Home » » SAMĪ`UN BASHĪRUN

SAMĪ`UN BASHĪRUN

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 02 Mei 2015 | 04.03

Kata sami`un(Maha Mendengar) dalam Al-Qur`an selalu terletak di depan. Sedangkan pasangan kata ini bermacam-macam di antaranya: bashirun dan qaribun. Pembahasan kali ini ialah tentang pasangan sami`un dan `aliimun. Pendengaran selalu didahulukan daripada indra lainnya, ini mengisyaratkan betapa pentingnya pendengaran dan fungsinya bagi manusia. Pertama kali indra manusia yang bekerja ketika baru dilahirkan ialah indra pendengaran. Indra pendengaran (melalui telinga) merupakan satu-satunya indra eksternal manusia yang masih beoperasi, bekerja dan berfungsi dengan baik ketika sedang tidur. Kalau dikembangkan ke ranah lebih jauh. Mendengarkan erat kaitannya dengan seni suara. Suara yang indah akan didengar oleh telinga kemudian masuk hati. Berdakwah dengan memakai metode seni suara indah yang melibatkan indra pendengaran akan lebih efektif daripada sekadar ceramah-ceramah agama kering yang melibatkan telinga tapi tidak memiliki karakter keindahan, sehingga untuk sampai ke hati masih melalui proses didengar, dipikirkan baru kemudian di hati. Pertama kali manusia mendapat pengajaran dan pelajaran melalui telinga. Manusia dituntun sedemikian rupa untuk mengucapkan nama sesuatu melalui fungsi telinga sebagai perantara pendengaran. Bila indra pendengaran tidak berfungsi sejak kecil maka secara otomatis manusia akan bisu. Ini menunjukkan bahwa pendengaran merupakan unsur inti untuk pendidikan. Ranah lain dalam dunia politik, sosial, agama, kepemimpinan sangat membutuhkan sarana pendengaran. Frekuensi dan volume pendengaran harus lebih ditingkatkan jika mau mendapat kesuksesan. Kepemimpinan akan sukses jika banyak mendengarkan aspirasi yang dipimpin, demikian juga berbagai aspek kehidupan lainnya.

             Kata bashirun(Maha Melihat) berasal dari kata bashar yang berarti pengelihatan. Secara posisi bashirun selalu berada setelah sami`un. Ia tidak pernah berada di depan. Ini mengisyaratkan pada kita skala prioritas bahwa mendengar didahulukan terlebih dahulu baru kemudian dikuatkan dan didukung dengan melihat. Orang yang mendengar barangkali relatif terpengaruh dengan penuturan orang yang berbicara padanya. Namun dengan melihat secara langsung, maka akan tambah memperjelas korelasi antara yang disampaikan dengan kenyataan yang terjadi. Bila kita kaitkan dengan kepemimpinan dalam bidang apapun, maka pemimpin harus banyak mendengar dari yang dipimpin. Mendengar aspirasi, mendengar keluahan, kendengar aduan dan lain sebagainya, namun juka harus dicek dengan melihat secara langsung di lapangan. Dalam uangkapan Arab ada istilah: laisa ma`al `aini aina(Melihat secara langsung tidak perlu bertanya: dimana?[karena melihat itu lebih jelas daripada diceritakan]). Dalam aspek pendidikan kita menjumpai bahwa belajar ilmu dengan cara mendengar(dengan guru) lebih diprioritaskan dengan belajar secara melihat(membaca, otodidak).
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan