Home » » Renungan ‘Pasangan al-Asmaa` al-Husna’ Serta Pengamalannya dalam Kehidupan Sehari-hari

Renungan ‘Pasangan al-Asmaa` al-Husna’ Serta Pengamalannya dalam Kehidupan Sehari-hari

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 14 Juni 2014 | 20.54

A
SAMI`UN

1
SAMI`UN `ALIIMUN
(Maha Mendengar Maha Mengetahui)

Kata sami`un(Maha Mendengar) dalam Al-Qur`an selalu terletak di depan. Sedangkan pasangan kata ini bermacam-macam di antaranya: bashirun dan qaribun. Pembahasan kali ini ialah tentang pasangan sami`un dan `aliimun. Pendengaran selalu didahulukan daripada indra lainnya, ini mengisyaratkan betapa pentingnya pendengaran dan fungsinya bagi manusia. Pertama kali indra manusia yang bekerja ketika baru dilahirkan ialah indra pendengaran. Indra pendengaran (melalui telinga) merupakan satu-satunya indra eksternal manusia yang masih beoperasi, bekerja dan berfungsi dengan baik ketika sedang tidur. Kalau dikembangkan ke ranah lebih jauh. Mendengarkan erat kaitannya dengan seni suara. Suara yang indah akan didengar oleh telinga kemudian masuk hati. Berdakwah dengan memakai metode seni suara indah yang melibatkan indra pendengaran akan lebih efektif daripada sekadar ceramah-ceramah agama kering yang melibatkan telinga tapi tidak memiliki karakter keindahan, sehingga untuk sampai ke hati masih melalui proses didengar, dipikirkan baru kemudian di hati. Pertama kali manusia mendapat pengajaran dan pelajaran melalui telinga. Manusia dituntun sedemikian rupa untuk mengucapkan nama sesuatu melalui fungsi telinga sebagai perantara pendengaran. Bila indra pendengaran tidak berfungsi sejak kecil maka secara otomatis manusia akan bisu. Ini menunjukkan bahwa pendengaran merupakan unsur inti untuk pendidikan. Ranah lain dalam dunia politik, sosial, agama, kepemimpinan sangat membutuhkan sarana pendengaran. Frekuensi dan volume pendengaran harus lebih ditingkatkan jika mau mendapat kesuksesan. Kepemimpinan akan sukses jika banyak mendengarkan aspirasi yang dipimpin, demikian juga berbagai aspek kehidupan lainnya.

Kata `aliimun(Maha Mengetahui) dalam Al-Qur`an diletakkan di depan dan di belakang, tergantung dari kata yang dipasangkan. `alimun berasal dari akar kata `ilmun artinya ilmu. Sebenarnya kurang pas kalau `alimun diartikan dengan Maha Mengetahui. Karena pengetahuan dan ilmu memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Pengetahuan secara mudah bisa didapatkan oleh semua orang asal indranya berfungsi dengan baik dan mau menerimanya, sedangkan ilmu merupakan hasil dari kumpulan pengetahuan yang sudah diteliti sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengetahuan yang lebih dalam dan mendasar. Ketika kata sami`un dipasangkan dengan kata `aliimun ini ‘seolah-olah’ mengisyaratkan pada manusia bahwa mendengar saja itu meski sangat penting tapi itu belum cukup. Mendengar saja tanpa didasari dengan ilmu maka akan menimbulkan masalah. Misal saja kita mungkin merasa simpati setelah mendengar penuturan orang yang begitu memukau, namun pada saat yang sama kita juga bisa tertipu olehnya kalau kita tidak mempunyai dasar ilmu. Ilmu mengharuskan kita meneliti terlebih dahulu terhadap apa yang kita dengar. Pendengaran secara sederhana hanya memberi manusia pengetahuan. Dengan disandingkan dengan kata ilmu maka pendengaran akan lebih aman dan tidak dipengaruhi oleh unsur lain karena diproses sedemikian rupa dengan ilmu. Manusia memang dianjurkan banyak mendengarkan, tapi banyak mendengar juga harus diimbangi dengan daya kritis dan penelitian berupa ilmu. Perpaduan keduanya adalah perpaduan yang sangat apik dan perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Penggabungan dua kata ini juga mengisyaratkan bahwa ilmu yang utama didapatkan melalui metode talakki(mendengar langsung dari guru) baru kemudian diteliti sedemikian rupa melalui metode ilmiah. Wallahu a`lam bis shawaab.

2
SAMI`UN BASHIRUN
(Maha Mendengar Maha Melihat)

Kata bashirun(Maha Melihat) berasal dari kata bashar yang berarti pengelihatan. Secara posisi bashirun selalu berada setelah sami`un. Ia tidak pernah berada di depan. Ini mengisyaratkan pada kita skala prioritas bahwa mendengar didahulukan terlebih dahulu baru kemudian dikuatkan dan didukung dengan melihat. Orang yang mendengar barangkali relatif terpengaruh dengan penuturan orang yang berbicara padanya. Namun dengan melihat secara langsung, maka akan tambah memperjelas korelasi antara yang disampaikan dengan kenyataan yang terjadi. Bila kita kaitkan dengan kepemimpinan dalam bidang apapun, maka pemimpin harus banyak mendengar dari yang dipimpin. Mendengar aspirasi, mendengar keluahan, kendengar aduan dan lain sebagainya, namun juka harus dicek dengan melihat secara langsung di lapangan. Dalam uangkapan Arab ada istilah: laisa ma`al `aini aina(Melihat secara langsung tidak perlu bertanya: dimana?[karena melihat itu lebih jelas daripada diceritakan]). Dalam aspek pendidikan kita menjumpai bahwa belajar ilmu dengan cara mendengar(dengan guru) lebih diprioritaskan dengan belajar secara melihat(membaca, otodidak).

3
SAMI`UN QORIBUN
(Maha Mendengar Maha Dekat)

            Kata , ‘qarib’ berarti sangat dekat. Ia berasal dari akar kata Arab: qof, ro dan ba` yang artinya dekat. Bila digabungkan dengan kata sami` maka kita akan menemukan relavansi demikian: Mendengar itu memang diutamakan tapi juga harus didukung dengan kekariban. Meski kita mendengar aspirasi orang tapi kalau kita tidak punya kedekatan, baik kedekatan secara fisik maupun non fisik maka sebagai pemimpin atau apa saja kita akan kurang mendapat simpati dari orang lain. Mendengar dan mendekat itu sangat membantu kesuksesan seseorang dalam berkomunikasa. Kekariban menggambarkan perhatian dan kesungguhan. Dengan mendengar dan mendekat kita akan dihormati daripada sekadar mendengar tapi tidak dekat.

Titik Temu:


Titik temu dari ketiga pasangan kata sami`un dari al-asma` al-Husna ialah ketiganya merupakan sifat yang sangat menunjang sifat sami`un. Ilmu, pengelihatan dan kedekatan merupakan faktor fundamental yang mempengaruhi pribadi seseorang. Orang yang biasa mendengar, menyimak orang lain berdasarkan ilmu, survai secara langsung(melihat), dan berusaha lebih karib(dekat) maka akan meraih kesuksesan. Ini bisa diterapkan dalam segenap aspek kehidupan.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan