Sungguh tragis. Indonesia yang katanya penduduknya
mayoritas beragama Islam, tapi perilaku penduduknya kebanyakan masih kontras dengan
nilai-nilai agama yang dipeluk; penduduknya kebanyakan masih mengabaikan
nilai-nilai agama yang dianut. Pada realita yang berkembang saat ini, kita
sering – bahkan sudah terbiasa - disajikan fenomena-fenomena yang kontradiktif.
Kita bisa menemukan ustadz yang penipu, kiai yang menghamili santri, mentri agama yang korup, pemimpin partai
Islam yang korup, orangtua yang mencabuli anaknya sendiri, dana infak dan
sedekah yang disalahgunakan, ukhuwah islamiyah yang centangperenang, dan lain
sebagainya. Kita akan bertanya-tanya kenapa fenomena itu bisa terjadi di tengah
masyarakat yang penduduknya terkenal beragama dan sangat sedikit yang atheis.
Apakah agamanya yang salah atau pemeluknya? Pada dasarnya tidak ada agama –kalau
memang benar-benar agama dari Allah- yang mengajarkan pemeluknya untuk berbuat
kejelekan, namun pada faktanya pemeluknya lah yang biasanya mencemarkan nilai-nilai
agama yang dianut. Jadi keluhuran nilai agama tidak sebangun dengan keluhuran laku
pemeluknya; kebaikan nilai agama tidak berbanding lurus dengan kebaikan
pemeluknya.
Bila
diamati secara mendalam, fenomena tersebut terjadi karena semakin larisnya dosa
jariyah di kalangan umat Islam. Ditambah lagi, kesadaran untuk meningkatkan
amal dan sedekah jariyah semakin menipis. Yang dimaksud dengan dosa jariyah
ialah dosa yang terus mengalir meski penduduknya telah meninggal. Sedangkan
sedekah jariyah ialah sedekah yang pahalanya senantiasa mengalir meski
pelakunya telah meninggal. Untuk yang pertama landasan normatifnya ialah sabda
Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi wasallam: “Siapa yang mempelopori
satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan
itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa
dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim). Jadi setiapa pelopor,
pionir amal kejelekan mereka akan mendapatkan dosa jariyah. Hadits lain
menyetakan: “Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan
dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.”
(HR. Muslim). Yang mengajak pada kesesatan juga akan mendapatkan dosa jariyah.
Adapun yang
berkaitan dengan sedekah dan amal jariyah ialah hadits: ‘Apabila manusia
meninggal, amalnya akan terputus, kecuali 3 hal: ‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang
bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.’ (HR. Nasa’i, Turmudzi, dan
yang lainnya. Hadis ini dishahihkan Al-Albani). Dengan hadits lain yang menjadi
pasangan dari hadits dosa jariyah di atas, yang artinya sebagai berikut: “Barang
siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik
maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya
(mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka”(HR.
Muslim). Hadits ini dengan tegas mengatakan bahwa pelopor atau perintis
amal baik maka akan mendapat pahala yang dari amal baiknya dan orang yang
menirunya tanpa dikurangi sedikitpun pahalanya. Hadits lain menyatakan: “Siapa
yang mengajak pada petunjuk, dia mendapat pahala, seperti pahala orang yang
mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun”(HR. Muslim). Yang mengajak kepada
petunjuk juga akan mendapatkan pahala jariyah(tak terputus dan tak dikurangi
sedikitpun).
Sekarang
mungkin secara kuantitas memang umat Islam di Indonesia adalah mayoritas, tapi secara kualitas pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam sangatlah
minoritas. Banyak sekali dijumpai pelopor-pelopor kebiasan buruk, contoh saja
membuat trend pakaian yang menyalahi Islam(jilbab gaul, kudung gaul dan lain sebagainya), menyebarkan pornografi dan pornoaksi, menyontohkan
kejelekan di depan orang banyak supaya ditiru. Banyak juga yang mengajak orang
menuju kesesatan. Ajaran agama menjadi tontonan, sedang tontonan menjadi
tuntunan. Sudah tidak merasah risih dengan maksiat, asalkan diri merasa nikmat.
Coba bandingkan dengan orang yang bersedekah dan beramal jariyah banyak mana
dengan orang yang melakukan dosa jariyah? Bahkan diantara sekian banyak orang
yang beramal dan bersedekah jariyah pun kadang-kadang masih gugur amal dan
sedekahnya dikarenakan ketidakikhlasan. Ini sebuah gambaran nyata dari suatu
kondisi ketika keburukan mendominasi kebaikan; ketika kebaikan dikalahkan
keburukan. Dosa jariyah kian laris, amal jariyah kian tipis. Bila sudah sampai
pada tahap ini siap-siap saja menunggu teguran, peringatan atau bahkan siksa
dari-Nya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !