Kata `azizun berasal dari akar kata `izzun
yang berarti kemuliaan, tidak terkalahkah, sangat unik, langkah dan gagah. Kata
`aziz biasa diartikan Maha Gagah. Tapi sejatinya bahasa indonesia tidak
mampu mewakili kata `aziz karena keluasan maknanya. Namun pada intinya
kata `aziz menggambarkan penguasa yang punya kendali penuh, memiliki
kekuasaan absolut. Mampu memberi sanksi dan ketegasan kepada siapa saja yang
melanggar batas-batas yang dibuat-Nya.
Kata Ghaffar merupakan sifat mubaalghah(melebih-lebihkan)
yang berarti Maha Banyak Mengampuni. Kata “ghaffar” menurut bahasa berarti, ‘as-satru
wa at-tahgthiyah(menutupi)’. Dalam al-Qur`an ada variasi penyebutan
berkaitan dengan kata yang seakar dengan kata Ghaffar, diantaranya: Ghafur,
Ghafirud dzanbi, khairu al-ghafirin. Kata “ghaffar” lebih kuat mubaalaghah-nya
dari kata “ghafur”. Bila ditela`ah hikmah dan maknanya secara bahasa, maka kata
“Ghaffar” memberikan inspirasi pada kita tentang akhlak terpuji berupa menutup
dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah saja adalah Maha Menutupi dan
Mema`afkan, maka sepatutnya juga sebagai hambanya kita harus mema`afkan kesalahan
manusia.
Ketika kedua sifat ini digabung menjadi satu maka
pelajaran berharga bagi manusia ialah bagi siapa saja yang memiliki kendali,
ketegasan, kegagahan yang penuh maka harus diiringi dengan kemampuan dan
kesanggupan untuk bisa menutup dan memaafkan kesalahan orang lain. Kekuasaan
yang tak beriring maaf maka akan hanya menjadi kekuasaan yang tiran, bengis,
kejam dan otoriter. Pemimpin yang mulia adalah pemimpin yang secara vertikal
sangat antusias untuk bersegera bertaubat dan minta ampun jika melakukan
kesalahan, sedangkan secara horisontal memiliki sifat memaafkan dan tidak
mengumbar-umbar kesalahan orang, sekaligus tak segan-segan minta maaf jika
memang telah melakukan kesalahan dan kekhilafan.
Dengan menutup dan memaafkan orang lain maka Ia
akan dibantu oleh Allah dan akan ditutup juga kesalahan-kesalahannya oleh-Nya,
sebagaimana sabda Nabi: Barangsiapa menutup (kesalahan) orang muslim, maka
ia akan juga ditutup (kesalahannya) oleh Allah baik di dunia maupun akhirat(Hr.
Muslim). Namun yang perlu dicatat di sini ialah kesalahan orang lain tidak
boleh dihilangkan dari ingatan kita sebagai antisipasi dan pelajaran untuk tak
terjatuh pada kesalahan yang sama. Kata “ghaffar” hanya mengandung arti menutup
dan memaafkan, bukan menghapus. Kalau ada orang yang berbuat salah ketika
diberi amanah, kita maafkan dia jika mau minta maaf, tapi untuk diserahi amanah
lagi maka harus dipikirkan lagi karena sebelumnya dia tidak amanah. Upaya ini
tidak lain ialah agar tidak ada penyalahgunakan amanah dan supaya tak jatuh
pada kesalahan yang sama.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !