Home » » Salam Ajaib

Salam Ajaib

Written By Amoe Hirata on Jumat, 20 Juni 2014 | 10.08


            Mendapat jawaban salam dari ayah, itu biasa. Mendapat jawaban salam dari ibu, itu wajar. Mendapat jawaban salam dari sahabat, itu lumrah. Bahkan mendapat jawaban salam dari kekasih pun sangatlah biasa, demikian juga ketika mendapat jawaban salam dari sesama manusia, itu juga termasuk biasa karena masuk dalam lingkup manusia. Yang luar biasa ialah ketika kita mendapat jawaban salam dari makhluk yang bukan manusia. Kita tidak bisa berinteraksi dengan mereka, kita juga terkadang tak bisa melihat mereka, tetapi ketika menyampaikan salam, langsung mendapat jawaban dari mereka. Mereka bisa berupa tumbuh-tumbuhan, bebatuan, jin bahkan mungkin malaikat. Kalau ada orang yang menyampaikan salam kepada salah satu diantara mereka, maka salam yang disampaikan adalah salam ajaib. Mengapa ajaib? Ajaib karena sebagai manusia -yang memiliki keterbatasan untuk berkomunikasi dengan makhluk selainnya- tentunya tak akan mengerti dan mampu menyampaikannya dengan bahasa yang mereka mengerti karena bahasa manusia itu berbeda dengan bahasa makhluk selainnya. Di sepanjang sejarah yang bisa berkomunikasi dengan mereka ialah Nabi Sulaiman `alaihissalam. Karena itulah, jika ada diantara manusia yang menyampaikan salam kepada salah satu diantara mereka, kemudian mereka menjawabnya dan manusia itu mengerti maka salam yang ia sampaikan merupakan salam ajaib, dahsyat dan sungguh mencenganggkan.
            Mungkin diantara kita ada yang menyangkal: “ya kalau hanya salam kepada makhluk halus, para dukun pun terlalu mampu untuk berinteraksi dengan mereka. Komunikasi mereka dengan jin kan sudah sangat biasa. Bagi para dukun mungkin sudah tak teranggap aneh dan ajaib”. Sebelumnya saya ingatkan terlebih dahulu bahwa salam yang dimaksud dalam tulisan ini ialah salam islami, yaitu: ‘assalamu`alaikum warahmaullâhi wabarakâtuh’. Artinya, salam yang dipergunakan hanya oleh mereka yang terikat dengan ikatan iman; salam yang disampaikan hanya oleh mereka yang tertaut dengan ikatan keislaman. Karena dalam masalah salam, Islam sudah mengaturnya secara tersendiri. Salam islami hanya bisa disampaikan kepada sesama muslim. Bahkan ketika ada sahabat yang bertanya pada Nabi, tentang hukum menjawab salam orang non-muslim maka kata beliau cukup dengan: ‘wa`alaikum’. Ini berarti tidak dijawab sesuai dengan jawaban salam semestinya. Jadi salam islami adalah salam spesial dan khusus bagi mereka yang mempunyai ikatan keimanan dan keislaman. Dengan demikian, kalau kita mengatakan salam ajaib, berarti jawaban salam yang didapat dari jin muslim, malaikat atau bahkan Allah ta`ala. Pertanyaannya ialah: mungkinkah kita mendapat jawaban salam dari mereka? Dengan keterbatasan yang kita miliki, baik dalam hal komunikasi maupun interaksi? Bisakah diberi contoh dalam sejarah yang menunjukkan peristiwa itu?
            Mendapat salam dari jin muslim, malaikat, bahkan Allah sangat mungkin terjadi meskipun kita dibatasi oleh ketidakmampuan dalam berkomunikasi, tapi dengan perantara orang lain. Dalam sejarah lembaran emas sejarah sahabat Nabi ada sahabat yang mampu menyampaikan salam kepada malaikat dan Allah, dan ia mendapatkan jawaban langsung dari keduanya. Sahabat yang pertama ialah Abdullah bin `Amru bin al-Ash, sedangkan yang kedua ialah istri Nabi sendiri yaitu Khadijah binti Khuwailid. Abdullah bin `Amru bin al-`Ash meriwayatkan:  suatu hari aku berada bersama Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam di rumahnya. Lalu Rasulullah bertanya padaku: “Apa kamu tahu siapa yang sedang bersama kita di rumah ini?”, aku pun balik bertanya: “Siapa wahai Rasulullah?”, belia menjawab: “(yang bersama kita ialah) Jibril `alaihissalam”, lalu aku berkata: “Assalamu`alaika ya Jibrilu warahmatullâhi”, lalu Rasulullah berkata: Sesungguhnya ia (Jibril) telah menjawab salammu”(Hr. Thabrani). Sedangkan riwayat berkaitan dengan Khadijah ialah sebagai berikut: "Wahai Rasulullah, ini adalah Khadijah, ia datang dengan membawa sebuah bejana dan wadah yang berisikan lauk-makanan serta minuman. Maka, jika ia telah sampai kepadamu, sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dari ku, dan beritahukanlah kepadanya sebuah kabar gembira berupa sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari kayu yang di dalamnya menyenangkan, dan tidak ada kepayahan serta kesusahan.” (Hadits Riwayat Bukhari).
            Demikianlah yang dimaksud dengan salam ajaib. Sebagai muslim tentunya berkaitan dengan masalah ‘salam ajaib’, yang menjadi pertanyaan mendasar bukanlah: “mungkinkah kita mendapatkannya? Kalau mungkin bagaimana caranya, wong Nabi sudah tiada, lalu dengan perantara siapa kita akan menyampaikan salam kepada mereka?”, sama sekali bukan karena seumur hidup mereka sedari awal juga tidak berambisi –bahkan tak terlintas dalam benaknya- mendapat ‘salam ajaib’. Justru yang harus menjadi pertanyaan mendasar sebagai seorang muslim ialah: “Kenapa Abdullah bin `Amru bin al-`Ash dan Khadijah binti Khuwailid bisa mendapatkan kemuliaan seperti itu? Apa saja kontribusi mereka berdua dalam Islam sehingga mendapat keagungan seperti itu?”. Bila kita menilik sejarah mereka berdua maka akan kita dapati bahwa keduanya adalah pejuang dalam Islam. Abdullah bin `Amru bin al-`Ash adalah diantara para sahabat yang banyak mencatat hadits, ia juga zuhud, ahli ibadah, dan gemar berjihad. Demikian pula Khadijah, hari-harinya bersama Rasulullah diisi dengan perjuangan tiada kira. Ia membantu perjuangan suaminya sebagai Nabi, hingga hartanya ludes di jalan Allah. Sebagai istri ia bukan saja turut berpartisipasi dalam perjuangan, tapi ia juga mampu menjalankan perannya sebagai istri shalihah yang menentramkan hati suami di kala gundah; menghibur suami ketika dirundung pilu; menjadi pelipur lara di kala duka. Kalau kita ringkas sepakterjang keduanya ialah dalam dua kata, yaitu keikhlasan dan perjuangan. Dengan keikhlasan dan perjuangan, mereka mampu menjadi manusia muslim yang mendapat kemulian dan keagungan dari Allah ta`ala. Sebagai manusia biasa, siapa yang tak senang jika mendapat salam dari malaikat dan Allah. Tapi pertanyaannya sudahkah kita memiliki keikhlasan seperti mereka berdua? Dan apa kontribusi kita dalam perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam? Jawabannya ada dalam benak anda masing-masing.


Sumengko, Jum`at 20 Juni 2014/09:46
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan