Mendapat jawaban salam dari ayah,
itu biasa. Mendapat jawaban salam dari ibu, itu wajar. Mendapat jawaban salam
dari sahabat, itu lumrah. Bahkan mendapat jawaban salam dari kekasih pun
sangatlah biasa, demikian juga ketika mendapat jawaban salam dari sesama manusia,
itu juga termasuk biasa karena masuk dalam lingkup manusia. Yang luar biasa
ialah ketika kita mendapat jawaban salam dari makhluk yang bukan manusia. Kita
tidak bisa berinteraksi dengan mereka, kita juga terkadang tak bisa melihat
mereka, tetapi ketika menyampaikan salam, langsung mendapat jawaban dari
mereka. Mereka bisa berupa tumbuh-tumbuhan, bebatuan, jin bahkan mungkin
malaikat. Kalau ada orang yang menyampaikan salam kepada salah satu diantara
mereka, maka salam yang disampaikan adalah salam ajaib. Mengapa ajaib? Ajaib karena
sebagai manusia -yang memiliki keterbatasan untuk berkomunikasi dengan makhluk
selainnya- tentunya tak akan mengerti dan mampu menyampaikannya dengan bahasa
yang mereka mengerti karena bahasa manusia itu berbeda dengan bahasa makhluk
selainnya. Di sepanjang sejarah yang bisa berkomunikasi dengan mereka ialah
Nabi Sulaiman `alaihissalam. Karena itulah, jika ada diantara manusia
yang menyampaikan salam kepada salah satu diantara mereka, kemudian mereka
menjawabnya dan manusia itu mengerti maka salam yang ia sampaikan merupakan
salam ajaib, dahsyat dan sungguh mencenganggkan.
Mungkin diantara kita ada yang
menyangkal: “ya kalau hanya salam kepada makhluk halus, para dukun pun terlalu
mampu untuk berinteraksi dengan mereka. Komunikasi mereka dengan jin kan sudah
sangat biasa. Bagi para dukun mungkin sudah tak teranggap aneh dan ajaib”.
Sebelumnya saya ingatkan terlebih dahulu bahwa salam yang dimaksud dalam
tulisan ini ialah salam islami, yaitu: ‘assalamu`alaikum warahmaullâhi
wabarakâtuh’. Artinya, salam yang dipergunakan hanya oleh mereka yang
terikat dengan ikatan iman; salam yang disampaikan hanya oleh mereka yang
tertaut dengan ikatan keislaman. Karena dalam masalah salam, Islam sudah
mengaturnya secara tersendiri. Salam islami hanya bisa disampaikan kepada
sesama muslim. Bahkan ketika ada sahabat yang bertanya pada Nabi, tentang hukum
menjawab salam orang non-muslim maka kata beliau cukup dengan: ‘wa`alaikum’.
Ini berarti tidak dijawab sesuai dengan jawaban salam semestinya. Jadi salam
islami adalah salam spesial dan khusus bagi mereka yang mempunyai ikatan
keimanan dan keislaman. Dengan demikian, kalau kita mengatakan salam ajaib,
berarti jawaban salam yang didapat dari jin muslim, malaikat atau bahkan Allah ta`ala.
Pertanyaannya ialah: mungkinkah kita mendapat jawaban salam dari mereka? Dengan
keterbatasan yang kita miliki, baik dalam hal komunikasi maupun interaksi? Bisakah
diberi contoh dalam sejarah yang menunjukkan peristiwa itu?
Mendapat salam dari jin muslim,
malaikat, bahkan Allah sangat mungkin terjadi meskipun kita dibatasi oleh
ketidakmampuan dalam berkomunikasi, tapi dengan perantara orang lain. Dalam
sejarah lembaran emas sejarah sahabat Nabi ada sahabat yang mampu menyampaikan
salam kepada malaikat dan Allah, dan ia mendapatkan jawaban langsung dari
keduanya. Sahabat yang pertama ialah Abdullah bin `Amru bin al-Ash, sedangkan
yang kedua ialah istri Nabi sendiri yaitu Khadijah binti Khuwailid. Abdullah
bin `Amru bin al-`Ash meriwayatkan:
suatu hari aku berada bersama Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam
di rumahnya. Lalu Rasulullah bertanya padaku: “Apa kamu tahu siapa yang
sedang bersama kita di rumah ini?”, aku pun balik bertanya: “Siapa wahai
Rasulullah?”, belia menjawab: “(yang bersama kita ialah) Jibril `alaihissalam”,
lalu aku berkata: “Assalamu`alaika ya Jibrilu warahmatullâhi”, lalu
Rasulullah berkata: “Sesungguhnya ia (Jibril) telah menjawab salammu”(Hr.
Thabrani). Sedangkan riwayat berkaitan dengan Khadijah ialah sebagai berikut: "Wahai
Rasulullah, ini adalah Khadijah, ia datang dengan membawa sebuah bejana dan
wadah yang berisikan lauk-makanan serta minuman. Maka, jika ia telah sampai
kepadamu, sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dari ku, dan
beritahukanlah kepadanya sebuah kabar gembira berupa sebuah rumah di dalam surga
yang terbuat dari kayu yang di dalamnya menyenangkan, dan tidak ada kepayahan
serta kesusahan.” (Hadits Riwayat Bukhari).
Demikianlah
yang dimaksud dengan salam ajaib. Sebagai muslim tentunya berkaitan dengan
masalah ‘salam ajaib’, yang menjadi pertanyaan mendasar bukanlah: “mungkinkah
kita mendapatkannya? Kalau mungkin bagaimana caranya, wong Nabi sudah
tiada, lalu dengan perantara siapa kita akan menyampaikan salam kepada mereka?”,
sama sekali bukan karena seumur hidup mereka sedari awal juga tidak berambisi –bahkan
tak terlintas dalam benaknya- mendapat ‘salam ajaib’. Justru yang harus menjadi
pertanyaan mendasar sebagai seorang muslim ialah: “Kenapa Abdullah bin `Amru
bin al-`Ash dan Khadijah binti Khuwailid bisa mendapatkan kemuliaan seperti
itu? Apa saja kontribusi mereka berdua dalam Islam sehingga mendapat keagungan
seperti itu?”. Bila kita menilik sejarah mereka berdua maka akan kita dapati
bahwa keduanya adalah pejuang dalam Islam. Abdullah bin `Amru bin al-`Ash
adalah diantara para sahabat yang banyak mencatat hadits, ia juga zuhud, ahli
ibadah, dan gemar berjihad. Demikian pula Khadijah, hari-harinya bersama
Rasulullah diisi dengan perjuangan tiada kira. Ia membantu perjuangan suaminya
sebagai Nabi, hingga hartanya ludes di jalan Allah. Sebagai istri ia bukan saja
turut berpartisipasi dalam perjuangan, tapi ia juga mampu menjalankan perannya
sebagai istri shalihah yang menentramkan hati suami di kala gundah; menghibur
suami ketika dirundung pilu; menjadi pelipur lara di kala duka. Kalau kita
ringkas sepakterjang keduanya ialah dalam dua kata, yaitu keikhlasan dan
perjuangan. Dengan keikhlasan dan perjuangan, mereka mampu menjadi manusia
muslim yang mendapat kemulian dan keagungan dari Allah ta`ala. Sebagai
manusia biasa, siapa yang tak senang jika mendapat salam dari malaikat dan
Allah. Tapi pertanyaannya sudahkah kita memiliki keikhlasan seperti mereka
berdua? Dan apa kontribusi kita dalam perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam? Jawabannya
ada dalam benak anda masing-masing.
Sumengko, Jum`at 20 Juni 2014/09:46
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !