Rerintikan hujan menemani
kesendirian Sarikhuluk pada hari Rabu 25 Desember 2013. Bulan tak terlihat
batang hidungnya. Ia diselimuti awan-awan hitam mengandung hujan. Sepi.
Begitulah yang dirasa Sarikhuluk malam ini. Seharian penuh, tadi pagi ia telah
menggarap sawahnya dengan penuh trengginas dan akas. Sekarang
saatnya menikmati kopi luwak dan beberapa gorengan pisang. Semilir angin dan
hawa dingin turut meramaikan keheningan malam yang dialaminya. Ia sedang nyantai
dan mau merencanakan untuk tidur. Belum lagi sempat tidur, pintu rumahnya
diketuk oleh Satuman, salah satu teman akrab Sarikhuluk sewaktu kecil. Satuman
berprofesi sebagai guru tetap di salah satu Sekolah Negeri. Air mukanya begitu
tak enak dipandang. Keningnya berkerut keatas seperti singa yang sedang
kelaparan.
“Assalamu`alaikum!” sapa Satuman.
“Wa`alaikumussalam..... lho ada tamu istimewa rupanya. Monggo-monggo
Man, silahkan-silahkan. Untung aku belum tidur. Ngomong-ngomong ada apa kok
mukamu terlihat sangar gitu kaya Hulk tersengat tawon hehehehhe... guyon Man”
sahut Sarikhuluk sekenanya. “Gini Luk,
aku muangkel tenan. Tadi aku habis baca di koran dan di salah satu media
online, ada seorang Kiai yang turut merayakan Hari Natal, bahkan jadi
penceramah di sana. Dasar “Kiai Kampret” tuh orang” cerocos Satuman meluapkan
emosinya. “Hehehe... Kiai Kampret? Opo iku? Baru denger Aku”. “Itu
singkatan Luk. Aku sendiri yang ngarang. Kampret akronim dari: Kiai yang
“Kemanapun Mau yang Penting Rejeki Tercukupi”. “Ooo... giti toh. Lha apa
hubungannya dengan Kia yang kamu mangkeli tadi?” tanya Sarikhuluk.
“Gimana ga kampret cobak, Kiai kok ikut-ikutan ngerayain Hari Natal. Ya apa
lagi kalau ga Kiai Kampret yang disuruh kemana-mana mau asal dapat duit”
sambung Satuman.
“Man, kendalikan emosimu dulu.
Tenangkan hati, jernihkan pikiran. Minum dan nikmati dulu kopi luwak dan
gorengan pisang ini biar kamu merasa agak tenang” pinta Sarikhuluk. “O ya, suwon-suwon Luk. Maaf lho kalau
ngrepotin kamu” sambut Satuman. “Halah Kamu Man, kayak sama siapa aja. Gini lho
ya, kamu boleh marah pada sesuatu, tapi kamu harus mengerti dengan jelas kenapa
kamu marah, efek kamu marah, dan seberapa tepat kamu marah. Kamu juga ngerti
kalau agama melarang kita su`udzan(buruk sangka). Jadi tolong dipelajari
lebih dulu mana yang fakta, mana yang opini, kemudian ketika informasi sudah
di-tabayyun baru kamu nanti bisa mengambil keputusan yang tepat dan
akurat. Sekarang kan zaman informasi, nah kebanyakan orang sukanya menelan
informasi, ga mengunyahnya terlebih dahulu. Akibatnya bikin pikiran keruh, hati
kotor dan menimbulkan emosi. Makanya Aku sarankan tolong kendalikan emosimu
dulu, baru setelah kamu tenang kita lanjutkan pembicaraan” Saran Sarikhuluk
pada Satuman. “Oya Luk, nyantai aja, aku sudah lebih tenang sekarang” sahut
Satuman.
“Gini Man, untuk menganalisis “Kiai
Kampret” versi kamu itu bisa digunakan beberapa sudut pandang ilmu,
diantaranya: Akidah, Akhlak dan Syari`at. Dari sisi Akidah Nabi, memang sangat
tegas dan tak mau mencampur adukkan akidah Islam dengan Akidah yang lain.
Secara akhlakpun Nabi Muhammad siapa yang meragukan dia, dia sangat halus dalam
mengingatkan orang, tapi tetap tegas kalau bertentangan dengan syari`at. Secara
syari`at tidak ada dalil yang tegas berkaitan dengan hukum mengenai ucapan
Selamat Natal dan menghadiri bahkan berceramah di Hari Raya mereka. Jadi
saranku begini: Kamu cek dulu kebenaran berita mengenai Kia yang kata kamu
Kampret itu. Kalau itu memang benar, kaji dan pelajari secara mendalam
dalil-dalil dari Al-Qur`an dan As-Sunnah terkait dengan hal itu. Kalau sudah
dikaji dengan matang, jangan gegabah dulu dalam memberi keputusan, karena bisa
jadi yang kita anggap Kampret itu ternyata sangat zuhud dan bersahaja. Akku
memang tak mau memberikanmu jawaban instan, karena kamu guru”.
“Terakhir saranku: apapun keputusanmu nanti,
hendaknya mengandung: “Kebenaran, kebaikan dan keindahan”. Jika kamu benar
bahwa Kiai itu benar-benar Kampret dengan bukti-bukti yang kamu kumpulkan. Kamu
harus menyikapinya dengan kebaikan. Jangan grusah-grusuh mengklaim
bahwasanya dia salah, cari cara terbaik. Kemudian tak cukup hanya baik tapi
harus dilakukan dengan cara yang indah dan tak menyakiti hati. Betapa banyak
orang yang membawa kebenaran dan kebaikan tetapi karena tidak disampaikan
dengan indah, malah berujung penolakan dan pembangkangan. Maka dari itu tolong
ingat pesenku baik-baik. Kalau memang nanti benar, tugasmu hanya mengingatkan
dengan penuh hikmah, kamu tidak bertugas sebagai hakim atau pemaksa, kamu hanya
menyampaikan” Saran Sarikhuluk panjang. “Ok Luk, suwon ya. Maaf lho
ngrepotin. Nanti kalau aku sudah dapat info yang akurat dan tepat, aku kesini
lagi. Aku pamit, Assalamu`alaikum” pamit Satuman. “Wwa`alaikumussalam...ojo
sungkan-sungkan Man, ya tak tunggu, rumah ini selalu terbuka untuk apa dan
siapa saja yang menghendaki KEBAIKAN” jawab Sarikhuluk.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !