“Cak!
aku ini sudah menjadi karyawan bertahun-tahun, aku juga sudah bekerja dengan
keras, aku berusaha disiplin, tapi yang membuatku heran gajiku tak naik-naik. Jangankan
naik, wong kadang-kadang telat sampai berbulan-bulan. Kalau aku
perhatikan, bosku bukannya tak punya uang, tapi ya gitu ada saja alasan kepada
seluruh karyawan jika sudah waktunya gajian. Aku ini melarat cak. Anakku lima,
semua masih sekolah dan perlu biaya, lha mau dibayar pakai apa kalau
gajiku telat-telat gini? Yang membuatku mangkel (marah) ialah kalau yang
meminta uang adalah orang terdekatnya, atau yang masih ada pertalian kerabat
dengannya, dengan ringan tangan ia pasti dengan mudah memberikan uang. Adapun
yang tak disukai, dilirik saja tidak apalagi diberi kesejahteraan? Wes tah
kalau seperti ini terus lebih baik aku keluar saja” demikian keluhan Pak
Shodiqun (seorang karyawan di pabrik Nuansa Indah Adi Permata – salah satu
perusahaan mebel-) kepada Sarikhuluk. Sarikhuluk yang mendengar brondongan
keluhan, dengan santai menenangkan pak Shodiqun: “Monggo diminum dulu
teh hangatnya! Tenangkan pikiran. Jernihkan hati. Jangan sampai hati sampean
dikuasai kebencian sehingga merusak kebaikan yang sampean lakukan selama
ini. Dalam Islam kita diajari untuk tabayyun( mengklarifikasi,
memverifikasi, mengecek, meneliti) kebenaran berita terlebih dahulu ketika
mendengar berita dari orang atau mengalami sesuatu yang belum begitu jelas
masalahnya. Terkadang yang dirasakan orang, itu tak lebih dari prasangka buruk
yang menghinggapi dirinya, sehingga mengurangi obyektivitasnya dalam menilai
sesuatu. Jadi pertama yang ingin aku ingatkan, jangan sampai anda menetapkan
sesuatu yang belum anda ketahui informasinya secara utuh”.
“Cak!
Apa yang ku bicarakan tadi itu benar-benar aku alami. Selama ini `kan njenengan
tahu kalau kebohongan itu adalah pantangan ku, jadi mana mungkin aku bertindak
gegabah dengan menuduh seseorang tanpa bukti. Yang mendapat perlakuan seperti
itu bukan hanya aku saja cak. Iman, Ma`mun, Slamet, Handoko dan Sujatmiko juga
mendapat perlakuan yang sama, gara-gara terlalu mengkritisi kinerja dan
menejemen perusahaan yang kurang begitu transparan” cerocos Shodiqun dengan
mantap membela diri. “Bukannya aku meragukan keamanahanmu Diq, sebagai sesama
muslim aku hanya berusaha memagari setiap langkah, omongan dan perbuatan kita
dengan ‘pagar husnudzan(prasangka baik)’ supaya bisa menyikapi masalah
dengan penyikapan yang obyektif, orisinil dan terbebas dari kebencian dan
ketidakadilan. Kalau kamu menghadapi kezaliman dengan cara-cara yang zalim
pula, lalu apa bedanya kamu dengan dia? Jadi tolong niat ditata! Usahakan niatmu
itu untuk kebaikan bersama, untuk keadilan bersama. Jangan sampai hanya
mementingkan kepentingan sendiri, karena seperti pengakuanmu tadi, orang yang
diperlakukan sepertimu itu banyak” saran Sarikhuluk. “Astaghfirullah....
ya cak semoga niat saya ini baik dan tulus untuk kepentingan bersama. Terus
gini cak, aku juga mau tanya bagaimana pandangan Rasulullah berkaitan dengan
apa yang aku alami saat ini?” jawab Shodiqun sambil menanyakan sesuatu.
“Saranku
tetap seperti pertama. Kamu klarifikasi dulu kebenaran beritanya dengan cara
menjalin komunikasi yang baik dengan bosmu. Kemudian kalau masalah pandangan
Rasulullah mengenai kepegawaian, paling tidak ada beberapa hadits yang pernah
aku hafal. Pertama: “Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering
keringatnya, dan beritahukan ketentuan gajinya, terhadap apa yang
dikerjakan". (HR. Baihaqi). Ada juga yang semakna dengan itu: “Dari
Abdillah bin Umar, Rasulullah Saw. Bersabda: “Berikanlah upah orang
upahan sebelum kering keringatnya“. (HR.Ibnu Majah dan Imam Thabrani).
Bayangkan! Bagaimana kasih sayang Rasulullah Shallalahu `alaihi wasallam
kepada para pekerja. Beliau dengan keteladanan luar biasa kepada umatnya,
mengharuskan setiap orang yang mempekerjakan orang untuk segera memberi upah
sebelum keringatnya kering. Ini menggambarkan perhatian yang serius dan segera.
Keringat belum kering berarti pekerjaan belum selesai, atau pekerja baru
menyelesaikan tugasnya, dengan lekas harus diberi gajinya. Tapi kamu bisa menilai
sendiri, pada kenyataannya apakah setiap pengusaha muslim mampu meneladani
perintah Rasul tadi? Betapa banyak hak-hak pekerja yang tidak ditunaikan? Aku pikir
masih banyak sekali yang menzalimi para buruh dan karyawan. Bahkan aku sering
melihat sendiri.” Sambil jeda sebentar, Sarikhuluk meminum kopi hangat di
sampingnya.
“Hadits
kedua yang pernah aku hafal artinya begini: ‘Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a., dari Nabi Muhammad Saw. bahwa beliau bersabda: “Allah telah berfirman:
“Ada tiga jenis manusia dimana Aku adalah musuh mereka nanti di hari kiamat.
Pertama, adalah orang yang membuat komitmen akan memberi atas nama-Ku (bersumpah
dengan nama-Ku), kemudian ia tidak memenuhinya. Kedua, orang yang menjual
seorang manusia bebas (bukan budak), lalu memakan uangnya. Ketiga, adalah orang
yang menyewa seorang upahan dan mempekerjakan dengan penuh, tetapi tidak
membayar upahnya’ (HR. Bukhari). Perhatikan kategori terakhir dari hadits
yang aku bacakan baru saja! Diantara manusia yang kelak di akhirat akan
dimusuhi oleh Allah, ialah mereka yang menyewa seorang upahan (pegawai,
pesuruh, karyawan), menyuruhnya bekerja secara maksimal tetapi tidak membayar upahnya.
Orang yang dimusuhi oleh Allah jelas-jelas tak akan mencium bau surga, apalagi
dimasukkan ke dalamnya. Coba kamu bayangkan ketika di akhirat kelak kamu
dimusuhi, dicueki Allah, bagaimana kira-kira rasanya? Inilah akibatnya jika
hak-hak karyawan, pekerja, pesuruh tak dipenuhi dengan baik. Itulah beberapa
hadits yang aku ingat. Kalau kamu menjumpai orang seperti itu berarti orang itu
seperti berinvestasi kezaliman untuk kesengsaraannya kelak di akhirat” lanjut
Sarikhuluk.
“Lalu
aku sekarang harus bagaimana cak?” tanya Shodiqun. “Usahakan dulu komunikasi
yang baik dengan bosmu. Kalau ternyata masih buntu dan bosmu sewenang-wenang,
maka mau tidak mau kamu harus memilih diantara dua keputusan: antara sabar
dengan kondisi yang ada, disambi usaha lain sembari senantiasa berdoa kepada
Allah, atau kamu keluar sekalian memilih tempat yang lebih layak dan adil. Tapi
kamu juga harus ingat, semangat untuk menuntut hak harus berbanding lurus
dengan semangat untuk menunaikan kewajiban. Aku dengar temanmu yang bernama
Sujatmiko sukanya menuntut hak, tapi kewajibannya terabaikan, kalau seperti itu
namanya kurang ajar. Wong kerjanya tak disiplin tapi hak ingin dipenuhi”
nasihat Sarikhuluk. “Terus ada lagi ga cak pesan-pesan sebelum aku pergi?”
tanya Shodiqun. “Dengar dan ingat baik-baik kata-kataku. Orang yang mencari
keuntungan dengan menzalami orang lain, sama saja seperti orang yang
menghancurkan masa depannya. Mungkin orang itu terlihat sehat-sehat saja dengan
kekayaannya yang ada, tapi ada waktu dimana ia akan terjatuh. Hanya Allah yang
tahu kapan ia akan jatuh. Dalam istilah al-Qur`an, orang yang dibiarkan sukses
dengan kezalimannya tanpa teguran berupa cobaan atau ujian, maka namanya istidrâj(dibumbung,
digugu, dibiarkan, dicuekin) hingga ketika ia terlena dengan nikmat yang
melimpah, pada akhirnya Allah akan menimpakan kesengsaraan padanya. Kamu tenang
saja menghadapi orang seperti itu. Investasi kezaliman yang sedang ia jalankan
sejatinya malah menguntungkanmu. Ia rela berinvestasi untuk kebahagiaan
sementara demi kesengsaraan abadi. Sedangkan kamu -kalau bersabar-, berarti
rela menderita demi kebahagiaan sejati di akhirat. Ingatlah, kesudahan yang
buruk akan dialami oleh mereka yang suka ‘investasi kezaliman’. Karena
kesuksesan mereka diraih berdasarkan merenggut hak-hak orang. Semoga aku, kamu,
dia, mereka dan siapa saja terhindar dari perbuatan buruk seperti itu. Wallahu
a`lam bisshawab” pungkas Sarikhuluk.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !