Home » » Budaya Ngrumpi

Budaya Ngrumpi

Written By Amoe Hirata on Rabu, 20 Mei 2015 | 06.14

Me atau nge-rumpi, sebuah kata yang sudah familiar dan dinikmati oleh banyak orang, baik miskin-kaya, tua-muda, kecil-besar, pria-wanita dan lain sebagainya. Medianya sangat mudah tidak terlalu mengeluarkan banyak tenaga dan uang. Temanya pun tidak kaku, sangat fleksibel disesuaikan dengan kondisi isu yang lagi hangat.

Kebanyakan orang menggandrunginya. Ini mungkin karena disamping mudah, ia juga tidak terikat dengan aturan baku yang membuat tidak leluasa dan kaku. Hanya dengan bermodalkan mulut dan kuping, orang sudah bisa ikut serta dalam kegiatan ini.

Pada mulanya, ngrumpi lahir dari satu realitas di mana manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Dari realitas ini, pada gilirannya memunculkan adanya interaksi sosial. Sudah maklum bahwa dalam berinteraksi membutuhkan seperangkat media. Salah satu media interaksi yang sangat umum dan mudah ialah interaksi verbal(lisan). Orang bisa di mana saja melakukannya. Di sekolah, pasar, mall, tempat kerja dan lain sebagainya. Dikemudian hari secara sadar atau tidak lambat laun media verbal ini menjadi semacam tradisi bahkan budaya sosial yang disebut dengan "ngrumpi".

Tidak diketahui secara pasti, sejak kapan budaya ini muncul. Yang jelas, seiring dengan perkembang-biakan manusia yang dibekali dengan media lisan secara sengaja atau tidak sudah berpotensi melahirkan budaya ngrumpi.

Yang menarik untuk dicermati budaya ini ada yang menjadikanya sebagai komoditi sosial, sampai ada yang mamasukkannya pada program acara televisi, seperti "ngrumpi di Mall", Ini mengindikasikan betapa ngrumpi sangat menarik hingga dapat menghasilkan komodoti ekonomi.

Ngrumpi biasanya dikonotasikan pada omongan yang tidak begitu serius dan cendrung negatif. Sebagai budaya, ngrumpi merupakan refleksi dari keinginan seseorang yang ingin dianggap pada komunitas sosial dan biasanya untuk memuaskan kebutuhan psikologis yang disalurkan melaluinya. Ada juga yang menginginkan sebatas pengetahuan baik negatif ataupun positif untuk membantu melancarkan rencananya.

Masalahnya sekarang, apa? kapan? siapa? kenapa? Untuk apa? bagaimana? manfaat ngrumpi dalam interaksi sosial? hal ini masih perlu didiskusikan.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan