Home » » Mr. Printer Vs Mr. Pulpen

Mr. Printer Vs Mr. Pulpen

Written By Amoe Hirata on Rabu, 04 Juni 2014 | 00.12

             
            Pada pagi buta, terjadi dialog yang hangat – bahkan panas – antara Mr. Printer dan Mr. Pulpen. Alasan mereka berdialog sebenarnya murni mempertahankan gengsi dan harga diri. Sebenarnya keduanya tinggal di satu atap. Tapi kalau urusan debat, dialog, bahkan ejek-mengejek, keduanya tak mau kalah dan tak mau dikalahkan. Teman-temannya juga mengakui kalau keduanya adalah tipe yang tak mau kalah dan selalu ingin menang. Diam-diam mereka menyimpan keinginan di dalam hati: “Kapan ya Si Printer dan Si Pulpen dipertemukan dialog, wah paling seru sekali pastinya. Masak yang jadi korban selalu kita-kita saja yang terkenal pendiam dan kurang bisa omong”. Akhirnya tiba juga waktunya. Bermula dari kesalahan printer yang tiba-tiba macet ketika menjalankan aktivitasnya, tiba-tiba Mr. Pulpen -ketika melihat kejadian itu- langsung menyindir. Terjadilah dialog hangat plus panas di antara keduanya:

Mr. Pulpen    : Peralatan modern ni yee. Peralatan kontemporer ni yee. Tapi kenapa ya pagi-pagi gini kok sudah ngadat, lemah, lesuh, ga semangat.
Mr. Printer     : Ooo ada Mr. Pulpen ternyata. Biasa Pul, kayak ente gak pernah ngadat aja. Kemaren aku dapat kabar, ente waktu dibuat nulis eh malah nyendat-nyendat geje banget tau gak sih.
Mr. Pulpen    : Ooo itu masalah kecil. Itu bisa ku atasi cuman beberapa menit. Masalahnya Cuma aku kehabisan tinta aja. Lha kamu sudah hampir setengah jam masi ngadat melulu. Merana sungguh merana. Hehehehe.
Mr. Printer     : Ih kalau ngarang yang kreatif dikit dong. Jelas-jelas aku diberitahu temen dekatmu. Bukan karena kehabisan tinta kaleeee. Ya karena ujung penmu kurang tajam aja. Ih hari gini masih pakai Pulpen. Ga jamannya banget. Murahan banget.
Mr. Pulpen    : Eiit jangan salah. Murah-murah gini aku lebih banyak kelebihan dibanding kamu.
Mr. Printer     : Week...kelibihan gundulmu. Dari segi harga saja nih ya aku lebih mahal. Lebih menawan bentuknya. Lebih besar. Lebih funky. Hasilnya pun bisa dipertanggungjawabkan. Warna bisa adaptasi, lebih kaya, dan tentu saja melayani pelanggan dengan prima.
Mr. Pulpen    : Ok...Tapi menurutku nih ya. Printer tuh sangat ribet banget. Kalau aku kan cuman butuh tinta. Lha ini manja banget. Masih butuh listrik, masih butu dicolokin ke Mr. Kompeter, masih butu diinstall dulu, masih butuh ngidupin komputer dulu. Aku ga bayangin gimana kalau ternyata tiba-tiba lampu mati. Hahaha..pasti kamu mati juga. Kebergantunganmu pada orang lain begitu tinggi dibandingkan denganku. Dan untuk masalah kedekatan nih ya, jelas aku lebih dekat dengan manusia. Kalau manusia menggunakanku kan langsung dipegang dengan tangannya. Tentunya nih lebih intim dan mesrah. Aku juga ga tergantung ma yang namanya listrik dan atribut lain. Cukup dengan mengisi tinta aku bisa digunakan dengan nyaman tanpa mengeluarkan biaya yang begitu besar. Lha kamu kadang cemen dan tintamu rawan luntur kalau kena air. Kalau tintaku bisa diadu ketahanannya.
Mr. Printer     : Walau bagaimanapun yang lebih terkenal dan mewah ya tetap saja aku. Kalau orang dikasih pilihan nih ya. Hei kamu mau milih mana antara Printer dan Pulpen?. Yang jelas mereka akan memilih aku lah. Aku lebih mahal, funky dan cool. Memang aku ga disentuh langsung seperti kamu. Tapi kan manusia melayaniku dengan sangat santun dan perhatiannya lebih. Lha kamu kalau macet, paling-paling langsung dibanting. Kalau aku ngadat, orangnya mikir dua kali, karena hargaku mahal. Mending diperbaiki di konter dulu. Hahahaha.
Mr. Pulpen    : Ga mesti yang mahal itu yang terbaik. Malah yang mahal tuh sering disalahgunakan. Kadang buat ngeprint-ngeprint yang gak genah. Nasibmu sebagaimana teman-temanmu yang lain kalau sudah rusak pasti dibuang sejauh-jauhnya, bekasnya ga bisa digunakan apa-apa, pasnya dibuat untuk mukuli perampok hehehe.
Mr. Printer     : Serusak-rusaknya printer, tapi tetap mengesankan dan sangat dikenang. Lha kalau pulpen sudah murah kalau sudah habis dicampakkan begitu saja. Ga ada kenangan, ga ada kesan. Langsung buang saja ke sampah.

(Di sela-sela dialog, debat yang makin panas itu tiba-tiba mereka dikageti oleh empunya. Hus nih ngapain pada ribut. Kalian tuh ga usah saling gede gengsi gitu. Pulpen itu punya kelebihan dan kekurangan tersendiri, demikian juga Printer. Mbok ya yang rukun-rukun saja. Ga ada yang lebih unggul atau lebih rendah. Masing-masing saling melengkapi dan menyempurnakan. Masing-masing digunakan juga dalam moment dan waktu yang berbeda. Kalau kalian berdua ngotot debat terus nanti gak selesai-selesai. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan, kalian mesti rendah hati dan saling memaklumi. Sudah balik sana ke tempat masing-masing! Seketika itu juga Mr. Printer dikembalikan di tempat semula, demikian juga Mr. Pulpen)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan