Home » » Investasi Kezaliman

Investasi Kezaliman

Written By Amoe Hirata on Jumat, 20 Juni 2014 | 20.30


            “Cak! aku ini sudah menjadi karyawan bertahun-tahun, aku juga sudah bekerja dengan keras, aku berusaha disiplin, tapi yang membuatku heran gajiku tak naik-naik. Jangankan naik, wong kadang-kadang telat sampai berbulan-bulan. Kalau aku perhatikan, bosku bukannya tak punya uang, tapi ya gitu ada saja alasan kepada seluruh karyawan jika sudah waktunya gajian. Aku ini melarat cak. Anakku lima, semua masih sekolah dan perlu biaya, lha mau dibayar pakai apa kalau gajiku telat-telat gini? Yang membuatku mangkel (marah) ialah kalau yang meminta uang adalah orang terdekatnya, atau yang masih ada pertalian kerabat dengannya, dengan ringan tangan ia pasti dengan mudah memberikan uang. Adapun yang tak disukai, dilirik saja tidak apalagi diberi kesejahteraan? Wes tah kalau seperti ini terus lebih baik aku keluar saja” demikian keluhan Pak Shodiqun (seorang karyawan di pabrik Nuansa Indah Adi Permata – salah satu perusahaan mebel-) kepada Sarikhuluk. Sarikhuluk yang mendengar brondongan keluhan, dengan santai menenangkan pak Shodiqun: “Monggo diminum dulu teh hangatnya! Tenangkan pikiran. Jernihkan hati. Jangan sampai hati sampean dikuasai kebencian sehingga merusak kebaikan yang sampean lakukan selama ini. Dalam Islam kita diajari untuk tabayyun( mengklarifikasi, memverifikasi, mengecek, meneliti) kebenaran berita terlebih dahulu ketika mendengar berita dari orang atau mengalami sesuatu yang belum begitu jelas masalahnya. Terkadang yang dirasakan orang, itu tak lebih dari prasangka buruk yang menghinggapi dirinya, sehingga mengurangi obyektivitasnya dalam menilai sesuatu. Jadi pertama yang ingin aku ingatkan, jangan sampai anda menetapkan sesuatu yang belum anda ketahui informasinya secara utuh”.
            “Cak! Apa yang ku bicarakan tadi itu benar-benar aku alami. Selama ini `kan njenengan tahu kalau kebohongan itu adalah pantangan ku, jadi mana mungkin aku bertindak gegabah dengan menuduh seseorang tanpa bukti. Yang mendapat perlakuan seperti itu bukan hanya aku saja cak. Iman, Ma`mun, Slamet, Handoko dan Sujatmiko juga mendapat perlakuan yang sama, gara-gara terlalu mengkritisi kinerja dan menejemen perusahaan yang kurang begitu transparan” cerocos Shodiqun dengan mantap membela diri. “Bukannya aku meragukan keamanahanmu Diq, sebagai sesama muslim aku hanya berusaha memagari setiap langkah, omongan dan perbuatan kita dengan ‘pagar husnudzan(prasangka baik)’ supaya bisa menyikapi masalah dengan penyikapan yang obyektif, orisinil dan terbebas dari kebencian dan ketidakadilan. Kalau kamu menghadapi kezaliman dengan cara-cara yang zalim pula, lalu apa bedanya kamu dengan dia? Jadi tolong niat ditata! Usahakan niatmu itu untuk kebaikan bersama, untuk keadilan bersama. Jangan sampai hanya mementingkan kepentingan sendiri, karena seperti pengakuanmu tadi, orang yang diperlakukan sepertimu itu banyak” saran Sarikhuluk. “Astaghfirullah.... ya cak semoga niat saya ini baik dan tulus untuk kepentingan bersama. Terus gini cak, aku juga mau tanya bagaimana pandangan Rasulullah berkaitan dengan apa yang aku alami saat ini?” jawab Shodiqun sambil menanyakan sesuatu.
            “Saranku tetap seperti pertama. Kamu klarifikasi dulu kebenaran beritanya dengan cara menjalin komunikasi yang baik dengan bosmu. Kemudian kalau masalah pandangan Rasulullah mengenai kepegawaian, paling tidak ada beberapa hadits yang pernah aku hafal. Pertama: “Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya, dan beritahukan ketentuan gajinya, terhadap apa yang dikerjakan". (HR. Baihaqi). Ada juga yang semakna dengan itu: “Dari Abdillah bin Umar, Rasulullah Saw. Bersabda: “Berikanlah upah orang upahan sebelum kering keringatnya“. (HR.Ibnu Majah dan Imam Thabrani). Bayangkan! Bagaimana kasih sayang Rasulullah Shallalahu `alaihi wasallam kepada para pekerja. Beliau dengan keteladanan luar biasa kepada umatnya, mengharuskan setiap orang yang mempekerjakan orang untuk segera memberi upah sebelum keringatnya kering. Ini menggambarkan perhatian yang serius dan segera. Keringat belum kering berarti pekerjaan belum selesai, atau pekerja baru menyelesaikan tugasnya, dengan lekas harus diberi gajinya. Tapi kamu bisa menilai sendiri, pada kenyataannya apakah setiap pengusaha muslim mampu meneladani perintah Rasul tadi? Betapa banyak hak-hak pekerja yang tidak ditunaikan? Aku pikir masih banyak sekali yang menzalimi para buruh dan karyawan. Bahkan aku sering melihat sendiri.” Sambil jeda sebentar, Sarikhuluk meminum kopi hangat di sampingnya.
            “Hadits kedua yang pernah aku hafal artinya begini: ‘Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad Saw. bahwa beliau bersabda: “Allah telah berfirman: “Ada tiga jenis manusia dimana Aku adalah musuh mereka nanti di hari kiamat. Pertama, adalah orang yang membuat komitmen akan memberi atas nama-Ku (bersumpah dengan nama-Ku), kemudian ia tidak memenuhinya. Kedua, orang yang menjual seorang manusia bebas (bukan budak), lalu memakan uangnya. Ketiga, adalah orang yang menyewa seorang upahan dan mempekerjakan dengan penuh, tetapi tidak membayar upahnya’ (HR. Bukhari). Perhatikan kategori terakhir dari hadits yang aku bacakan baru saja! Diantara manusia yang kelak di akhirat akan dimusuhi oleh Allah, ialah mereka yang menyewa seorang upahan (pegawai, pesuruh, karyawan), menyuruhnya bekerja secara maksimal tetapi tidak membayar upahnya. Orang yang dimusuhi oleh Allah jelas-jelas tak akan mencium bau surga, apalagi dimasukkan ke dalamnya. Coba kamu bayangkan ketika di akhirat kelak kamu dimusuhi, dicueki Allah, bagaimana kira-kira rasanya? Inilah akibatnya jika hak-hak karyawan, pekerja, pesuruh tak dipenuhi dengan baik. Itulah beberapa hadits yang aku ingat. Kalau kamu menjumpai orang seperti itu berarti orang itu seperti berinvestasi kezaliman untuk kesengsaraannya kelak di akhirat” lanjut Sarikhuluk.
            “Lalu aku sekarang harus bagaimana cak?” tanya Shodiqun. “Usahakan dulu komunikasi yang baik dengan bosmu. Kalau ternyata masih buntu dan bosmu sewenang-wenang, maka mau tidak mau kamu harus memilih diantara dua keputusan: antara sabar dengan kondisi yang ada, disambi usaha lain sembari senantiasa berdoa kepada Allah, atau kamu keluar sekalian memilih tempat yang lebih layak dan adil. Tapi kamu juga harus ingat, semangat untuk menuntut hak harus berbanding lurus dengan semangat untuk menunaikan kewajiban. Aku dengar temanmu yang bernama Sujatmiko sukanya menuntut hak, tapi kewajibannya terabaikan, kalau seperti itu namanya kurang ajar. Wong kerjanya tak disiplin tapi hak ingin dipenuhi” nasihat Sarikhuluk. “Terus ada lagi ga cak pesan-pesan sebelum aku pergi?” tanya Shodiqun. “Dengar dan ingat baik-baik kata-kataku. Orang yang mencari keuntungan dengan menzalami orang lain, sama saja seperti orang yang menghancurkan masa depannya. Mungkin orang itu terlihat sehat-sehat saja dengan kekayaannya yang ada, tapi ada waktu dimana ia akan terjatuh. Hanya Allah yang tahu kapan ia akan jatuh. Dalam istilah al-Qur`an, orang yang dibiarkan sukses dengan kezalimannya tanpa teguran berupa cobaan atau ujian, maka namanya istidrâj(dibumbung, digugu, dibiarkan, dicuekin) hingga ketika ia terlena dengan nikmat yang melimpah, pada akhirnya Allah akan menimpakan kesengsaraan padanya. Kamu tenang saja menghadapi orang seperti itu. Investasi kezaliman yang sedang ia jalankan sejatinya malah menguntungkanmu. Ia rela berinvestasi untuk kebahagiaan sementara demi kesengsaraan abadi. Sedangkan kamu -kalau bersabar-, berarti rela menderita demi kebahagiaan sejati di akhirat. Ingatlah, kesudahan yang buruk akan dialami oleh mereka yang suka ‘investasi kezaliman’. Karena kesuksesan mereka diraih berdasarkan merenggut hak-hak orang. Semoga aku, kamu, dia, mereka dan siapa saja terhindar dari perbuatan buruk seperti itu. Wallahu a`lam bisshawab” pungkas Sarikhuluk.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan