Judul Buku :
TIRANI ISLAM Genealogi Masyarakat dan Negara
Judul Asli :
Dirāsāt Islāmiyyah Mu`āshirah fi al-Daulah wa
al-Mujtama`
Peresensi : Mahmud Budi Setiawan
Judul Resensi : Studi Islam Kontemporer: MASYARAKAT
dan NEGARA
Penulis : Muhammad Syahrur
Penerjemah :
Saifuddin Zuhri Qudsy & Badrus Syamsul Fata
Penerbit :
LkiS Yogyakarta, Cetakan Pertama, Juli 2003
Tebal :
466 halaman
Harga : -
Buku ini
ditulis oleh Muhammad Syahrur. Seorang insinyur,
doktor mekanik kelahiran Damaskus 1938. sekembalinya dari Moskow ia banyak
menulis tema tentang al-Qur`an dan Islam. Ia banyak sekali menulis buku yang
kontroversial. Ia mempelajari ilmu-ilmu Islam secara otodidak, sehingga tak
mengherankan jika nanti karya-karyanya acap kali menuai kontroversi. Diantara
karangannya: al-Kitāb
wa al-Qur`an-Qirā`ah
Mu`āshirah(1990),
Dirāsāt Islāmiyyah Mu`āshirah fi al-Daulah wa
al-Mujtama`(1994), al-Islām
wa al-Īmān-Mandhūmah al-Qiyam(1996), Nahwa
Ushūlin Jadīdah li al-Fiqhi al-Islāmi-Fiqhu al-Mar`ah(2000). Ia
dikenal sebagai penulis Muslim yang kontroversial, dan acapkali berupaya
mendekonstruksi paham keagamaan yang sudah mapan. Dalam buku ini dibahas tema
tentang Keluarga, Ummat, Qaumiyyah, Bangsa(syu`ub), Revolusi(tasurah):
Transformasi Masyarakat melalui Kesadaran Berkehendak,
Kebebasan-Demokrasi-Syura, Negara, dan Tirani beserta produk-produknya. Ciri
khas dari berbagai karangannya –termasuk juga dalam buku ini- ialah kecendrungan
untuk mendekonstruksi serta mereformasi ajaran-ajaran keagamaan yang menurutnya
dipengaruhi oleh interpretasi ulama fiqih yang selama ini menjadi maenstrem.
Pembahasannya
terhitung segar dan menarik lantaran banyak menyalahi hal-hal yang sudah pakem
atau mainstream di kalangan ulama Muslim. Kalau selama ini ada dua kubu
yang saling bertentangan mengenai relasi agama dan negara, dalam buku ini
Muhammad Syahrur keluar dari perdebatan mengenai relasi Islam-negara. Syahrur
tidak berargumentasi sah tidaknya negara Islam. Namun secara implisit Syahrur
mendukung negara sekular, dengan menyebut bahwa negara Islam itu adalah negara
sekular. Untuk mendukungnya, Syahrur melakukan sebuah eksplorasi jauh: melaca
genealogi negara dalam al-Qur`an. Menurutnya, pertama-tama manusia berkembang
sebagai keluarga, belum ada suku dan klan. Perkembangan selanjutnya, manusia
berkembang menjadi sebuah klan yang menghimpun antarkeluarga, dan dari klan ini
lahirlah sebuah suku. Dari komunitas suku, manusia berkembang menjadi komunitas
bangsa(syu`ub).
Syahrur
menolak keras mereka yang mengatakan bahwa perkembangan dunia sekarang ini ada
dalam posisi bejat, amoral dan mundur ketika mengarah pada konsep
negara-bangsa. Dalam perkembangan peradaban konsep negara adalah konsep
tertinggi yang lebih berperadaban, setelah melampaui keluarga, klan, dan suku. Menurutnya,
syura merupakan gagasan penting yang bisa dijadikan sebagai perangkat
bersifat konteks. Syahrur mengakui ada tirani yang selalu dalam negara dan
mengalahkan syura, bahkan dalam relasi antara Islam-negara dalam seluruh
perkembanganya. Tirani di sini berarti
mekanisme penundukkan atau praktik penundukkan, seperti yang terjadi pada masa
Umawiyah dan Abbasiyah. Banyak yang digugat dalam buku ini oleh Syahrur seperti
makna jihad yang dipahami secara keliru oleh sebagian muslim tirani dan
ortodok. Dalam buku ini juga menggunakan kata-kata kunci yang mencerminkan
metode linguistiknya. Salah satu kekurangan buku ini ialah hampir tidak banyak footnote.
Beberapa footnote malah berasal dari bukunya sendiri, sehingga patut
diragukan keilmiahannya. Adapun diantara kelebihan buku ini tergambar pada otentisitas
pemikiran, dan kekuatan refleksi yang tajam. Buku ini cocok dibaca bagi siapa
saja yang ingin mengatahui wacana baru tentang keislaman sekaligus sebagai
evaluasi untuk untuk kembali memperdalam ajaran agama yang hanif. Khususnya
para da`i harus membaca buku ini untuk diungkap mana kiranya yang tidak sesuai
dengan Islam yang hanif, agar tidak meracuni pikiran umat.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !