Home » » Dolly Dholâli Dholâlunâ

Dolly Dholâli Dholâlunâ

Written By Amoe Hirata on Rabu, 18 Juni 2014 | 20.22


            Sejak pagi rumah Sarikhuluk terlihat sepi. Suasana begitu lenggang. Tak ada kabar tak ada berita, tiba-tiba ia menghilang. Hari ini (Rabu, 18 Juni 2014) adalah hari bertepatan dengan penutupan wisma Dolly, yang merupakan tempat pelacuran terbesar di Asia Tenggara. Sebenarnya hari ini Sarikhuluk banyak kedatangan tamu. Ketiadaannya membuat orang-orang pada bertanya: “Mengapa Sarikhuluk menghilang di saat kita membutuhkan pencerahan?”. Tiba-tiba ada yang teriak memanggil dari arah samping dekat pendopo Al-Ikhlas, ‘Hai, kesini semuanya. Di Mading Al-Ikhlash ada tulisan yang ditinggal Sarikhuluk’. Akhirnya secara serentak mereka berbondong-bondong mendekati mading Al-Ikhlash. Tulisan itu hanya berbentuk sajak yang isinya membuat orang-orang semakin bingung:

Dolly Dholâli Dholâlunâ
By: Muhammad Sarikhuluk

Saat wisma Dolly ditutup
Pro dan kontra semakin hidup
Yang pro senang dan bangga
Surabaya bersih dari dosa
Yang kontra geram tak rela
Mata pencaharian terenggut paksa

Dolly Dholâli Dholâlunâ
Masalah Dolly tak sekadar norma
Hukum yang dipaksa
Tanpa solusi diupaya
Yang ada hanya sengsara
Masalah menebar kemana-mana

Dolly Dholâli Dholâlunâ
Urusannya ialah jual-beli wanita
Yang terjerumus dengan aneka
Masalah yang menerpa
Kenapa Cuma Surabaya
Di Indonesia berjuta-juta

Dolly Dholâli Dholâlunâ
Kemana ahli agama
Kemana para penguasa
Di saat awal Dolly dibuka?
Banyak yang mencela
Diam-diam hati suka cita

Dolly Dholâli Dholâlunâ
Ditutup oleh bu Risma
Teladan baik setiap wanita
Yang menjadi wali kota
Kemana para pria?
Dolly sudah bertahun-tahun ada

Dolly Dholâli Dholâlunâ
Kalau benar memang durjana
Kita sesat bersama
Diterpa gelap gulita
Yang buta tiada kira
Buta mata, buta hati, buta agama

            Setelah mereka membaca sajak Sarikhuluk, secara umum mereka bisa memahami maksud Sarikhuluk. Hanya saja, yang membuat mereka bingung ialah kata-kata, ‘Dolly Dholâli Dholâlunâ’. Mereka sama sekali tak mengerti maksudnya. Di antara mereka ada yang bertekad menunggu Sarikhuluk untuk menanyakan maknanya. Setelah lama menunggu, akhirnya Sarikhuluk datang juga. Ia datang di pertengahan malam. Saat Sarikhuluk datang ia agak kaget karena di Pendopo Al-Ikhlash ada orang-orang kumpul-kumpul. Sebagian tertidur pulas. Sebagian lagi masih bangun ngobrol-ngobrol. Perjumpaan mereka dengan Sarikhuluk pada akhirnya terpenuhi juga. Dengan sangat sederhana Sarikhuluk berkometar: “Aku sangat setuju kalau Wisma Dolly ditutup. Tapi aku berharap titik tolak dari penutupan itu bukan sekadar normatif belaka, tanpa dicari solusi yang setepat-tepatnya. Sebenarnya `kan di negeri ini masalah pelacuran –dalam pengertian denotatif- bukan saja  berada di wisma Dolly saja. Di Indonesia tempat seperti itu sangat banyak. Apalagi pelacuran-pelacuran dengan makna konotatif(spt: pelacuran jabatan, pelacuran kekuasaan, pelacuran agama, pelacuran pendidikan, pelacuran dll), begitu luas jangkauan dimensinya. Niat yang baik harus didukung dengan penanganan yang baik. Arti dari statemen Dolly Dholâli Dholâlunâ ialah bahwa urusan Dolly bukan sekadar urusan tersesatnya para pelacur yang selama ini menjalani dosa, tapi di waktu yang sama, sebenarnya itu juga kesesatanku, kesesatan kita bersama(diri desa hingga negara) yang selama ini diam saja. Kalau ada upaya baik untuk menutup, kita memang harus mendukung, asalkan disertai solusi yang tak tanggung-tanggung” demikian penuturan Sarikhuluk.






Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan