Judul Buku :
SYURA: Tradisi-Partikularitas-Universalitas
Judul Asli :
al-Dimuqrāthiyyah
wa Hukūq
al-Insān
Peresensi : Mahmud Budi Setiawan
Judul Resensi : Demokrasi dan Hak Asasi
Manusia
Penulis : Muhammad Abed al-Jabiri
Penerjemah :
Mujiburrahman
Penerbit :
LkiS, Cetakan: I, 2003
Tebal :
205
Harga : -
Demokrasi yang
lahir dari rahim pemikiran Barat sudah menjadi keniscayaan dalam kehidupan
modern. Di segenap penjuru negara Islam, wacana tentang demokrasi pun berkembang
dengan sedemikian pesat, bahkan sampai pada tataran praktis. Pro dan kontra pun
tak bisa terhindarkan. Ada yang menolak mentah-mentah segala sistem yang berasal
dari Barat lalu mempertahankan konsep syūra yang berasal dari rahim Islam, ada juga yang
berusaha toleran bahkan menerima dengan tangan terbuka tanpa diiringi dengan
nalar kritis, sehingga menimbulkan persepsi kolektif generalis berupa: kemajuan
berasal dari Barat, bagi siapa saja yang ingin maju, maka tirulah Barat secara
menyeluruh. Pertanyaannya kemudian, apakah demokrasi dan konsep syūra dalam Islam bisa
disinergikan? Apakah relasi dari keduanya selalu kontradiktif? Atau masih ada
ruang terbuka untuk mengharmonikan antara keduanya sehingga ada titik temunya?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan ditemukan jawabannya pada buku ini.
Buku ini
ditulis oleh Muhammad Abed al-Jabiri, lahir di kota Fejij, Maroko pada tahun
1936. Memperoleh gelar doktornya di universitas V Rabat, Maroko. Sejak tahun
1976, ia menjadi dosen filsafat dan pemikiran Islam pada Fakultas Sastra
Universitas V Rabat. Diantara karya-karyanya: trilogi Kritik Nalar Arab(1982),
al-Turāts wa
al-Hadātsah(1991),al-Khithāb al-`Arab al-Mu`āshir(1992), dan buku yang ada
di tangan pembaca ini, al-Dimuqrāthiyyah wa Hukūq al-Insān. Pada buku ini Muhammad
Abed Al-Jabiri mengemukakan argumentasi rasionalnya bahwa demokrasi, meskipun
berakar dari tradisi Barat, ia memiliki esensi yang pararel dengan Islam.
Selain itu, ia juga bertindak sebagai pimpinan proyek penerbitan buku-buku
klasik Ibnu Rusyd, diantaranya: Mukhtashar Kitāb al-Siyāsah(1998)
dan al-Kulliyyah fi al-Thibb(1999).
Diantara
pembahasan pokok buku ini ialah, Demokrasi dan Fungsi Kesejarahannya di
Negeri Arab, Demokrasi dan Realitas Kekinian Arab, Demi Pengakaran Budaya “HAM”
dalam Kesadaran Arab Kontemporer, dan Demi Menumbuhkan Kesadaran
Terhadap HAM dalam Islam. Diantara poin penting dari buku ini ialah:
Menurut Muhammad Abid al-Jabiri, penolakan dan penerimaan terhadap konsep
demokrasi dan syura adalah alasan “semu”, “kekanak-kanakan”, tidak kritis, dan
“nol konsepsional”. Menurut pandangannya, sikap bijak yang perlu untuk
mewujudkan sikap bijak yang lebih baik bagi umat manusia adalah dengan cara
mengkaji sejarah secara kritis. Karena dalam sejarah itu terkandung teks dan
konteks secara sinergis. Secara konseptual “demokrasi”, “syura”, dan HAM perlu
diurai dari latar dan akar historisitasnya masing-masing.
Membaca buku
ini ada kesan kusus bahwa seorang Abed al-Jabiri berupaya mengkompromikan nilai
demokrasi, dan HAM dengan pemikiran Islam. “Kritik nalar Arab” al-Jabiri,
adalah sebuah upaya untuk mencari dan menemukan “jalan pembebasan” dari
sekat-sekat sempit sebagaimana di atas. Langkah yang ditempuh oleh Muhammad
Abed al-Jabiri ini, bagaikan membangun jalan sempit pelan tapi pasti dan
terukur, untuk mempercepat perubahan di Arab, dan membuka jalan menuju
persamaan Arab. Bagi yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai upaya untuk
mendamaikan antara Demokrasi, Ham dan Islam, maka sangat tepat untuk membaca
buku ini, tentu saja harus diiringi dengan bacaan kritis. Ini karena sebagai
pemikir Muslim, salah satu kritik tajam yang diarahkan ke dia ialah
fanatismenya terhadap Arab Barat(Ibnu Rusyd dkk) sehingga menafikan Timur Jauh
(Ghazali, Mula Sadra dll), di sisi lain ia dikritik keras karena seringnya
mengutip sumber dengan tidak lengkap. Sekali lagi dalam membaca buku ini harus
disertai dengan nalar kritis.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !