Home » » Dosa Jariyah Kian Laris, Amal Jariyah Kian Tipis

Dosa Jariyah Kian Laris, Amal Jariyah Kian Tipis

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 21 Juni 2014 | 20.02


            Sungguh tragis. Indonesia yang katanya penduduknya mayoritas beragama Islam, tapi perilaku penduduknya kebanyakan masih kontras dengan nilai-nilai agama yang dipeluk; penduduknya kebanyakan masih mengabaikan nilai-nilai agama yang dianut. Pada realita yang berkembang saat ini, kita sering – bahkan sudah terbiasa - disajikan fenomena-fenomena yang kontradiktif. Kita bisa menemukan ustadz yang penipu, kiai yang menghamili santri,  mentri agama yang korup, pemimpin partai Islam yang korup, orangtua yang mencabuli anaknya sendiri, dana infak dan sedekah yang disalahgunakan, ukhuwah islamiyah yang centangperenang, dan lain sebagainya. Kita akan bertanya-tanya kenapa fenomena itu bisa terjadi di tengah masyarakat yang penduduknya terkenal beragama dan sangat sedikit yang atheis. Apakah agamanya yang salah atau pemeluknya? Pada dasarnya tidak ada agama –kalau memang benar-benar agama dari Allah- yang mengajarkan pemeluknya untuk berbuat kejelekan, namun pada faktanya pemeluknya lah yang biasanya mencemarkan nilai-nilai agama yang dianut. Jadi keluhuran nilai agama tidak sebangun dengan keluhuran laku pemeluknya; kebaikan nilai agama tidak berbanding lurus dengan kebaikan pemeluknya.
            Bila diamati secara mendalam, fenomena tersebut terjadi karena semakin larisnya dosa jariyah di kalangan umat Islam. Ditambah lagi, kesadaran untuk meningkatkan amal dan sedekah jariyah semakin menipis. Yang dimaksud dengan dosa jariyah ialah dosa yang terus mengalir meski penduduknya telah meninggal. Sedangkan sedekah jariyah ialah sedekah yang pahalanya senantiasa mengalir meski pelakunya telah meninggal. Untuk yang pertama landasan normatifnya ialah sabda Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi wasallam: “Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim). Jadi setiapa pelopor, pionir amal kejelekan mereka akan mendapatkan dosa jariyah. Hadits lain menyetakan: “Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Muslim). Yang mengajak pada kesesatan juga akan mendapatkan dosa jariyah.
Adapun yang berkaitan dengan sedekah dan amal jariyah ialah hadits: ‘Apabila manusia meninggal, amalnya akan terputus, kecuali 3 hal: ‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.’ (HR. Nasa’i, Turmudzi, dan yang lainnya. Hadis ini dishahihkan Al-Albani). Dengan hadits lain yang menjadi pasangan dari hadits dosa jariyah di atas, yang artinya sebagai berikut: “Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka”(HR. Muslim). Hadits ini dengan tegas mengatakan bahwa pelopor atau perintis amal baik maka akan mendapat pahala yang dari amal baiknya dan orang yang menirunya tanpa dikurangi sedikitpun pahalanya. Hadits lain menyatakan: “Siapa yang mengajak pada petunjuk, dia mendapat pahala, seperti pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun”(HR. Muslim). Yang mengajak kepada petunjuk juga akan mendapatkan pahala jariyah(tak terputus dan tak dikurangi sedikitpun).
Sekarang mungkin secara kuantitas memang umat Islam di Indonesia adalah mayoritas, tapi secara kualitas pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam sangatlah minoritas. Banyak sekali dijumpai pelopor-pelopor kebiasan buruk, contoh saja membuat trend pakaian yang menyalahi Islam(jilbab gaul, kudung gaul dan lain sebagainya), menyebarkan pornografi dan pornoaksi, menyontohkan kejelekan di depan orang banyak supaya ditiru. Banyak juga yang mengajak orang menuju kesesatan. Ajaran agama menjadi tontonan, sedang tontonan menjadi tuntunan. Sudah tidak merasah risih dengan maksiat, asalkan diri merasa nikmat. Coba bandingkan dengan orang yang bersedekah dan beramal jariyah banyak mana dengan orang yang melakukan dosa jariyah? Bahkan diantara sekian banyak orang yang beramal dan bersedekah jariyah pun kadang-kadang masih gugur amal dan sedekahnya dikarenakan ketidakikhlasan. Ini sebuah gambaran nyata dari suatu kondisi ketika keburukan mendominasi kebaikan; ketika kebaikan dikalahkan keburukan. Dosa jariyah kian laris, amal jariyah kian tipis. Bila sudah sampai pada tahap ini siap-siap saja menunggu teguran, peringatan atau bahkan siksa dari-Nya.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan