Home » » Demokrasi dan Hak Asasi Manusia

Demokrasi dan Hak Asasi Manusia

Written By Amoe Hirata on Rabu, 22 Oktober 2014 | 03.49

Judul Buku                : SYURA: Tradisi-Partikularitas-Universalitas
Judul Asli                   : al-Dimuqrāthiyyah wa Hukūq al-Insān
Peresensi                    : Mahmud Budi Setiawan
Judul Resensi             : Demokrasi dan Hak Asasi Manusia
Penulis                        : Muhammad Abed al-Jabiri
Penerjemah                : Mujiburrahman
Penerbit                      : LkiS, Cetakan: I, 2003
Tebal                          : 205
Harga                         : -

Demokrasi yang lahir dari rahim pemikiran Barat sudah menjadi keniscayaan dalam kehidupan modern. Di segenap penjuru negara Islam, wacana tentang demokrasi pun berkembang dengan sedemikian pesat, bahkan sampai pada tataran praktis. Pro dan kontra pun tak bisa terhindarkan. Ada yang menolak mentah-mentah segala sistem yang berasal dari Barat lalu mempertahankan konsep syūra yang berasal dari rahim Islam, ada juga yang berusaha toleran bahkan menerima dengan tangan terbuka tanpa diiringi dengan nalar kritis, sehingga menimbulkan persepsi kolektif generalis berupa: kemajuan berasal dari Barat, bagi siapa saja yang ingin maju, maka tirulah Barat secara menyeluruh. Pertanyaannya kemudian, apakah demokrasi dan konsep syūra dalam Islam bisa disinergikan? Apakah relasi dari keduanya selalu kontradiktif? Atau masih ada ruang terbuka untuk mengharmonikan antara keduanya sehingga ada titik temunya? Pertanyaan-pertanyaan itu akan ditemukan jawabannya pada buku ini.
Buku ini ditulis oleh Muhammad Abed al-Jabiri, lahir di kota Fejij, Maroko pada tahun 1936. Memperoleh gelar doktornya di universitas V Rabat, Maroko. Sejak tahun 1976, ia menjadi dosen filsafat dan pemikiran Islam pada Fakultas Sastra Universitas V Rabat. Diantara karya-karyanya: trilogi Kritik Nalar Arab(1982), al-Turāts wa al-Hadātsah(1991),al-Khithāb al-`Arab al-Mu`āshir(1992), dan buku yang ada di tangan pembaca ini,  al-Dimuqrāthiyyah wa Hukūq al-Insān. Pada buku ini Muhammad Abed Al-Jabiri mengemukakan argumentasi rasionalnya bahwa demokrasi, meskipun berakar dari tradisi Barat, ia memiliki esensi yang pararel dengan Islam. Selain itu, ia juga bertindak sebagai pimpinan proyek penerbitan buku-buku klasik Ibnu Rusyd, diantaranya: Mukhtashar Kitāb al-Siyāsah(1998) dan al-Kulliyyah fi al-Thibb(1999).
Diantara pembahasan pokok buku ini ialah, Demokrasi dan Fungsi Kesejarahannya di Negeri Arab, Demokrasi dan Realitas Kekinian Arab, Demi Pengakaran Budaya “HAM” dalam Kesadaran Arab Kontemporer, dan Demi Menumbuhkan Kesadaran Terhadap HAM dalam Islam. Diantara poin penting dari buku ini ialah: Menurut Muhammad Abid al-Jabiri, penolakan dan penerimaan terhadap konsep demokrasi dan syura adalah alasan “semu”, “kekanak-kanakan”, tidak kritis, dan “nol konsepsional”. Menurut pandangannya, sikap bijak yang perlu untuk mewujudkan sikap bijak yang lebih baik bagi umat manusia adalah dengan cara mengkaji sejarah secara kritis. Karena dalam sejarah itu terkandung teks dan konteks secara sinergis. Secara konseptual “demokrasi”, “syura”, dan HAM perlu diurai dari latar dan akar historisitasnya masing-masing.

Membaca buku ini ada kesan kusus bahwa seorang Abed al-Jabiri berupaya mengkompromikan nilai demokrasi, dan HAM dengan pemikiran Islam. “Kritik nalar Arab” al-Jabiri, adalah sebuah upaya untuk mencari dan menemukan “jalan pembebasan” dari sekat-sekat sempit sebagaimana di atas. Langkah yang ditempuh oleh Muhammad Abed al-Jabiri ini, bagaikan membangun jalan sempit pelan tapi pasti dan terukur, untuk mempercepat perubahan di Arab, dan membuka jalan menuju persamaan Arab. Bagi yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai upaya untuk mendamaikan antara Demokrasi, Ham dan Islam, maka sangat tepat untuk membaca buku ini, tentu saja harus diiringi dengan bacaan kritis. Ini karena sebagai pemikir Muslim, salah satu kritik tajam yang diarahkan ke dia ialah fanatismenya terhadap Arab Barat(Ibnu Rusyd dkk) sehingga menafikan Timur Jauh (Ghazali, Mula Sadra dll), di sisi lain ia dikritik keras karena seringnya mengutip sumber dengan tidak lengkap. Sekali lagi dalam membaca buku ini harus disertai dengan nalar kritis.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan