A
SAMI`UN
1
SAMI`UN `ALIIMUN
(Maha Mendengar Maha
Mengetahui)
Kata
sami`un(Maha Mendengar) dalam Al-Qur`an selalu terletak di depan. Sedangkan
pasangan kata ini bermacam-macam di antaranya: bashirun dan qaribun.
Pembahasan kali ini ialah tentang pasangan sami`un dan `aliimun. Pendengaran
selalu didahulukan daripada indra lainnya, ini mengisyaratkan betapa pentingnya
pendengaran dan fungsinya bagi manusia. Pertama kali indra manusia yang bekerja
ketika baru dilahirkan ialah indra pendengaran. Indra pendengaran (melalui
telinga) merupakan satu-satunya indra eksternal manusia yang masih beoperasi,
bekerja dan berfungsi dengan baik ketika sedang tidur. Kalau dikembangkan ke ranah
lebih jauh. Mendengarkan erat kaitannya dengan seni suara. Suara yang indah
akan didengar oleh telinga kemudian masuk hati. Berdakwah dengan memakai metode
seni suara indah yang melibatkan indra pendengaran akan lebih efektif daripada
sekadar ceramah-ceramah agama kering yang melibatkan telinga tapi tidak
memiliki karakter keindahan, sehingga untuk sampai ke hati masih melalui proses
didengar, dipikirkan baru kemudian di hati. Pertama kali manusia mendapat
pengajaran dan pelajaran melalui telinga. Manusia dituntun sedemikian rupa
untuk mengucapkan nama sesuatu melalui fungsi telinga sebagai perantara
pendengaran. Bila indra pendengaran tidak berfungsi sejak kecil maka secara
otomatis manusia akan bisu. Ini menunjukkan bahwa pendengaran merupakan unsur
inti untuk pendidikan. Ranah lain dalam dunia politik, sosial, agama,
kepemimpinan sangat membutuhkan sarana pendengaran. Frekuensi dan volume
pendengaran harus lebih ditingkatkan jika mau mendapat kesuksesan. Kepemimpinan
akan sukses jika banyak mendengarkan aspirasi yang dipimpin, demikian juga
berbagai aspek kehidupan lainnya.
Kata
`aliimun(Maha Mengetahui) dalam Al-Qur`an diletakkan di depan dan di
belakang, tergantung dari kata yang dipasangkan. `alimun berasal dari
akar kata `ilmun artinya ilmu. Sebenarnya kurang pas kalau `alimun diartikan
dengan Maha Mengetahui. Karena pengetahuan dan ilmu memiliki perbedaan yang
sangat signifikan. Pengetahuan secara mudah bisa didapatkan oleh semua orang
asal indranya berfungsi dengan baik dan mau menerimanya, sedangkan ilmu
merupakan hasil dari kumpulan pengetahuan yang sudah diteliti sedemikian rupa
sehingga menghasilkan pengetahuan yang lebih dalam dan mendasar. Ketika kata sami`un
dipasangkan dengan kata `aliimun ini ‘seolah-olah’ mengisyaratkan pada
manusia bahwa mendengar saja itu meski sangat penting tapi itu belum cukup.
Mendengar saja tanpa didasari dengan ilmu maka akan menimbulkan masalah. Misal
saja kita mungkin merasa simpati setelah mendengar penuturan orang yang begitu
memukau, namun pada saat yang sama kita juga bisa tertipu olehnya kalau kita
tidak mempunyai dasar ilmu. Ilmu mengharuskan kita meneliti terlebih dahulu
terhadap apa yang kita dengar. Pendengaran secara sederhana hanya memberi
manusia pengetahuan. Dengan disandingkan dengan kata ilmu maka pendengaran akan
lebih aman dan tidak dipengaruhi oleh unsur lain karena diproses sedemikian
rupa dengan ilmu. Manusia memang dianjurkan banyak mendengarkan, tapi banyak
mendengar juga harus diimbangi dengan daya kritis dan penelitian berupa ilmu.
Perpaduan keduanya adalah perpaduan yang sangat apik dan perlu dikembangkan
dalam kehidupan sehari-hari. Penggabungan dua kata ini juga mengisyaratkan
bahwa ilmu yang utama didapatkan melalui metode talakki(mendengar
langsung dari guru) baru kemudian diteliti sedemikian rupa melalui metode
ilmiah. Wallahu a`lam bis shawaab.
2
SAMI`UN BASHIRUN
(Maha Mendengar Maha
Melihat)
Kata
bashirun(Maha Melihat) berasal dari kata bashar yang berarti
pengelihatan. Secara posisi bashirun selalu berada setelah sami`un.
Ia tidak pernah berada di depan. Ini mengisyaratkan pada kita skala prioritas
bahwa mendengar didahulukan terlebih dahulu baru kemudian dikuatkan dan
didukung dengan melihat. Orang yang mendengar barangkali relatif terpengaruh
dengan penuturan orang yang berbicara padanya. Namun dengan melihat secara
langsung, maka akan tambah memperjelas korelasi antara yang disampaikan dengan
kenyataan yang terjadi. Bila kita kaitkan dengan kepemimpinan dalam bidang
apapun, maka pemimpin harus banyak mendengar dari yang dipimpin. Mendengar
aspirasi, mendengar keluahan, kendengar aduan dan lain sebagainya, namun juka
harus dicek dengan melihat secara langsung di lapangan. Dalam uangkapan Arab
ada istilah: laisa ma`al `aini aina(Melihat secara langsung tidak perlu
bertanya: dimana?[karena melihat itu lebih jelas daripada diceritakan]). Dalam
aspek pendidikan kita menjumpai bahwa belajar ilmu dengan cara mendengar(dengan
guru) lebih diprioritaskan dengan belajar secara melihat(membaca, otodidak).
3
SAMI`UN QORIBUN
(Maha Mendengar Maha
Dekat)
Kata , ‘qarib’ berarti sangat
dekat. Ia berasal dari akar kata Arab: qof, ro dan ba` yang
artinya dekat. Bila digabungkan dengan kata sami` maka kita akan
menemukan relavansi demikian: Mendengar itu memang diutamakan tapi juga harus
didukung dengan kekariban. Meski kita mendengar aspirasi orang tapi kalau kita
tidak punya kedekatan, baik kedekatan secara fisik maupun non fisik maka
sebagai pemimpin atau apa saja kita akan kurang mendapat simpati dari orang
lain. Mendengar dan mendekat itu sangat membantu kesuksesan seseorang dalam
berkomunikasa. Kekariban menggambarkan perhatian dan kesungguhan. Dengan
mendengar dan mendekat kita akan dihormati daripada sekadar mendengar tapi
tidak dekat.
Titik
Temu:
Titik
temu dari ketiga pasangan kata sami`un dari al-asma` al-Husna
ialah ketiganya merupakan sifat yang sangat menunjang sifat sami`un.
Ilmu, pengelihatan dan kedekatan merupakan faktor fundamental yang mempengaruhi
pribadi seseorang. Orang yang biasa mendengar, menyimak orang lain berdasarkan
ilmu, survai secara langsung(melihat), dan berusaha lebih karib(dekat) maka akan
meraih kesuksesan. Ini bisa diterapkan dalam segenap aspek kehidupan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !