Home » » "Kiai Kampret"

"Kiai Kampret"

Written By Amoe Hirata on Kamis, 05 Juni 2014 | 11.14

            Rerintikan hujan menemani kesendirian Sarikhuluk pada hari Rabu 25 Desember 2013. Bulan tak terlihat batang hidungnya. Ia diselimuti awan-awan hitam mengandung hujan. Sepi. Begitulah yang dirasa Sarikhuluk malam ini. Seharian penuh, tadi pagi ia telah menggarap sawahnya dengan penuh trengginas dan akas. Sekarang saatnya menikmati kopi luwak dan beberapa gorengan pisang. Semilir angin dan hawa dingin turut meramaikan keheningan malam yang dialaminya. Ia sedang nyantai dan mau merencanakan untuk tidur. Belum lagi sempat tidur, pintu rumahnya diketuk oleh Satuman, salah satu teman akrab Sarikhuluk sewaktu kecil. Satuman berprofesi sebagai guru tetap di salah satu Sekolah Negeri. Air mukanya begitu tak enak dipandang. Keningnya berkerut keatas seperti singa yang sedang kelaparan.
            “Assalamu`alaikum!” sapa Satuman. “Wa`alaikumussalam..... lho ada tamu istimewa rupanya. Monggo-monggo Man, silahkan-silahkan. Untung aku belum tidur. Ngomong-ngomong ada apa kok mukamu terlihat sangar gitu kaya Hulk tersengat tawon hehehehhe... guyon Man” sahut Sarikhuluk sekenanya.  “Gini Luk, aku muangkel tenan. Tadi aku habis baca di koran dan di salah satu media online, ada seorang Kiai yang turut merayakan Hari Natal, bahkan jadi penceramah di sana. Dasar “Kiai Kampret” tuh orang” cerocos Satuman meluapkan emosinya. “Hehehe... Kiai Kampret? Opo iku? Baru denger Aku”. “Itu singkatan Luk. Aku sendiri yang ngarang. Kampret akronim dari: Kiai yang “Kemanapun Mau yang Penting Rejeki Tercukupi”. “Ooo... giti toh. Lha apa hubungannya dengan Kia yang kamu mangkeli tadi?” tanya Sarikhuluk. “Gimana ga kampret cobak, Kiai kok ikut-ikutan ngerayain Hari Natal. Ya apa lagi kalau ga Kiai Kampret yang disuruh kemana-mana mau asal dapat duit” sambung Satuman.
            “Man, kendalikan emosimu dulu. Tenangkan hati, jernihkan pikiran. Minum dan nikmati dulu kopi luwak dan gorengan pisang ini biar kamu merasa agak tenang” pinta Sarikhuluk.  “O ya, suwon-suwon Luk. Maaf lho kalau ngrepotin kamu” sambut Satuman. “Halah Kamu Man, kayak sama siapa aja. Gini lho ya, kamu boleh marah pada sesuatu, tapi kamu harus mengerti dengan jelas kenapa kamu marah, efek kamu marah, dan seberapa tepat kamu marah. Kamu juga ngerti kalau agama melarang kita su`udzan(buruk sangka). Jadi tolong dipelajari lebih dulu mana yang fakta, mana yang opini, kemudian ketika informasi sudah di-tabayyun baru kamu nanti bisa mengambil keputusan yang tepat dan akurat. Sekarang kan zaman informasi, nah kebanyakan orang sukanya menelan informasi, ga mengunyahnya terlebih dahulu. Akibatnya bikin pikiran keruh, hati kotor dan menimbulkan emosi. Makanya Aku sarankan tolong kendalikan emosimu dulu, baru setelah kamu tenang kita lanjutkan pembicaraan” Saran Sarikhuluk pada Satuman. “Oya Luk, nyantai aja, aku sudah lebih tenang sekarang” sahut Satuman.
            “Gini Man, untuk menganalisis “Kiai Kampret” versi kamu itu bisa digunakan beberapa sudut pandang ilmu, diantaranya: Akidah, Akhlak dan Syari`at. Dari sisi Akidah Nabi, memang sangat tegas dan tak mau mencampur adukkan akidah Islam dengan Akidah yang lain. Secara akhlakpun Nabi Muhammad siapa yang meragukan dia, dia sangat halus dalam mengingatkan orang, tapi tetap tegas kalau bertentangan dengan syari`at. Secara syari`at tidak ada dalil yang tegas berkaitan dengan hukum mengenai ucapan Selamat Natal dan menghadiri bahkan berceramah di Hari Raya mereka. Jadi saranku begini: Kamu cek dulu kebenaran berita mengenai Kia yang kata kamu Kampret itu. Kalau itu memang benar, kaji dan pelajari secara mendalam dalil-dalil dari Al-Qur`an dan As-Sunnah terkait dengan hal itu. Kalau sudah dikaji dengan matang, jangan gegabah dulu dalam memberi keputusan, karena bisa jadi yang kita anggap Kampret itu ternyata sangat zuhud dan bersahaja. Akku memang tak mau memberikanmu jawaban instan, karena kamu guru”.
“Terakhir saranku: apapun keputusanmu nanti, hendaknya mengandung: “Kebenaran, kebaikan dan keindahan”. Jika kamu benar bahwa Kiai itu benar-benar Kampret dengan bukti-bukti yang kamu kumpulkan. Kamu harus menyikapinya dengan kebaikan. Jangan grusah-grusuh mengklaim bahwasanya dia salah, cari cara terbaik. Kemudian tak cukup hanya baik tapi harus dilakukan dengan cara yang indah dan tak menyakiti hati. Betapa banyak orang yang membawa kebenaran dan kebaikan tetapi karena tidak disampaikan dengan indah, malah berujung penolakan dan pembangkangan. Maka dari itu tolong ingat pesenku baik-baik. Kalau memang nanti benar, tugasmu hanya mengingatkan dengan penuh hikmah, kamu tidak bertugas sebagai hakim atau pemaksa, kamu hanya menyampaikan” Saran Sarikhuluk panjang. “Ok Luk, suwon ya. Maaf lho ngrepotin. Nanti kalau aku sudah dapat info yang akurat dan tepat, aku kesini lagi. Aku pamit, Assalamu`alaikum” pamit Satuman. “Wwa`alaikumussalam...ojo sungkan-sungkan Man, ya tak tunggu, rumah ini selalu terbuka untuk apa dan siapa saja yang menghendaki KEBAIKAN” jawab Sarikhuluk.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan