Home » » Analisis Sejarah Paradigma Al-Qur`an [Bagian: II]

Analisis Sejarah Paradigma Al-Qur`an [Bagian: II]

Written By Amoe Hirata on Minggu, 31 Mei 2015 | 06.39

Membaca kisah tak selalunya berarti membaca dalam pengertian tersurat yaitu melalui membaca teks-teks tertulis. Menurut al-Qur`an metode lain untuk membaca kisah ialah dengan cara melakukan perjalanan tafakkur di muka bumi (perjalanan yang disertai analisa dan penelitian). Seperti yang tercantum dalam surat Ali Imran: 137; Al-An`am: 11; An-Nahl: 36; An-Naml: 69; Al-`Ankabut: 20; Ar-Rum: 42. Ini artinya untuk membaca sejarah tak selalu harus dengan yang tersurat tapi dengan yang tersirat dengan cara melakukan penjelajahan-penjelajahan, penelitian-penelitian secara langsung melihat lokasi kejadian-kejadian besar peninggalan sejarah di muka bumi untuk diambil pelajaran. Al-Qur`an menyebutnya dengan istilah: as-Sairu ma`a an-nadhar(perjalanan yang disertia kegiatan pengamatan dan pemikiran) untuk mengetahui `aaqibah(akibat, dampak, pelajaran) dari sejarah yang sedang dikaji. Dengan demikian membaca sejarah tak boleh merasa cukup dengan membaca yang tersurat melalui teks-teks buku sejarah tetapi harus didukung dengan penjelajahan-penjelajahan sejarah analitis. Hal ini sangat penting mengingat sejarah ditulis oleh para pemenang, karena itulah untuk mengetahu kebenarannya perlu diadakan penelitian.
Walaupun al-Qur`an berbicara mengenai cerita-cerita, namun al-Qur`an bukanlah kitab sejarah. Al-Qur`an tidak menceritakan kisah-kisah secara kronologis, lengkap dan detail. Hanya satu surat yang berisi kisah yang utuh yaitu surat Yusuf, adapun yang lainnya terpencar-pencar diberbagai surat al-Qur`an. Yang dipotret al-Qur`an dari sejarah ialah kisah-kisah penting yang sarat akan pelajaran baik itu berupa kisah para Nabi dan Rasul maupun kisah-kisah lain yang berkaitan dengan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan detang. Pelajaran penting yang dapat diambil dari sini ialah bahwa ketika membaca sejarah tidak harus menguasai, mengahafal detail-detail peristiwa dan nama orang, tapi yang menjadi subtansi ialah rangkaian pelajaran yang terkandung di dalamnya. Yang kita baca ialah hal-hal yang penting dan fundamental untuk dijadikan sebagai pelajaran.
            Yang dapat disimpulkan dari analisa tadi ialah bahwa membaca sejarah berdasarkan paradigma al-Qur`an meliputi poin-poin berikut: 1. Tidak terfokus pada detail peristiwa. 2. Dibaca dengan kesadaran untuk mengambil pelajaran. 3. Dibaca melalui buku dan penelitian secara langsung. 4. Dibaca dengan mendayagunakan potensi akal-pikiran secara optimal. 5. Pelajaran diambil dari kisah  nyata.  6. Pelajaran yang didapat ialah sebagai upaya antisipatif untuk diikuti jika baik dan untuk dijauhi jika jelek. Dengan demikian, membaca sejarah dengan metode “kisah al-Qur`an” akan lebih bermanfaat dan menghibur daripada sekadar menguasai nama-nama dan peristiwa tanpa berusaha mengerti dan memikirkan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Membaca sejarah dengan metode demikian akan menjadikan sejarah lebih hidup dan menggairahkan, karena seolah-olah sejarah adalah masa lalu, masa sekarang dan masa depan kita. Orang yang belajar sejarah adalah orang yang bisa memandang masa depannya. Sejarah kembali terulang. Hanya orang yang mau mengambil pelajaran darinya yang akan sukses.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan