Home » » Kesimpulan Diskusi: “Peluang Dakwah di Jagad Media”­

Kesimpulan Diskusi: “Peluang Dakwah di Jagad Media”­

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 07 Juni 2014 | 22.36


Tanggal           : 07 Juni 2014
Jam                  : 15.00-17.00 (rencananya) 15:30-17:30 (faktanya)
Lokasi              : Gedung Yayasan Bina Qalam
Alamat             : Jln. Bengawan 2A Surabaya.
Narasumber     :
-          Herry Muhammad (Wartawan Senior/Redaktur  Politik Gatra)
-          Ir. Abdul Kadir Baraja (Penasehat YDSF)
Poin-poin diskusi :
I.                    Herry Muhammad:
-          Ketika saya ditawari oleh salah satu tim sukses calon presiden, saya memutuskan untuk tidak terlibat.
-          Di Indonesia sudah tidak ada lagi partai Islam karena telah bergabung dengan partai sekuler.
-          Konflik politik antara Ali dan Zubair itu karena faktor kesalahpahaman. Jumlah orang yang ikut konflik hanya sedikit –sekitar 20.000- dibanding dengan jumlah penduduk yang ada saat itu. Ada juga sahabat yang tidak ikut campur dalam konflik itu seperti ibnu Umar dan lain sebagainya.
-          Saya ini wakil Ketua Dewan Masjid di Indonesia. Ketuanya –Bpak Jusuf Kalla- yang sekarang jadi cawapres, tidak pernah shalat Shubuh di Masjid (jadi jangan sampai ketipu dengan calon-calon yang ada).
-          Saran saya istikharah dulu sebelum memilih presiden.
-          Yang diperjuangkan partai-partai yang ada, bukanlah akidah, (tapi kepentingan masing-masing).
-          Penulis di blogger yang merasa puas dengan tulisannya sendiri –dibaca sendiri, dinikmati sendiri- ketika dipajang di blogg, ibaratnya memakai menejemen, ‘bakol kelpon’. Maksudnya: bakol kelpon itu sistimnya buat sendiri sejang petang dini hari, kemudian dijual sendiri hingga sore, kalau ternyata sampai sore ga laku, maka akan mambu(bau) karena ada taburan kelapanya (artinya manfaatnya sangat sedikit, lain halnya ketika tulisan itu di-share di majalah sehingga bermanfaat bagi orang lain).
-          Ada pepatah Yunani: Kita bicara selesai, Kita tulis aman(artinya menurut pemahaman penulis ialah kalau sesuatu dibicarakan saja maka setelah itu akan selesai, lupa, hilang seiring selesainya pembicaraan. Sedangkan jika sesuatu ditulis, maka akan aman). Makanya kita dapati ajaran-ajaran Islam melalui tulisan-tulisan ulama.
-          Sejarah Islam itu paling otentik karena memakai metode sanad hadits.
-          Saya menulis buku tentang sejarah Majapahit dan Sriwijaya. Cuma ya gitu sumber sejarah di Indonesia itu saling bertentangan antara yang satu dengan yang lain, tidak seperti sumber sejarah Islam yang bisa dilacak secara ilmiah.
-          Salah satu penulis sejarah yang memadukan antara fakta, mitos, dan peninggalan nenek moyang adalah Agus Sunyoto. Makanya ia tidak sukses jadi wartawan karena menentang standar ilmiah. Agus Sunyoto itu teman saya.
-          Bagi wartawan, yang namanya sejarah ialah sejarah hari ini.
-          Menulis itu bukan untuk menjadi kaya.
-          Menulis adalah panggilan. Menulis untuk berdakwah.
-          Menjadi muslim di Indonesia sangat enak dibanding dengan muslim di luar negeri. Misalnya Zuric, Swiss(banyak tantangan, dakwah di trotoar, bagi-bagi buku gratis, di sampingnya banyak kemaksiatan, ruang dakwah dipersempit dan sulit mencari masjid. Biasanya yang dijadikan masjid ya apartemen). Demikian juga kondisi mesjid lain seperti di Roma, Milan itu mencari tempat untuk shalat lima waktu itu susah. Di Polandia ada ta`mir masjid namanya Abu Bakar. Dia adzan sendiri, qamat sendiri, shalat sendiri, karena sepinya orang.
-          Kazakstan, Bulgaria, ada masjid yang sangat tua, tapi yang membuat kecewa narasumber ialah ketika hari jum`at ke sana, tidak ada seorang pun yang shalat jum`at. Di Roma yang namanya shalat jama`ah  ya pas jum`atan saja.
-           Menulis itu pekerjaan elit (tidak sembarang orang bisa). Kalau pembicara banyak; pemberi infaq juga banyak, tapi kalau penulis jarang.
-          Ilmuan, akademisi sekarang ini lebih suka tampil di tv daripada menulis karena mendapatkan fee yang besar. Padahal seharusnya mereka menulis.
-          Ada ungkapan menarik dari pedunduk Jakarta mengenai uang pemberian caleg: Ambil uang, jangan pilih orang.
-          Pada masa-masa kampanye banyak orang dermawan dadakan(salah satu caleg), ada yang sebelumnya tak shalat jadi rajin shalat, tetapi ketika kalah tidak shalat lagi.
-          Aep Saifullah Fatah menerbitkan buku sebanya 1000 saja setahun tidak habis-habis. Tapi kalau yang tampil di tv itu bayarannya jauh melebihi karya tulis. Bahkan tim yang menjual buku Fatah tiu berazam: kalau sampai habis dalam waktu setahun makan akan gundul semua, tapi ternyata ga habis-habis.
-          Politik itu enak diomongkan.
-          Ada suatu peristiwa dalam sejarah Islam. Ali didatangi Mu`awiyah lalu berkomentar pada Ali: kenapa pada zamanmu itu banyak gonjang-ganjing, tidak seperti masa Abu Bakar dan Umar. Ali menjawab: karena pada zaman Abu Bakar dan Umar masih banyak sahabat seperti saya, tapi pada zamanku, banyak orang ‘seperti kamu’.
-          Ada  kekhawatiran di kalangin muslim ketika Jalaludin Rahmat menjadi caleg. Karena ada isu yang mengatakan bahwa Jokowi kalau jadi presiden akan mengangkat Jalaludin Rahmat sebagai menteri agama. Tapi jangan khawatir, biasanya yang jadi mentri agama itu kalau tidak NU ya Muhammadiyah. Kalaupun tetap jadi, ya jangan resah juga wong itu kan depertemen semua agama, bukan departemen agama Islam.
-          Sehebat-hebatnya Nur Kholis Madjid, ia hanya jago kandang. Tulisannya tidak begitu dikenal di luar negri. Ini karena tulisan Nur Khalis tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
-          Penulis itu nanti karyanya abadi. Penulis itu pekerjaan elit.
-          Banyak sekali penulis ketika sudah terkenal kemudian ga nulis lagi sibuk mengisi acara dan undangan, jadi ilmunya tidak berkembang.
-          Ibnu Hajar baru sadar menjadi penulis ketika berusia 40 tahun. Jadi nulis itu ya nulis saja tak tergantung pada didline dari media.
-          Saya empat belas tahun menjadi editor di rubrik kolom( ada karangan doktor, profesor yang banyak salahnya meski cuma alenia, jadi meski profesor tidak menjamin).
-          Kita perlu membuat perpustakaan. Yang penting itu bukan punya rumah, mobil sendiri, lebih penting lagi ialah punya perpustakaan sendiri.
-          Perpustakaan dapat memberi pengaruh positif pada anak.
-          Indonesia ini ruwet karena kurang menyiapkan untuk generasinya.
-          Menulis itu ya harus kreatif.
-          Banyak media sekuler yang nulisnya ngawur tanpa tabayyun, banyak juga yang mengatasnamakan media Islam tapi tidak bertabayyun, verifikasi.
II.                 Ir. Abdul Kadir Baraja
-          Beliau merupakan pensiunan dosen ITS.
-          Sekarang terjadi degradasi penulisan. Tulisan mahasiswa susah dipahami. Mereka tidak menguasai bahasa.
-          Saya tahun 76 lulus elektro.
-          S-1 sekarang tidak mempunyai kemampuan belajar dan kemauan belajar. Ketidakmampuan belajar akan menyebabkan ketidakmauan belajar.
-          Di sekolah, semua diajarkan kecuali yang perlu.
-          Tools dalam pendidikan yang perlu diperhatikan:
1.      Membaca
2.      Oral (lisan)
3.      Menyimak. Menyimak tidak sama dengan mendengar, menyimak ialah mendengarkan.
4.      Memperhatikan
Kemudian ditambah:
5.      Logika
6.      Moral
-          Cara pendidikan bahasa Indonesia:
Jenjang Sd 6 tahun: diajari membaca sesuatu dan menuliskannya kembali.
Jenjang SMP-SMA 6 tahun: diajari menyimak, dan memperhatikan sesuatu kemudian disuruh menuliskannya sampai sempurna. Setelah itu kalau sudah mantap harus diiringi dengan logika dan moral.
-          Islam di Indonesia itu usianya sudah 1000 tahun, tapi penulis seperti Nur Kholis Madjid aja tak tembus ke luar negeri.
-          Menulis itu bukan untuk kaya. Menulis itu phasing.
-          Definisi sukses ialah ketika amu mendepatkan pekerjaan yang kamu senangi.
-          Pintar ga ada kaitannya dengan kekayaan. Kalau orang pintar pasti kaya, maka para doktor dan profesor pasti kaya, buktinya tidak. Rizki sudah ditentukan. Beliau mencontohkan Rektornya yang sangat beliau hormati, meski pintar tapi tak kaya.
-          Beliau juga menceritakan tentang pak Muhammad Nuh yang dulu pernah menjadi direktur Al-Falah. Sewaktu ada resepsi di rumahnya, rombongan teman-teman YDSF kesana mengendarai mobil YDSF. Beliau berkomentar: kenapa tidak memakai mobil sendiri, ini kan bukan urusan YDSF? Kemudian disambung oleh pak Harry dengan kisah antara A Hassan dengan Muhammad Natsir yang menjadi Perdana Mentri. Sewaktu A. Hassan pulang, mau diantar oleh M, Natsir, tapi A, Hassan menolaknya, karena mobil itu hanya untuk urusan negara, ia lebih memilih naik becak. Orang-orang seperti ini sudah sangat jarang di Indonesia-kalau tidak boleh dikatakan mustahil-.
-          Pertanyaan untuk pak Harry: Bagaimana cara mensinergikan antara metode ilmu hadits yang ketat dengan media saat ini yang sangat kurang tabayyun dan verifikasi?
Jawab: memang sangat sulit. Dimulai dari individu. Kalau tidak kuat ya keluar.
-          Orang-orang yang jujur dan masih tabayyun itu masih ada Cuma sangat jarang.
-          Bagaimana dengan tim peneliti Turangga Seta yang menggunakan penelitian sejarah juga dengan bantuan arwah-arwah dan legenda-legenda disamping penelitian ilmiah?
Jawab: kalau legenda ga usah dipercaya mas.

Sumengko, Sabtu 07 Juni 2014/22:31
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan