu dan beramal, serta muncul mukjizajt-mukjizatnya.
            Akan tetapi Rasulullah cukup menjelaskan pada manusia sesuai dengan kadar keperluan mereka terkait masalah ibadah yang menjelaskan hukum-hukum taklif dalam al-Qur`an al-Karim, yaitu: kerjakan! dan jangan kerjakan!...Hukum-hukum itulah yang mana manusia akan diganjar jika melakukannya dan akan diberi sanksi jika meninggalkannya..Inilah dasar-dasar ibadah hanya untuk Allah subhanahu wata`ala... yang diturunkan dalam al-Qur`an al-Karim sebagai manhaj untuk kehidupan manusia di muka bumi. Adapun rahasia-rahasia yang tersimpan dalam al-Qur`an tentang wujud(realitas), maka Rasulullah cukup mengajarkan yang ia ketahuio, karena –dengan ukuran atau standar akal pada waktu itu- akal belum mampu menerimanya. Di samping itu, dengan melemparkan tema(wacana) tersebut, dapat menuai perdebatan yang bisa merusak permasalahn agama, yang mana akan menjadikan manusia berpaling dari pemahaman manhaj Allah terkait ibadah menuju pada perdebatan seputar masalah-masalah agama yang tidak akan sampai pada sesuatu apapun.
            Al-Qur`an al-Karim diturunkan bukan untuk mengajarkan kita rahasia-rahasia alam, akan tetapi ia datang dengan membawa hukum-hukum taklif yang jelas, serta rahasia-rahasia wujud yang terpendam, hingga peradaban-peradaban menjadi maju, di mana pemahaman akal manusia bertambah luas lalu Allah menampakkan rahasia-rahasia alam yang menjadikan kita semakin banyak memahami persembahan-persembahan al-Qur`an mengenai rahasia-rahasia alam.
            Setiap kali zaman berkembang, dan Allah menyingkap untuk manusia rahasia baru tentang alam, maka semakin jelas kemukjizatan baru dalam al-Qur`an..karena Allah sungguh telah mengisyaratkan tentang ayat-ayat kauniah dalam KitabNya yang mulia. Terkadang isyaratnya hanya pada satu ayat, atau beberapa ayat.. akan tetapi ayat-ayat ini atau ayat-ayat tersebut, memberikan kita kemukjizatan yang tidak akan bisa dicapai oleh ilmu kedalamannya.
            Al-Qur`an al-Karim membawa bersamanya –waktu turun- mukjizat-mikjizat yang menunjukkan kebenaran penyampai dari Allah subhanahu wata`ala, dan tentang kebenaran risalah Rasulullah shallallahu `laihi wasallam.....mukjizat pertama kali ialah al-Qur`an yang merupakan Kalam Allah yang di dalamnya ada pemberian Allah yang dapat membuat jiwa manusia suk dan tertarik.
            Al-Qur`an menyapa potensi-potensi tersembunyi yang tidak bisa kita ketahui, akan tetapi diketahui Allah Sang Maha Pencipta manusia, ialah Yang Paling Mengetahuinya...potensi-potensi(kemampuan-kemampuan) ini bereaksi ketika mendengar al-Qur`an lalu jati pun menjadi lunak lantas masuklah iman padanya.
            Orang-orang kafir menyadari pengaruh al-Qur`an al-Karim dalam jiwa manusia...sebua pengaruh yang tidak bisa ditafsirkan oleh seorang pun...akan tetapi dapat menarik jiwa pada keimanan, dan memasukkan rahmat pada hati.
            Karena itulah, para pemuka kafir sangat banyak khawatir jika orang-orang kafir mendengarkan al-Qur`an. Mereka berusaha menghalanginya dengan berbagai cara...mereka akan bertindak melampaui batas terhadap orang yang membaca al-Qur`an...sekiranya al-Quran ini bukan Kalam Allah yang dibuat di dalamnya rahasia-rahasia yang menyapai potensi-potensi tersembunyi di dalam jiwa manusia, maka para pemuka kafir tidak akan peduli siapaun yang mendengarkan atau tidak mendengarkan al-Qur`an. Akan tetapi, perasaan mereka terhadap pengaruh yang ditimbulkan dari Kalam Allah, membuat mereka bukan hanya menghalangi orang mendengarkan al-Qur`an, tapi mereka berkata-sebagaimana yang diceritakan al-Qur`an pada kita-: “Dan orang-orang kafir berkata, ‘kalian jangan mendengar al-Qur`an ini dan buatlah keributan di dalamnya agar kalian menang”.[1]
            Demikianlah kita mengetahui bahwa orang kafir bukan hanya menghalangi orang mendengarkan al-Qur`an, bahkan meminta mereka –para penolong dan pendukungnya- membuat keributan dalam al-Qur`an, maknanya ialah(membuat kebisingan padanya) mereka sampai melakukan perbuatan tersebut tidak lain melainkan rasa kekhawatiran mereka terhadap pengaruh al-Qur`an dalam memikat jiwa manusia pada keimanan.
            Sesungguhnya hanya sekadar membacakan al-Qur`an al-Karim dapat menarik jiwa orang kafir menuju manhaj Allah subhanahu wata`ala.
            Jika kita mengambil contoh tentang islamnya Umar bin khattab radhiyallahu `anhu, kita mendapati bahwa Umar tahu bahwa saudarinya, Fathimah dan suaminya –yang juga sepupunya-, Sa`id bin Zaid telah masuk Islam, kemudian ia bergegas menuju keduanya ingin meringkusnya. Ia berusaha memukul Sa`id bin Zaid, ketika Fathima ikut membela suaminya, maka Umar memukulnya hingga mengucur darah darinya. Ketika Umar melihat darah mengalir dari wajah saudarinya Fathimah, hatinya menjadi lembut(kasihan). Terjadilah dalam hatinya reaksi rahmat sebagai ganti dari reaksi ingin menyakiti. Keluarlah kecongkaan dari hatinya, lalu dipenuhi kejernihan...ia lantas meminta lembaran mushaf al-Qur`an dari saudarinya yang baru saja dibaca...lalu Umar membaca dari awal Surah Thaha”, kemudian berkomentar: “Betapa indah dan mulianya kalimat ini! Kemudian ia cepat-cepat menuju Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam untuk mengumumkan keislamannya.....Karena itulah kita katakan: “Jika kecongkakan atau pembangkangan telah keluar dari hati, lalu orang dengan hati bersih membaca al-Qur`an maka iman akan masuk ke dalam hatinya.
            Umar telah mendengar al-Qur`an sebelum itu, tapi tetap saja tidak masuk Islam. Namun, ketika ia melihat darah mengalir dari wajah saudarinya, tiba-tiba terjadi perebahan: yang sebelumnya adalah respon ingin menyakiti menjadi respon penuh belas kasihan..Ia telah menyambut al-Qur`an dengan jiwa yang bersih, lalu hatinya dipenuhi dengan keimanan. Ia pun segera menuju Rasulullah untuk menyatakan keislamannya.
            Karena itulah, orang-orang kafir berusaha memprovokatori perasaan kafir di dalam hati, supaya al-Qur`an tidak masuk ke dalam hati. Karena, pertama-tama, supaya kamu bisa menyambut keimanan, maka kamu wajib memnjernihkan hatimu dari kekafiran.
            Demikianlah kita melihat al-Qur`an al-Karim –karena ia adalah Kalam Allah-, ia memiliki pengaruh khusus pada jiwa manusia, hingga orang kafir mencuri-curi pendengaran untuk mendengarkan al-Qur`an dari belakan mereka. Di antara mereka ada yang mengatakan: “Sesungguhnya kata-kata al-Qur`an sangat manis, akarnya harum, dan ranting-rantingnya matang. Ia tinggi dan tak tertandingi”. Ini merupakan awal kemukjizatan, karena al-Qur`an al-Karim adalah Kalam Allah tabaraka wa ta`ala.
            Para sahabat dan orang-orang mukmin yang semasa dengan Rasulullah waktu turun al-Qur`an telah berhenti sejauh yang akal mereka mampu pahami terkait rahasia-rahasia alam dan al-Qur`an al-karim. Maka kita tidak pernah mendapati seorang sahabat pun yang bertanya pada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam tentang makna ayat-ayat kauniah dalam al-Qur`an, atau tentang persembahan al-Qur`an terkait masalah bahasa. Sebagai contoh, tidak ada seorang pun di antara mereka yang menanyakan makna “ Alif Lam Mim”, “`Aisn Sin Qaf”, Ham Mim”, padahal Rasulullah meladeni banyak orang yang beriman pada Allah, dan banyak orang yang tidak beriman pada Allah. Orang-orang kafir mau menjatuhkan hujjah Rasulullah dan al-Qur`an al-karim, tapi kita tidak pernah mendengar dari lisan mereka –padahal mereka adalah kaum yang ahli dafn fasih berbahasa Arab- tidak ada di antra mereka yang bertanya: “Apa makna “Alif Lam Mim”, `Ain Sin Qaf”, dan “Ha, Mim”.
            Bagaimana orang kafir melewati pembuka surat-surat tadi, tapi tidak ada seorang pun yang berusaha mendebat Rasulullah? Inilah kesempatan mereka untuk mendebat Rasulullah. Tidak diragukan lagi,bahwa orang kafir tidak menjadikan pembuka surah al-Qur`an sebagai bahan untuk mendebat Rasulullah adalah bukti bahwa mereka juga merasakan reaksi positif dari al-Qur`an meskipun mereka tidak mengimaninya. Mereka tidak menemukan celah yang bisa mereka pergunakan untuk menghancurkan atau meragu-ragukan al-Qur`an.Seandainya huruf-huruf ini bisa membantu merealisasikan tujuan mereka, maka pasti akan menggunakannya dan akan diperlihatkan pada manusia.
            Sesungguhnya Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dialah yang menerima langsung al-Qur`an, ia menafsirkan, menjelaskan setiap yang berkaitan dengan taklif keimanan, dan membiarkan yang berkaitan dengan yang selain taklif untuk generasi sesudahnya. Zaman pun terus bergulis. Allah pun menyediakan untuk hamba-hambanya rahasia-rahasia tentang ayat-ayatnya dalam bumi sesuai dengan yang Ia kehendaki. Karena itulah, pemberian al-Qurr`an sejalan dengan kadar kemampuan akal. Kenapa? Karena risalah yang  mendahului Islam, dibatasi dengan waktu dan tempat, adapun al-Qur`an maka waktunya terus membentang hingga hari kiamat. Karena itu, ia harus tetap mempersembahkan kemukjizatan pada setiap generasi, supaya al-Qur`an tetap menjadi mukjizat di sepanjang masa.
            Al-Qur`an turun menantang orang Arab dalam hal bahasa dan balaghah. Akan tetapi, karena ia juga agama untuk semua manusia, maka ia juga menantang selain orang Arab yang mereka unggul dalam bidangnya. Karena itu, ia menjadi penantang bagi orang non-Arab sewaktu turunnya. Pada waktu itu terjadi peperangan antara Romawi dan Persia  pada waktu turunnya al-Qur`an. Romawi dan Persia merupakan duakekuatan adidaya di masa itu. Ia sekarang seperti USA dan Uni Soviet. Terjadilah perang di antara keduanya...lalu Romawi kalah..lalu tiba-tiba al-Qur`an turun seraya berkata: “Alif Lam Mim* Bangsa Romawi telah dikalahkan*Di negeri paling rendah. Sedangkan mereka sesudah kalah akan menang*pada beberapa tahun(antara satu sampai delapan tahun). Kepunyaan Allahlah segala urusan dari sebelumnya maupun sesudahnya, pada waktu itu, bergembiralah orang-orang beriman”.[2]
            Seandainya al-Qur`an dibuat oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, lalu apa yang membuatnya ikut campur dalam permasalahan seperti ini, tidak ada seorang pun yang memintanya masuk pada urusan tersebut? Bagaimana Rasulullah ikut campur pada Kalam yang dianggap beribadah ketika membacanya sampai pada hari kiamat, tidak akan berubah dan berganti dengan mengumumkan hasil peperangan yang akan terjadi beberapa tahunlagi? Dan apa yang akan terjadi pada perkara agama semuanya seandainya terjadi, sedangkan pemenangnya adalah Persia kembali? Atau seandainya perang tidak terjadi, kemudian keduanya berdama? Tentu saja, semua itu akan melenyapkan perkara agama semuanya. Akan tetapi, karena Allah azza wajalla yang berkata, Dia pula yang berbuat. Ayat ini datang sebagai mukjizat untuk orang non-Arab pada waktu turunnya al-Qur`an. Perang pun terjadi. Memang benar, pada waktu itu yang memenangkan peperangan adalah bangsa Romawi sebagaiman yang telah diinformasikan al-Qur`an.
            Al-Qur`an tidak hanya menurunkan mukjizat pada waktu tertentu saja, bahkan ia akan senantiasa menurunkan mukjizat hingga terjadinya kiamat. Qur`an adalah Kalam Allah, sedangkan alam adalah makhluk Allah, karena itu al-Qur`an datang untuk memberikan mukjizat pada setiap generasi terhadap yang mereka unggul dibidangnya(yang mereka ahli di bidangnya).
            Jika kita mau menggambil contoh untuk ilmu modern yang ditemukan pada abad keduapuluh, dan sudah menjadi hakikat ilmiah, kita mendapati bahwa al-Qur`an al-Karim menunjukkan mukjizat yang mencengangkan. Yang mana ada lafadz yang tidak bertabrakan dengan akal baik pada waktu turunnya al-Qur`an maupun dengan perkembangan ilmu dan penemuan ayat-ayat Allah di bumi. Tidak ada yang mampu menunjukkan mukjizat yang mencengangkan seperti ini, melainkan Allah azza wajalla. Baca misalnya firman Allah ta`ala: “Dan bumi kami bentangkan dan kami pancangkan gunung padanya, serta kami tumbuhkan tumbuh-tumbuhan di dalamnya, pada setiap pasang yang indah”.[3] Kata “Madd”(membentangkan) maknanya melapangkan. Ketika al-Qur`an al-Karim turun dengan firman Allah: “Dan bumi kami bentangkan”..ini tidak menjadi masalah bagi akal manusia yang semasa dengan turunnya al-Qur`an al-Karim. Karena orang melihat bumi ini terbentang dan lapang, karena al-Qur`an memeang membicarakan itu. Kemudian berkembanglah ilmu pengetahuan, kemudian manusia tahu bahwa bumi itu bulat. Berangkatlah manusia ke luar angkasa kemudia melihat bumi seperti bentuk bola...di sini sebagian akal merasa bahwa al-Qur`an bertentangan dengan penemuan ilmu modern..maka kami jawab: “apakah Allah berkata –yakni bumi itu-“mamdud, mabsuth” lapang atau terbentang?” Sama sekali tidak. Tetapi Ia berkata: bahwa bumi ...secara mutlak, yakni setiap tempat di bumi yang kau pijak jika engkau lihat di depan mu pasti datar, lapang, atau terbentang.
            Jika engkau turun di kutub utara, engkau lihat ia terbentang. Demikian pula ketika di kutub selatan, engkau lihat ia terbentang. Demikian pulu ketika di garis katulistiwa, engkau lihat ia terbentang.  Jika kamu berjalan dari satu titik di atas bumi maka kamu akan tetap melihatnya terbentang. Ini tidak mungkin terjadi selamanya, melainkan jika bumi ini bulat. Seandainya bumi berbentuk segitiga, segi empat, segi enam, atau dalam bentuk arsitektur lain, maka kamu akan sampai pada pinggir yang sesudahnya tidak ada sesuatu, akan tetapi supaya bumi tetap terbentang di depanmu di semua tempat yang kau jalani, maka ia harus berbentuk bulat.
            Kemukjizatan ini yang sesuai dengan kadar kemampuan akal pad waktu turunnya al-Qur`an al-Karim, jika ada perkembangan ilmu baru dan sampai pada hakikat ilmiah yang dipercaya manusia. Engkau dapati bahwa ayat-ayat al-Qur`an sesuai dengan hakikat ilmiah dengan kesesuaian yang mencengangka, tidak ada yang mampu berbuat demikian, melainkan Allah azza wajalla.
            Seandainya nabi shallallahu `alaihi wasallam jika menyampaikan ayat-ayat kauinah dengan penyampaian yang tidak sesuai dengan kesiapan akal pada waktu turunnya al-Qur`an , maka barangkali akal manusia akan berpaling dari dasar-dasar agama, menuju pada perdebatan mengenai rahasia-rahasia alam yang tak dapat dipahami dan dikuasainya. Akan tetapi, Allah tabaraka wa ta`ala membiarkan pada alam banyak hal untuk loncatan (perkembangan) akal manusia dalam bidang keilmuan,  yang mana setiap kali ilmu berkembang ia kan menjumpai benang yang mengikat antara ayat-ayat Allah di alam dengan ayat-ayat al-Qur`an al-Karim. Sekiranya Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam  menafsirkan hal-hal kauniah dalam al-Qur`an pada waktu diturunkannya al-Qur`an, maka al-Qur`an akan menjadi jumud(statis). Karena, tidak ada seorang pun di antara kita yang bisa menafsirkan al-Qur`an setelah tafsiran Rasulullah shallahu `alaihi wasallam. Dengan demikian persembahan al-Qur`an akan menjadi jumud(terhenti). Akan tetapi Rasulullah shallal;lahu `alaihi wasallam  membiarkan penafsirannya. Ia memberi kesempatan untuk persembahan-persembahan al-Qur`an al-Karim yang baru hingga hari kiamat. Demikianlah, tidak menafsirkan(menahan diri dari mendasirkan al-Qur`an secara keseluruhan) secara penuh, adalah justru sebagai pemberian. Ini merupakan mukjizat lain dari kemukjizatan al-Qur`an.
            Kata “qur`ān”, pada saat kamu mendengarnya, kamu akan memahaminya sebagai sesuatu yang dibaca. Ia merupakan isim mashdar dari: qara`a. Misalnya: Ghafara-Ghufrānan. Akan tetapai, setelah turunnya al-Qur`an al-Karif, lafadz “qur`an” sudah menjadi sebuah nama dari kalam yang diwayuhkan dari Allah azza wajalla, untuk Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dengan maksud menantang. Allah juga menamakannya sebagai, ‘kitāb’.
            Jadi ia adalah Qur`an lantaran dibaca. Ia juga sebagai kitab, karena ia ditulis. Membaca mengharuskan penghafal, sedangkan tulisan tidak mengharuskan penghafal. Ketika manusia membaca kitab, ia tidak perlu kepada hafalan. Karena itu, al-Qur`an memiliki dua cara di antara dua cara dalam membacanya, yaitu: membaca dengan dada(hafalan), dan ditulis dalam tulisan, yang mana engkau akan mampu membacanya kapan saja.
            Ketika dimulai pembukuan al-Qur`an al-Karim, ia tidak ditulis melainkan jika tertulis di pelepah kurma, kulit atau wasilah lain yang merupakan sarana penulisan pada zaman turunnya al-Qur`an. Adapun syarat tambahan, ialah hendaknya setiap ayat yang ditulis disaksikan oleh dua orang sahabat yang menghafalnya. Ada satu ayat yang tidak tertulis di hadapan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, melainkan pada seorang penghafal saja. Kalau berdasarkan qiyas, maka ayat ini tidak bisa ditulis. Yaitu firman Allah: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”.[4] Akan tetapi, lihat pada khawathir imaniyah(ide keimanan yang terlintas pada benak orang beriman) yang dihe,buskan Allah pada hati mukmin untuk menyempurnakan manhajnya.. ayat ini tidak ada yang menghafalnya, kecuali Huzaima bin Tsabit radhiyallahu `anhu. Ketika terjadi perdebatan seputar pembukuannya, mereka ingat sabda Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam: “Barangsiapa yang disaksikan Huzaimah, maka cukuplah baginya”.[5]
            Diriwayatkan dari Zaid bin tsabit radhiyallahu `anhu, ia berkata: Aku tidak menjumpainya bersama seorang pun, melainkan Khuzaimah binTsabit al-Anshari radhiyallahu `anhu, yang mana Rasulullah menjadikan kesaksiannya setara dengan kesaksian dua orang saksi laki-laki: ( Di antara orang-orang beriman ada orang-orang,...). Rasulallah yang mulia shallallahu `alaihi wasallam telah memberikan pada Khuzaimah bi Tsabit sendiri bagian dua orang saksi laki-laki. Ini aca ceritanya. Suatu saat Rasulullah shallahu `alaihi wasallam membeli kuda dari seorang Arab badui, lalu Rasulullah mengikutinya berjalan, sedangkan orang arab badui tersebut memperlambat. Lalu mulailah ada seornag yang menawar kudanya, tanpa mengerti bahwa nabi telah membelinya. Lalu orang arab badui itu memanggil Rasul shallalahu `alaihi wasallam, seraya berkata: jika engkau membeli kuda ini silahkan! Jika tidak, maka akan aku jual, yakni kamu mau membeli kuda atau aku akan menjualnya?
            Lalu nabi menjawab: “Bukankah sudah aku beli darimu?”. Orang Arab Badui tersebut menjawab:: “Saya belum menjualnya padamu”(yakni aku belum menjual kuda itu padamu). Lalu nabi shallallahu `alaihiwasallam menjawab: “tidak, sungguh aku telah membelinya darimu”. Maka orang Arab badui berkata: “datangkan padaku saksi!”. Lalu Khuzaimah binTsabit berkata: :Aku menjadi saksi bahwa engkau telah menjualnya.
            Setelah orang-orang pada pergi, nabi pun menemui Khuzaimah seraya bertanya: “Dengan apa kamu bersaksi?”(yakni: bagaimana kamu bersksi atas peristiwa ini, padahal kamu tidak ada waktu transaksi jual-beli antara aku dan orang arab badui?). Lali Khuzaimah menjawab: “Dengan kejujuranmu wahai rasulullah,(yaitu apakah aku membenarkanmu pada setiap apa yang kamu bawa dari berita langit, dan mendustakanmu dalam permasalahan in?).[6]
            Lalu Rasulullallah shallahu `alaihi wasallam mendajikan kesaksian Khuzaimah setara dengan dua orang laki-laki. Karena itu, sempurnalah pembukuan al-Qur`an. Khuzaimah, digelari dengan dzu syahadatain(yang punya dua kesaksian), karena Rasulullah shallahu `alaihi wasallam yang memberinya ijazah(pengakuan) kesaksiannya setara dengan dua saksi.
            Jika kita ingin mendefinisikan al-Qur`an, maka kita harus keluar dari ukuran-ukuran manusia. Orang-orang ketika mendefinisikan sesuatu, mengatakan: batasnya seperti ini, gambaranya seperti ini..dan seterusnya. Akan tetapi, jika kita hendak mendefinisikan al-Qur`an, maka kita katakan: Sesungguhnya al-Qur`an ialah dimulai dari surat  al-Fatihah dan diakhiri surah An-Nas. Yakni dimulai dari awal surat al-Fatihah sampai akhir surah an-Nas, agar kita memohon perlindungan dari setan yang terkutuk sebelum membaca ayat al-Qur`an, sebagamana diajarkan Allah: “Maka apabila kamu hendak membaca al-Qr`an, maka memohonlah pada Allah pertolongan dari setan yang terkutuk”.[7]
            Akan tetapi para ulama ingin meringankan definisi al-Qur`an dengan definisi: “Kalam Allah yang diturunkan pada Muhammad shallallahu `alaihi wasallam dengan maksud tantangan dan melemahkan untuk dijelaskan pada manusia manhaj Allah, dan al-Qur`an sesuai dengan manhaj yang telah mendahuluinya, akan tetapi ia memberi tambahan padanya, dan membenarkan apa yang telah dibuang darinya. Karena ia diwahyukan dari Allah. Taurat, Injil, dan Zabur berasal dari Allah, akan tetapi hanya membawa manhaj saja, adapun al-Qur`an adalah kitab yang berisi manhaj sekaligus mukjizat yang menunjukkan kebenaran Rasulullah shalllahu `alaihi wasallam.
            Kitab Taurat adalah manhaj Nabi Musa `alaihissalam, sedangkan mukjizatnya ialah tongkat. Adapun Injil merupakan manhaj Nabi Isa `alaihissalam, sedangkan mukjizatnya ialah menyembuhkan orang yang buta sejak kecil, dan menyembutkan penyakit lepra atas izin Allah. Jadi, maka para rasul terdahulu, memiliki manhaj dan mukjizat yang terpisah. Lain halnya dengan al-Qur`an, ia adalah manhaj sekaligus mukjizat. Yang demikian itu karena manhaj-manhaj yang dikirim pada rasul terdahulu dengan maksud untuk dihapus pada masa sesudahnya. Adapun al-Qur`an al-Karim diturunkan dengan tetap sampai hari kiamat. Karena itu, ia harus diperkuat dengan manhaj sekaligus mukjizat supaya setiap pengikut Muhammad shallallahu `alaihi wasallam bisa berkata: “Muhammad adalah Rasul (utusan) Allah”. Itulah mukjizatnya. Sedangkan mukjizat para rasul terdahulu sudah lenyap dan selesai, karena mukjizatnya berupa mukjizat indrawi. Orang yang melihatnya, akan beriman. Sedangkan orang yang tidak melihatnya, maka ia bukan yang dimaksudkan dengannya, karena ia terjadi untuk mengokohkan orang-orang beriman yang mengikuti rasul. Maka mukjizat Isa `alaihissalam tidak mungkin kembali lagi sekarang. Demikian pula tongkat Musa `alaihissalam yang dapat membelah laut, tidak akan bisa diulang oleh pengikut Musa di masa sekarang seraya mengatakan: “Inilah mukjizat Musa”.
            Jadi para rasul terdahulu memiliki mukjizat dan manhaj yang terpisah. Adapun manhaj dan mukjizat bisa bersatu hanya terjadi pada risalah Muhammad shallallahu `alaihi wasallam. Di risalah-risalah lain, keduanya tidak menyatu.
            Dengan sekali pandang terhadapa firman Allah azza wajalla tentang kehidupan alam yang dsediakan untuk akal manusia pada abad keduapuluh, kita mendapati bahwa al-Qur`an al-karim mengisyaratkannya. Karena umur risalah qur`ani terus berlangsung hingga kiamat. Selama ia berlangsung hingga kiamat, maka al-Qur`an tetap akan menjadi mukjizat hingga hari kiamat. Karena itulah Allah subhanahu wata`ala berfirmian: “Akan kami perlihatkan pada mereka ayat-ayat kami di cakrawala dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa ia benar. Tidakkah cukup Rabmu, bahwa Ia Maha Menyaksikan atas segala sesuatu”.[8]
                Maksudnya, al-Qur`an memiliki dua pemberian atau persembahan dalam masalah mukjizat. Persembahan pertama ialah ayat-ayat yang ada di cakrawala atau ufuk. Ini dinamakan ayat kauniah. Sedangkan persembahan kedua ialah ayat-ayat yang ada dalam diri manusia sendiri. Ayat ini terkain dengan rahasia-rahasia jasad manusia.
            Firman Allah subhanahu wata`ala: “hingga jelas bagi mereka bahwasanya ia benar”, maksudnya ialah al-Qur`an adalah benar. Karena itu, kita bisa berkata: Sesungguhnya ayat-ayat kauniah, pasti akan sesuai dengan ayat-ayat al-Qur`an. Maksudnya, bahwa Allah telah meletakkan dalam al-Qur`an al-Karim ayat-ayat kauniah beserta rahasia-rahasianya. Ia juga meletakkan ayat yang berkaitan dengan jasad dan bentuk manusia, yang bisa diberikan pada orang beriman maupun non-beriman.
            Karena itu, kita harus merenungi al-Qur`an al-Karim beberapa perenungan tersebut, supaya kita bisa menjelaskan ayat-ayat dan rahasia-rahasia apa yang ada di dalamnya, agar jelas bagi mereka bahwa al-Qur`an adalah benar. Dan akhir seruan kita ialah: Segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam.



[1] Qs. Fusshilat: 26
[2] Qs. Al-Rum: 1-4
[3] Qs. Qaf: 7
[4] Qs. Al-Ahzab: 23
[5] Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Sunan Kubra, dan Thabrani dalam Kabir, sedangkan kisah ini diriwayatkan Bukhari dalam shahihnya.
[6] Hr. Abu Daud, Ahmad, Nasai dalam Sunan Kubra
[7] Qs. An-Nahl: 68
[8] Qs. Fusshilat: 53
Share this article :

1 komentar:

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan