Home » » Dan Ahli Kitab Pun Masuk Surga ?

Dan Ahli Kitab Pun Masuk Surga ?

Written By Amoe Hirata on Rabu, 22 Oktober 2014 | 04.01

Judul Buku                :
“DAN AHLI KITAB PUN MASUK SURGA Pandangan Muslim Modernis Terhadap Keselamatan Non-Muslim”
Pengarang                  : Dr. Hamim Ilyas, M.Ag
Penerbit                      : Safiria Insania Press
Cetakan/Tahun         : Pertama 2005
Tebal                          : 392 halaman
Peresume                    : Mahmud Budi Setiawan
Harga                         : -

Inti Pengantar           :
-          Secara singkat dipaparkan sejarah, keberagamaan otentik dalam modernisme dan doktrin-doktrinnya tentang beberapa masalah tertentu.
-          Kecendrungan modernisme ada dua: 1. Kembali kepada al-Qur`an dan Hadits(Modernisme konservatif  yang mendekati fundamentalisme namun tidak anti modernitas) diikuti Ridha dkk 2.  Tidak cukup kembali pada al-Qur`an dan hadits, umat harus mengejar ketertinggalan dari Barat(Modernisme liberal) diikuti Ali bin Abdur Raziq.
-          Setelah lebih dari tiga perempat abad modernisme tidak berkembang, akhirnya para pewarisnya melakukan otokritik khususnya Fazlur Rahman yang menawarkan metode hermeneutik dan aganda perumusan etika kemudian disebut neo-medernisme dimana Gus Dur dan Nurcholis Madjid jadi eksponennya.
-          Ciri aliran modernisme dengan aliran keislaman yang lain sama-sama merujuk pada al-Qur`an, hanya saja modernisme berani memberikan porsi besar kepada akal dalam interpretasi teks(pertimbangannya sama-sama dari Tuhan dan tidak mungkin keduanya bertentangan).
-          Lapisan teks (al-Quran) ada dua: makna literal dan makna yang lebih prinsip yang mendasari penetapan ajaran dalam teks. Yang makna literal bisa berlaku temporer sedangkan makna prinsip menjadi unsur universal dari Islam. Adapu hadits diklasifikasi menjadi: hadits yang berasal darinya sebagai Nabi yang otoritatif bagi umat dan hadits yang berasal darinya sebagai orang Arab yang tidak mengikat bagi umat.
-          Modernisme di samping akal juga mempertimbangkan maslahat(baik yang ditunjukkan oleh teks maupun yang tidak ditunjukkan bahkan menyalahi teks) dalam perumusan doktrnnya.
-          Keberagamaan otentik dalam modernisme bukan sekadar menjadi muslim secara doktriner, tapi menjadi muslim rasional yang bermanfaat untuk kehidupan, termasuk membangun peradaban.
-          Buku yang ditulis oleh penulis membicarakan salah satu dari doktrin  modernisme dalam bidang keagamaan yaitu tentang teologi agama-agama terbatas kepada pandangan Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha karena keduanya merupakan tokoh yang representatif dari modernisme Islam.
Poin Kesimpulan       :
1.      Abduh dan Ridha mengembangkan teologi agama-agama rasional dengan paradigma inklusif-kritis. Salah satu hasil dari pengembangan paradigma inklusif-kritis, hasilnya: umat beragama lain yang masuk dalam kategori ahli kitab memiliki keselamatan yang sama sepanjang beriman dan beramal shalih.[Simpelnya menurut penulis –sebagaimana judul- merujuk pada tafsir Al-Manar, penulis berpendapat bahwa kedua imam tersebut mengatakan AHLI KITAB PUN MASUK SURGA(walaupun setelah kedatangan Islam)].
2.      Penggunaan metode penafsiran kontekstual oleh `Abduh dan Ridha dapat memberikan pandangan-pandangan yang obyektif dan adil, sedangkan metode atomistik(teliti sekali) memberikan pemahaman yang subyektif dan penuh prasangka terhadap mereka(baca: Ahli Kitab).
3.      Untuk kepentingan dialog khususnya antar umat Islam dengan Yahudi dan Kristen disarakan menggunakan metode penafsiran kontekstual dalam memahami ayat yang mengemukakan pandangan negatif tentang Ahli Kitab sehinngga kritik bisa dalam konteks dan proporsi yang tepat.

4.      Metode penafsir al-Manar dipengaruhi oleh semangat zaman.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan