Ide-ide
yang terlintas di benakku tentang al-Qur`an al-Karim bukan berarti adalah
tafsir dari al-Qur`an. Ia hanya merupakan anugerah murni yang terlintas pada
hati mukmin pada satu atau beberapa ayat. Sekiranya al-Qur`an bisa ditafsirkan,
maka Rasulullahlah yang lebih utama menafsirkan, karena padanya diturunkan,
dengannya ia berinteraksi, menyampaikan, berilmu dan beramal, serta muncul
mukjizajt-mukjizatnya.
Akan
tetapi Rasulullah cukup menjelaskan pada manusia sesuai dengan kadar keperluan
mereka terkait masalah ibadah yang menjelaskan hukum-hukum taklif dalam
al-Qur`an al-Karim, yaitu: kerjakan! dan jangan kerjakan!...Hukum-hukum itulah
yang mana manusia akan diganjar jika melakukannya dan akan diberi sanksi jika
meninggalkannya..Inilah dasar-dasar ibadah hanya untuk Allah subhanahu
wata`ala... yang diturunkan dalam al-Qur`an al-Karim sebagai manhaj untuk
kehidupan manusia di muka bumi. Adapun rahasia-rahasia yang tersimpan dalam
al-Qur`an tentang wujud(realitas), maka Rasulullah cukup mengajarkan yang ia
ketahuio, karena –dengan ukuran atau standar akal pada waktu itu- akal belum
mampu menerimanya. Di samping itu, dengan melemparkan tema(wacana) tersebut,
dapat menuai perdebatan yang bisa merusak permasalahn agama, yang mana akan
menjadikan manusia berpaling dari pemahaman manhaj Allah terkait ibadah menuju
pada perdebatan seputar masalah-masalah agama yang tidak akan sampai pada
sesuatu apapun.
Al-Qur`an
al-Karim diturunkan bukan untuk mengajarkan kita rahasia-rahasia alam, akan
tetapi ia datang dengan membawa hukum-hukum taklif yang jelas, serta
rahasia-rahasia wujud yang terpendam, hingga peradaban-peradaban menjadi maju,
di mana pemahaman akal manusia bertambah luas lalu Allah menampakkan
rahasia-rahasia alam yang menjadikan kita semakin banyak memahami
persembahan-persembahan al-Qur`an mengenai rahasia-rahasia alam.
Setiap
kali zaman berkembang, dan Allah menyingkap untuk manusia rahasia baru tentang
alam, maka semakin jelas kemukjizatan baru dalam al-Qur`an..karena Allah
sungguh telah mengisyaratkan tentang ayat-ayat kauniah dalam KitabNya yang
mulia. Terkadang isyaratnya hanya pada satu ayat, atau beberapa ayat.. akan
tetapi ayat-ayat ini atau ayat-ayat tersebut, memberikan kita kemukjizatan yang
tidak akan bisa dicapai oleh ilmu kedalamannya.
Al-Qur`an
al-Karim membawa bersamanya –waktu turun- mukjizat-mikjizat yang menunjukkan
kebenaran penyampai dari Allah subhanahu wata`ala, dan tentang kebenaran
risalah Rasulullah shallallahu `laihi wasallam.....mukjizat pertama kali
ialah al-Qur`an yang merupakan Kalam Allah yang di dalamnya ada pemberian Allah
yang dapat membuat jiwa manusia suk dan tertarik.
Al-Qur`an
menyapa potensi-potensi tersembunyi yang tidak bisa kita ketahui, akan tetapi
diketahui Allah Sang Maha Pencipta manusia, ialah Yang Paling
Mengetahuinya...potensi-potensi(kemampuan-kemampuan) ini bereaksi ketika
mendengar al-Qur`an lalu jati pun menjadi lunak lantas masuklah iman padanya.
Orang-orang
kafir menyadari pengaruh al-Qur`an al-Karim dalam jiwa manusia...sebua pengaruh
yang tidak bisa ditafsirkan oleh seorang pun...akan tetapi dapat menarik jiwa
pada keimanan, dan memasukkan rahmat pada hati.
Karena
itulah, para pemuka kafir sangat banyak khawatir jika orang-orang kafir
mendengarkan al-Qur`an. Mereka berusaha menghalanginya dengan berbagai
cara...mereka akan bertindak melampaui batas terhadap orang yang membaca
al-Qur`an...sekiranya al-Quran ini bukan Kalam Allah yang dibuat di dalamnya
rahasia-rahasia yang menyapai potensi-potensi tersembunyi di dalam jiwa
manusia, maka para pemuka kafir tidak akan peduli siapaun yang mendengarkan
atau tidak mendengarkan al-Qur`an. Akan tetapi, perasaan mereka terhadap
pengaruh yang ditimbulkan dari Kalam Allah, membuat mereka bukan hanya
menghalangi orang mendengarkan al-Qur`an, tapi mereka berkata-sebagaimana yang
diceritakan al-Qur`an pada kita-: “Dan orang-orang kafir berkata, ‘kalian
jangan mendengar al-Qur`an ini dan buatlah keributan di dalamnya agar kalian
menang”.[1]
Demikianlah
kita mengetahui bahwa orang kafir bukan hanya menghalangi orang mendengarkan
al-Qur`an, bahkan meminta mereka –para penolong dan pendukungnya- membuat
keributan dalam al-Qur`an, maknanya ialah(membuat kebisingan padanya) mereka
sampai melakukan perbuatan tersebut tidak lain melainkan rasa kekhawatiran mereka
terhadap pengaruh al-Qur`an dalam memikat jiwa manusia pada keimanan.
Sesungguhnya
hanya sekadar membacakan al-Qur`an al-Karim dapat menarik jiwa orang kafir
menuju manhaj Allah subhanahu wata`ala.
Jika
kita mengambil contoh tentang islamnya Umar bin khattab radhiyallahu `anhu,
kita mendapati bahwa Umar tahu bahwa saudarinya, Fathimah dan suaminya –yang
juga sepupunya-, Sa`id bin Zaid telah masuk Islam, kemudian ia bergegas menuju
keduanya ingin meringkusnya. Ia berusaha memukul Sa`id bin Zaid, ketika Fathima
ikut membela suaminya, maka Umar memukulnya hingga mengucur darah darinya.
Ketika Umar melihat darah mengalir dari wajah saudarinya Fathimah, hatinya
menjadi lembut(kasihan). Terjadilah dalam hatinya reaksi rahmat sebagai ganti
dari reaksi ingin menyakiti. Keluarlah kecongkaan dari hatinya, lalu dipenuhi
kejernihan...ia lantas meminta lembaran mushaf al-Qur`an dari saudarinya yang
baru saja dibaca...lalu Umar membaca dari awal Surah Thaha”, kemudian
berkomentar: “Betapa indah dan mulianya kalimat ini! Kemudian ia cepat-cepat menuju
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam untuk mengumumkan
keislamannya.....Karena itulah kita katakan: “Jika kecongkakan atau
pembangkangan telah keluar dari hati, lalu orang dengan hati bersih membaca
al-Qur`an maka iman akan masuk ke dalam hatinya.
Umar
telah mendengar al-Qur`an sebelum itu, tapi tetap saja tidak masuk Islam.
Namun, ketika ia melihat darah mengalir dari wajah saudarinya, tiba-tiba
terjadi perebahan: yang sebelumnya adalah respon ingin menyakiti menjadi respon
penuh belas kasihan..Ia telah menyambut al-Qur`an dengan jiwa yang bersih, lalu
hatinya dipenuhi dengan keimanan. Ia pun segera menuju Rasulullah untuk
menyatakan keislamannya.
Karena
itulah, orang-orang kafir berusaha memprovokatori perasaan kafir di dalam hati,
supaya al-Qur`an tidak masuk ke dalam hati. Karena, pertama-tama, supaya kamu
bisa menyambut keimanan, maka kamu wajib memnjernihkan hatimu dari kekafiran.
Demikianlah
kita melihat al-Qur`an al-Karim –karena ia adalah Kalam Allah-, ia memiliki
pengaruh khusus pada jiwa manusia, hingga orang kafir mencuri-curi pendengaran
untuk mendengarkan al-Qur`an dari belakan mereka. Di antara mereka ada yang
mengatakan: “Sesungguhnya kata-kata al-Qur`an sangat manis, akarnya harum, dan
ranting-rantingnya matang. Ia tinggi dan tak tertandingi”. Ini merupakan awal
kemukjizatan, karena al-Qur`an al-Karim adalah Kalam Allah tabaraka wa
ta`ala.
Para
sahabat dan orang-orang mukmin yang semasa dengan Rasulullah waktu turun
al-Qur`an telah berhenti sejauh yang akal mereka mampu pahami terkait
rahasia-rahasia alam dan al-Qur`an al-karim. Maka kita tidak pernah mendapati
seorang sahabat pun yang bertanya pada Rasulullah shallallahu `alaihi
wasallam tentang makna ayat-ayat kauniah dalam al-Qur`an, atau tentang persembahan
al-Qur`an terkait masalah bahasa. Sebagai contoh, tidak ada seorang pun di
antara mereka yang menanyakan makna “ Alif Lam Mim”, “`Aisn Sin Qaf”, Ham Mim”,
padahal Rasulullah meladeni banyak orang yang beriman pada Allah, dan banyak
orang yang tidak beriman pada Allah. Orang-orang kafir mau menjatuhkan hujjah
Rasulullah dan al-Qur`an al-karim, tapi kita tidak pernah mendengar dari lisan
mereka –padahal mereka adalah kaum yang ahli dafn fasih berbahasa Arab- tidak
ada di antra mereka yang bertanya: “Apa makna “Alif Lam Mim”, `Ain Sin Qaf”,
dan “Ha, Mim”.
Bagaimana
orang kafir melewati pembuka surat-surat tadi, tapi tidak ada seorang pun yang
berusaha mendebat Rasulullah? Inilah kesempatan mereka untuk mendebat
Rasulullah. Tidak diragukan lagi,bahwa orang kafir tidak menjadikan pembuka
surah al-Qur`an sebagai bahan untuk mendebat Rasulullah adalah bukti bahwa
mereka juga merasakan reaksi positif dari al-Qur`an meskipun mereka tidak
mengimaninya. Mereka tidak menemukan celah yang bisa mereka pergunakan untuk
menghancurkan atau meragu-ragukan al-Qur`an.Seandainya huruf-huruf ini bisa
membantu merealisasikan tujuan mereka, maka pasti akan menggunakannya dan akan
diperlihatkan pada manusia.
Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dialah yang menerima langsung
al-Qur`an, ia menafsirkan, menjelaskan setiap yang berkaitan dengan taklif
keimanan, dan membiarkan yang berkaitan dengan yang selain taklif untuk
generasi sesudahnya. Zaman pun terus bergulis. Allah pun menyediakan untuk
hamba-hambanya rahasia-rahasia tentang ayat-ayatnya dalam bumi sesuai dengan
yang Ia kehendaki. Karena itulah, pemberian al-Qurr`an sejalan dengan kadar
kemampuan akal. Kenapa? Karena risalah yang
mendahului Islam, dibatasi dengan waktu dan tempat, adapun al-Qur`an
maka waktunya terus membentang hingga hari kiamat. Karena itu, ia harus tetap
mempersembahkan kemukjizatan pada setiap generasi, supaya al-Qur`an tetap
menjadi mukjizat di sepanjang masa.
Al-Qur`an
turun menantang orang Arab dalam hal bahasa dan balaghah. Akan tetapi, karena
ia juga agama untuk semua manusia, maka ia juga menantang selain orang Arab
yang mereka unggul dalam bidangnya. Karena itu, ia menjadi penantang bagi orang
non-Arab sewaktu turunnya. Pada waktu itu terjadi peperangan antara Romawi dan
Persia pada waktu turunnya al-Qur`an.
Romawi dan Persia merupakan duakekuatan adidaya di masa itu. Ia sekarang
seperti USA dan Uni Soviet. Terjadilah perang di antara keduanya...lalu Romawi
kalah..lalu tiba-tiba al-Qur`an turun seraya berkata: “Alif Lam Mim* Bangsa
Romawi telah dikalahkan*Di negeri paling rendah. Sedangkan mereka sesudah kalah
akan menang*pada beberapa tahun(antara satu sampai delapan tahun). Kepunyaan
Allahlah segala urusan dari sebelumnya maupun sesudahnya, pada waktu itu,
bergembiralah orang-orang beriman”.[2]
Seandainya
al-Qur`an dibuat oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, lalu apa
yang membuatnya ikut campur dalam permasalahan seperti ini, tidak ada seorang
pun yang memintanya masuk pada urusan tersebut? Bagaimana Rasulullah ikut campur
pada Kalam yang dianggap beribadah ketika membacanya sampai pada hari kiamat,
tidak akan berubah dan berganti dengan mengumumkan hasil peperangan yang akan
terjadi beberapa tahunlagi? Dan apa yang akan terjadi pada perkara agama
semuanya seandainya terjadi, sedangkan pemenangnya adalah Persia kembali? Atau
seandainya perang tidak terjadi, kemudian keduanya berdama? Tentu saja, semua
itu akan melenyapkan perkara agama semuanya. Akan tetapi, karena Allah azza
wajalla yang berkata, Dia pula yang berbuat. Ayat ini datang sebagai
mukjizat untuk orang non-Arab pada waktu turunnya al-Qur`an. Perang pun
terjadi. Memang benar, pada waktu itu yang memenangkan peperangan adalah bangsa
Romawi sebagaiman yang telah diinformasikan al-Qur`an.
Al-Qur`an
tidak hanya menurunkan mukjizat pada waktu tertentu saja, bahkan ia akan
senantiasa menurunkan mukjizat hingga terjadinya kiamat. Qur`an adalah Kalam
Allah, sedangkan alam adalah makhluk Allah, karena itu al-Qur`an datang untuk
memberikan mukjizat pada setiap generasi terhadap yang mereka unggul
dibidangnya(yang mereka ahli di bidangnya).
Jika
kita mau menggambil contoh untuk ilmu modern yang ditemukan pada abad
keduapuluh, dan sudah menjadi hakikat ilmiah, kita mendapati bahwa al-Qur`an
al-Karim menunjukkan mukjizat yang mencengangkan. Yang mana ada lafadz yang
tidak bertabrakan dengan akal baik pada waktu turunnya al-Qur`an maupun dengan
perkembangan ilmu dan penemuan ayat-ayat Allah di bumi. Tidak ada yang mampu
menunjukkan mukjizat yang mencengangkan seperti ini, melainkan Allah azza
wajalla. Baca misalnya firman Allah ta`ala: “Dan bumi kami
bentangkan dan kami pancangkan gunung padanya, serta kami tumbuhkan
tumbuh-tumbuhan di dalamnya, pada setiap pasang yang indah”.[3]
Kata “Madd”(membentangkan) maknanya melapangkan. Ketika al-Qur`an
al-Karim turun dengan firman Allah: “Dan bumi kami bentangkan”..ini tidak
menjadi masalah bagi akal manusia yang semasa dengan turunnya al-Qur`an
al-Karim. Karena orang melihat bumi ini terbentang dan lapang, karena al-Qur`an
memeang membicarakan itu. Kemudian berkembanglah ilmu pengetahuan, kemudian
manusia tahu bahwa bumi itu bulat. Berangkatlah manusia ke luar angkasa kemudia
melihat bumi seperti bentuk bola...di sini sebagian akal merasa bahwa al-Qur`an
bertentangan dengan penemuan ilmu modern..maka kami jawab: “apakah Allah
berkata –yakni bumi itu-“mamdud, mabsuth” lapang atau terbentang?” Sama
sekali tidak. Tetapi Ia berkata: bahwa bumi ...secara mutlak, yakni setiap
tempat di bumi yang kau pijak jika engkau lihat di depan mu pasti datar,
lapang, atau terbentang.
Jika
engkau turun di kutub utara, engkau lihat ia terbentang. Demikian pula ketika
di kutub selatan, engkau lihat ia terbentang. Demikian pulu ketika di garis
katulistiwa, engkau lihat ia terbentang.
Jika kamu berjalan dari satu titik di atas bumi maka kamu akan tetap
melihatnya terbentang. Ini tidak mungkin terjadi selamanya, melainkan jika bumi
ini bulat. Seandainya bumi berbentuk segitiga, segi empat, segi enam, atau
dalam bentuk arsitektur lain, maka kamu akan sampai pada pinggir yang
sesudahnya tidak ada sesuatu, akan tetapi supaya bumi tetap terbentang di depanmu
di semua tempat yang kau jalani, maka ia harus berbentuk bulat.
Kemukjizatan
ini yang sesuai dengan kadar kemampuan akal pad waktu turunnya al-Qur`an
al-Karim, jika ada perkembangan ilmu baru dan sampai pada hakikat ilmiah yang
dipercaya manusia. Engkau dapati bahwa ayat-ayat al-Qur`an sesuai dengan
hakikat ilmiah dengan kesesuaian yang mencengangka, tidak ada yang mampu
berbuat demikian, melainkan Allah azza wajalla.
Seandainya
nabi shallallahu `alaihi wasallam jika menyampaikan ayat-ayat kauinah dengan
penyampaian yang tidak sesuai dengan kesiapan akal pada waktu turunnya
al-Qur`an , maka barangkali akal manusia akan berpaling dari dasar-dasar agama,
menuju pada perdebatan mengenai rahasia-rahasia alam yang tak dapat dipahami
dan dikuasainya. Akan tetapi, Allah tabaraka wa ta`ala membiarkan pada
alam banyak hal untuk loncatan (perkembangan) akal manusia dalam bidang
keilmuan, yang mana setiap kali ilmu
berkembang ia kan menjumpai benang yang mengikat antara ayat-ayat Allah di alam
dengan ayat-ayat al-Qur`an al-Karim. Sekiranya Rasulullah shallallahu
`alaihi wasallam menafsirkan hal-hal
kauniah dalam al-Qur`an pada waktu diturunkannya al-Qur`an, maka al-Qur`an akan
menjadi jumud(statis). Karena, tidak ada seorang pun di antara kita yang bisa
menafsirkan al-Qur`an setelah tafsiran Rasulullah shallahu `alaihi wasallam.
Dengan demikian persembahan al-Qur`an akan menjadi jumud(terhenti). Akan tetapi
Rasulullah shallal;lahu `alaihi wasallam membiarkan penafsirannya. Ia memberi
kesempatan untuk persembahan-persembahan al-Qur`an al-Karim yang baru hingga
hari kiamat. Demikianlah, tidak menafsirkan(menahan diri dari mendasirkan
al-Qur`an secara keseluruhan) secara penuh, adalah justru sebagai pemberian.
Ini merupakan mukjizat lain dari kemukjizatan al-Qur`an.
Kata
“qur`ān”, pada saat kamu
mendengarnya, kamu akan memahaminya sebagai sesuatu yang dibaca. Ia merupakan isim
mashdar dari: qara`a. Misalnya: Ghafara-Ghufrānan. Akan tetapai, setelah turunnya al-Qur`an
al-Karif, lafadz “qur`an” sudah menjadi sebuah nama dari kalam yang diwayuhkan
dari Allah azza wajalla, untuk Rasulullah shallallahu `alaihi
wasallam dengan maksud menantang. Allah juga menamakannya sebagai, ‘kitāb’.
Jadi ia adalah Qur`an lantaran
dibaca. Ia juga sebagai kitab, karena ia ditulis. Membaca mengharuskan
penghafal, sedangkan tulisan tidak mengharuskan penghafal. Ketika manusia
membaca kitab, ia tidak perlu kepada hafalan. Karena itu, al-Qur`an memiliki
dua cara di antara dua cara dalam membacanya, yaitu: membaca dengan
dada(hafalan), dan ditulis dalam tulisan, yang mana engkau akan mampu
membacanya kapan saja.
Ketika dimulai pembukuan al-Qur`an
al-Karim, ia tidak ditulis melainkan jika tertulis di pelepah kurma, kulit atau
wasilah lain yang merupakan sarana penulisan pada zaman turunnya al-Qur`an.
Adapun syarat tambahan, ialah hendaknya setiap ayat yang ditulis disaksikan
oleh dua orang sahabat yang menghafalnya. Ada satu ayat yang tidak tertulis di
hadapan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, melainkan pada seorang
penghafal saja. Kalau berdasarkan qiyas, maka ayat ini tidak bisa ditulis.
Yaitu firman Allah: “Di
antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan
di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah
(janjinya)”.[4]
Akan tetapi, lihat pada khawathir imaniyah(ide keimanan yang terlintas
pada benak orang beriman) yang dihe,buskan Allah pada hati mukmin untuk
menyempurnakan manhajnya.. ayat ini tidak ada yang menghafalnya, kecuali
Huzaima bin Tsabit radhiyallahu `anhu. Ketika terjadi perdebatan seputar
pembukuannya, mereka ingat sabda Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam:
“Barangsiapa yang disaksikan Huzaimah, maka cukuplah baginya”.[5]
Diriwayatkan
dari Zaid bin tsabit radhiyallahu `anhu, ia berkata: Aku tidak
menjumpainya bersama seorang pun, melainkan Khuzaimah binTsabit al-Anshari radhiyallahu
`anhu, yang mana Rasulullah menjadikan kesaksiannya setara dengan kesaksian
dua orang saksi laki-laki: ( Di antara orang-orang beriman ada
orang-orang,...). Rasulallah yang mulia shallallahu `alaihi wasallam
telah memberikan pada Khuzaimah bi Tsabit sendiri bagian dua orang saksi
laki-laki. Ini aca ceritanya. Suatu saat Rasulullah shallahu `alaihi
wasallam membeli kuda dari seorang Arab badui, lalu Rasulullah mengikutinya
berjalan, sedangkan orang arab badui tersebut memperlambat. Lalu mulailah ada
seornag yang menawar kudanya, tanpa mengerti bahwa nabi telah membelinya. Lalu
orang arab badui itu memanggil Rasul shallalahu `alaihi wasallam, seraya
berkata: jika engkau membeli kuda ini silahkan! Jika tidak, maka akan aku jual,
yakni kamu mau membeli kuda atau aku akan menjualnya?
Lalu
nabi menjawab: “Bukankah sudah aku beli darimu?”. Orang Arab Badui tersebut
menjawab:: “Saya belum menjualnya padamu”(yakni aku belum menjual kuda itu
padamu). Lalu nabi shallallahu `alaihiwasallam menjawab: “tidak, sungguh
aku telah membelinya darimu”. Maka orang Arab badui berkata: “datangkan padaku
saksi!”. Lalu Khuzaimah binTsabit berkata: :Aku menjadi saksi bahwa engkau
telah menjualnya.
Setelah
orang-orang pada pergi, nabi pun menemui Khuzaimah seraya bertanya: “Dengan apa
kamu bersaksi?”(yakni: bagaimana kamu bersksi atas peristiwa ini, padahal kamu
tidak ada waktu transaksi jual-beli antara aku dan orang arab badui?). Lali
Khuzaimah menjawab: “Dengan kejujuranmu wahai rasulullah,(yaitu apakah
aku membenarkanmu pada setiap apa yang kamu bawa dari berita langit, dan
mendustakanmu dalam permasalahan in?).[6]
Lalu
Rasulullallah shallahu `alaihi wasallam mendajikan kesaksian Khuzaimah
setara dengan dua orang laki-laki. Karena itu, sempurnalah pembukuan al-Qur`an.
Khuzaimah, digelari dengan dzu syahadatain(yang punya dua kesaksian),
karena Rasulullah shallahu `alaihi wasallam yang memberinya
ijazah(pengakuan) kesaksiannya setara dengan dua saksi.
Jika
kita ingin mendefinisikan al-Qur`an, maka kita harus keluar dari ukuran-ukuran
manusia. Orang-orang ketika mendefinisikan sesuatu, mengatakan: batasnya
seperti ini, gambaranya seperti ini..dan seterusnya. Akan tetapi, jika kita
hendak mendefinisikan al-Qur`an, maka kita katakan: Sesungguhnya al-Qur`an
ialah dimulai dari surat al-Fatihah dan
diakhiri surah An-Nas. Yakni dimulai dari awal surat al-Fatihah sampai akhir
surah an-Nas, agar kita memohon perlindungan dari setan yang terkutuk sebelum
membaca ayat al-Qur`an, sebagamana diajarkan Allah: “Maka apabila kamu
hendak membaca al-Qr`an, maka memohonlah pada Allah pertolongan dari setan yang
terkutuk”.[7]
Akan
tetapi para ulama ingin meringankan definisi al-Qur`an dengan definisi: “Kalam
Allah yang diturunkan pada Muhammad shallallahu `alaihi wasallam dengan
maksud tantangan dan melemahkan untuk dijelaskan pada manusia manhaj Allah, dan
al-Qur`an sesuai dengan manhaj yang telah mendahuluinya, akan tetapi ia memberi
tambahan padanya, dan membenarkan apa yang telah dibuang darinya. Karena ia
diwahyukan dari Allah. Taurat, Injil, dan Zabur berasal dari Allah, akan tetapi
hanya membawa manhaj saja, adapun al-Qur`an adalah kitab yang berisi manhaj
sekaligus mukjizat yang menunjukkan kebenaran Rasulullah shalllahu `alaihi
wasallam.
Kitab
Taurat adalah manhaj Nabi Musa `alaihissalam, sedangkan mukjizatnya
ialah tongkat. Adapun Injil merupakan manhaj Nabi Isa `alaihissalam,
sedangkan mukjizatnya ialah menyembuhkan orang yang buta sejak kecil, dan
menyembutkan penyakit lepra atas izin Allah. Jadi, maka para rasul terdahulu,
memiliki manhaj dan mukjizat yang terpisah. Lain halnya dengan al-Qur`an, ia
adalah manhaj sekaligus mukjizat. Yang demikian itu karena manhaj-manhaj yang
dikirim pada rasul terdahulu dengan maksud untuk dihapus pada masa sesudahnya.
Adapun al-Qur`an al-Karim diturunkan dengan tetap sampai hari kiamat. Karena
itu, ia harus diperkuat dengan manhaj sekaligus mukjizat supaya setiap pengikut
Muhammad shallallahu `alaihi wasallam bisa berkata: “Muhammad adalah
Rasul (utusan) Allah”. Itulah mukjizatnya. Sedangkan mukjizat para rasul
terdahulu sudah lenyap dan selesai, karena mukjizatnya berupa mukjizat indrawi.
Orang yang melihatnya, akan beriman. Sedangkan orang yang tidak melihatnya,
maka ia bukan yang dimaksudkan dengannya, karena ia terjadi untuk mengokohkan
orang-orang beriman yang mengikuti rasul. Maka mukjizat Isa `alaihissalam
tidak mungkin kembali lagi sekarang. Demikian pula tongkat Musa `alaihissalam
yang dapat membelah laut, tidak akan bisa diulang oleh pengikut Musa di masa
sekarang seraya mengatakan: “Inilah mukjizat Musa”.
Jadi
para rasul terdahulu memiliki mukjizat dan manhaj yang terpisah. Adapun manhaj
dan mukjizat bisa bersatu hanya terjadi pada risalah Muhammad shallallahu
`alaihi wasallam. Di risalah-risalah lain, keduanya tidak menyatu.
Dengan
sekali pandang terhadapa firman Allah azza wajalla tentang kehidupan
alam yang dsediakan untuk akal manusia pada abad keduapuluh, kita mendapati
bahwa al-Qur`an al-karim mengisyaratkannya. Karena umur risalah qur`ani terus
berlangsung hingga kiamat. Selama ia berlangsung hingga kiamat, maka al-Qur`an
tetap akan menjadi mukjizat hingga hari kiamat. Karena itulah Allah subhanahu
wata`ala berfirmian: “Akan kami perlihatkan pada mereka ayat-ayat kami
di cakrawala dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa ia
benar. Tidakkah cukup Rabmu, bahwa Ia Maha Menyaksikan atas segala sesuatu”.[8]
Maksudnya, al-Qur`an memiliki dua
pemberian atau persembahan dalam masalah mukjizat. Persembahan pertama ialah
ayat-ayat yang ada di cakrawala atau ufuk. Ini dinamakan ayat kauniah.
Sedangkan persembahan kedua ialah ayat-ayat yang ada dalam diri manusia
sendiri. Ayat ini terkain dengan rahasia-rahasia jasad manusia.
Firman
Allah subhanahu wata`ala: “hingga jelas bagi mereka bahwasanya ia
benar”, maksudnya ialah al-Qur`an adalah benar. Karena itu, kita bisa
berkata: Sesungguhnya ayat-ayat kauniah, pasti akan sesuai dengan ayat-ayat
al-Qur`an. Maksudnya, bahwa Allah telah meletakkan dalam al-Qur`an al-Karim
ayat-ayat kauniah beserta rahasia-rahasianya. Ia juga meletakkan ayat yang
berkaitan dengan jasad dan bentuk manusia, yang bisa diberikan pada orang
beriman maupun non-beriman.
Karena
itu, kita harus merenungi al-Qur`an al-Karim beberapa perenungan tersebut,
supaya kita bisa menjelaskan ayat-ayat dan rahasia-rahasia apa yang ada di
dalamnya, agar jelas bagi mereka bahwa al-Qur`an adalah benar. Dan akhir seruan
kita ialah: Segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam.
[1] Qs. Fusshilat: 26
[2] Qs. Al-Rum: 1-4
[3] Qs. Qaf: 7
[4] Qs. Al-Ahzab: 23
[5] Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam
Sunan Kubra, dan Thabrani dalam Kabir, sedangkan kisah ini diriwayatkan Bukhari
dalam shahihnya.
[6] Hr. Abu Daud, Ahmad, Nasai dalam Sunan
Kubra
[7] Qs. An-Nahl: 68
[8] Qs. Fusshilat: 53
Apakah kamu sudah tau prediksi mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong
BalasHapus