Hari Sabtu 31 Mei 2014 aku mendapat kesempatan untuk menghadiri talkshow kepenulisan yang seminggu sebelumnya aku berniat menghadirinya. Beberapa hari setelah aku baca info di FB, entah mengapa akhirnya aku lupa. Nah pas hari ini, ndilalah(tiba-tiba) ada teman guru (Pak Hisyam) mengajakku melihat pameran buku Islam (Islamic Bookfair) di DBL Surabaya. Ketika aku melangkahkan kaki ke dalam gedung, terdengar suara yang memberitahukan akan ada talkshow tentang kepenulisan yang akan diisi oleh Dr. Hamid Fahmi Zarkasih. Karuan aja ingatanku langsung nyambung ke acara talkshow yang aku baca infonya dari FB seminggu lalu di FB-nya Dr. Adian Husaini. Aku sampai Surabaya dari Tanggulangin sekitar jam 18.00. Akhirnya Pak Hisyam tak ajak menghadiri acara. Aku menunggu pembicara sampai jam 19.05, dan pada jam 19:10 baru dimulai talkshownya, diawali oleh Dr. Hamid Fahmi Zarkasi, karena pembicara satunya terlambat yaitu Ust. Baraja penasihat YDSF. Sebelum dimulai ada pertanyaan dari pak moderator berkaitan dengan tempat asal Imam bukhari. Pertanyaaannya: Apa nama negara Bukhara sekarang? Para audien mulai mengangkat tangannya, ada yang menjawab negara Turki, ada juga yang Irak. Akhirnya aku mengacungkan tangan dan menjawab: Uzbekistan. Al-hamdulillah akhirnya aku yang dapat hadiahnya meskipun masih ditunda. Katanya sih mau dikirim ke alamat rumah oleh mas Ma`mun Affany, semoga demikian.
Berikut ini akan aku reportasekan –sesuai dengan ingatanku- mengenai isi talkshow malam minggu. Semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
- Inti Pembicaraan :
A. Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi:
- Acara dibuka dengan menapaktilasi jejak penulis-penulis muslim Indonesia masa lalu yang tulisannya dicetak hingga di luar Negri. Beliau mencontohkan: Kiai Termas, Kiai dari Gresik(yang karangannya kitab al-Tuhfah), dan yang terakhir KH. Nawawi al-Bantani(yang karangannya lebih dari 120 buku). Beberapa ulama tersebut karangannya sampai dicetak diluar negeri, seperti di Makkah dan Mesir. Artinya penulis-penulis dulu bisa mendunia karyanya.
- Sebenarnya –melalui pengalaman beliau ketika di luar negeri baik di Malaysia, Turki, Kairo, Inggris dan beberapa negara lain- beliau menemukan fakta menarik bahwa tulisan anak-anak Indonesia sebenarnya secara kualitas tidak kalah di dunia internasional. Hanya saja kendalanya ialah penulis Indonesia tidak menguasai bahasa Inggris dan kita terhambat dalam soal fasilitator yang mengurusi masalah penerbitan buku ke dalam bahasa asing.
- Di dunia Islam diantara negara-negara yang mempunyai perhatian besar dalam bidang keilmuan ialah di Mesir dan Indonesia. Menerut pengalaman beliau selama 5 tahun di Malaysia, ia tidak pernah menjumpai pameran buku(bookfair) -yang dikunjungi banyak orang - di dunia seperti di Kairo dan Indonesia(Jakarta/Surabaya). Di Malaysia penulis kurang begitu dihormati. Dinamika keilmuan di Malaysia masih kalah dengan Indonesia. Di Malaysia lebih suka pameran teknologi dari pada buku. Malaysia memang negara kaya, tapi sangat kurang perhatiannya dalam dunia kepenulisan. Di Indonesia banyak sekali acara-acara seminar yang diadakan, sedang di Malaysia sangat jarang. Pernah beliau mengisi acara seminar di Malaysia selama tiga hari. Hari pertama penuh karena ada menteri, hari kedua tinggal sepertiga, dan hari berikutnya semakin sedikit. Mereka kurang menghormati penulis. Pernah ada pengalaman menarik seorang pakar fisika dari Malaysia yang diundang oleh UI membahas mengenai teori tentang air-yang bisa dimasuki unsur apa saja-. waktu itu terjadi dialog -yang sampai waktu selesai- belum juga tuntas, akhirnya ada tiga mahasiswa yang belum puas mendatangi pembicara dan ingin melanjutkan diskusinya di hotel, akhirnya pembicara menurutinya sampai diskusi berakhir hingga shubuh. Pengalaman diskusi itu adalah pengalaman pertama dan luar biasa yang dialami oleh pembicara Malaysia itu, sebab sangat jarang sekali dijumpai audiens yang kritis seperti di Indonesia.
- Kualitas tulisan anak Indonesia sebenarnya baik secara internasional, akan tetapi mentalnya saja kurang baik. Kalau orang Turki itu karena merasa mewarisi kebesaran khilafah Otsmaniyah mereka secara mental sangat baik(mereka mewarisi mental yang baik). Turki masa lalu juga merupakan tempat pusat Romawi di Konstantinopel. Pada waktu itu di Yunani dan Romawi terkenal dengan filsafat dan militernya. Jadi bangsa Turki mendapat keuntungan sejarah dan mempunyai mental yang baik. Kalau sudah jadi ilmuan dan penulis biasanya diterjemah ke berbagai bahasa dan menjadi dosen di luar negeri.
- Sebenarnya tulisan anak-anak Indonesia itu sangat layak untuk diterbitkan di luar negeri, karena secara kualitas tidak kalah. Di dunia Arab saja, tema yang sebenarnya biasa saja, misalkan sekadar, ‘Fadhilah Surat Yasin’ saja bisa diterbitkan di luar negeri, apa lagi tulisan anak Indonesia yang kualitasnya bagus sangat layak diterbitkan di luar negeri. Cuma sekali lagi kendalanya, sebagaimana di alami penulis ketika di India: orang Indonesia itu bagus kualitas karangannya tapi tak menguasai bahasa Inggris dengan baik dan benar. Di India tokoh-tokoh Indonesia juga banyak dikenal, seperti: Gusdur, Nur Kholis Madjid, dan lain-lainnya. Pembicara pun ketika pertama kali di Inggris, tulisan bahasa Inggrisnya pun dikritik karena menggunakan susunan bahasa Indonesia. Pembicara menyarankan agar kita tak usah membenci bahasa Inggris kalau ingin lancar bahasa Inggris.
- Di Turki kelimuan juga lumayan bagus. Mereka memiliki mental internasional. Mereka mewarisi kekhilafaan Otsmani. Mereka sangat nasionalis sehingga tidak begitu belajar bahasa lain. Ketika beliau mengisi seminar di Turki, mereka menyiapkan penerjemah ahli, yang kemudian para audiens langsung bisa menerima terjemahan melalui airphone di telinganya masing-masing.
- Mengenai pengalaman pembicara ketika di India, beliau pernah menawarkan tesisnya ke penerbit, tapi dihargai hanya seratus rupe(sekitar satu juta), akhirnya tak jadi ditawarkan. Artinya tulisan anak Indonesia itu sebenarnya juga laku di luar negeri. Beliau juga pernah mendatangi penerbit As-Salam di Kairo, mereka siap menerbitkan karya anak Indonesia.
- Beliau kurang puas dengan kepenulisan novel Islami di Indonesia(seperti: Ketika Cinta Bertasbih, Ayat-ayat Cinta dan lain sebagainya). Sangat biasa tidak begitu inspiring(menginspirasi) dan terkesan lebai. Beliau membandingkan dengan film India yang mempu mengangkat lakon yang berkarakter, cerdas, kuat dan mempunyai keinginan kuat untuk memperjuangkan cinta dan cita. Novel-novel islami yang ada kadang-kadang malah tak sesuai dengan semangat ajaran Islam. Masak orang muslim dalam novel terkesan lembek, kalem-ketika ditindas- tidak menggambarkan sosok kuat, berkarakter dan cerdas. Coba para novelis Islam menulis novel yang mengangkat sosok yang kuat, berkarakter, cerdas misalkan berhadapan dengan tokoh liberal yang sama-sama cerdas hingga pada akhirnya nanti dimenangkan oleh muslim yang kuat dan cerdas ini pasti bagus dan berkualitas kalau dijadikan novel.
- Di Indonesia ini sebenarnya banyak orang-orang hebat. Di olimpiade internasional kita juara-misalnya kemarin anak ITS mendapat juara olimpiade di Amerika-, maha siswa yang dikirim jaman Habibi dulu, karena kurang diperhatikan di dalam negeri akhirnya lari keluar negeri bekerja di sana. Waktu pembicara mengisi pengajian di Inggris, ada sekitar dua ratus orang Indonesia yang bekerja di perusahan pesawat air bus. Artinya kualitas anak Indonesia sebenarnya bagus. Hanya saja pemerintah kurang mendukung. Di Malaysia, anak yang mendapat nilai terbaik UN aja langsung disambut mentri. Kalau di Indonesia orang-orang hebat kurang dihargai.
- Bahkan wacana-wacana misalkan mengenai tafsir hermeneutika, pluralisme sudah jauh dibahas lebih dahulu di Indonesia sebelum di Arab. Jadi kita jauh lebih kedepan (progresif) dibanding dengan negara-nagara muslim di Arab. Waktu itu sekitar tahun 2009 di Mesir ada mahasiswa Indonesia yang mengajukan judul tesis tentang tafsir hermeneutika, tapi tak diterima-padahal tema itu sudah dibahas oleh pemikir muslim di Indonesia-.
- Apa yang menjadi bahasan hangat di Indonesia sebenarnya juga menjadi bahasan hangat di dunia Islam lainnya, Jadi mengapa kita ga menerjemahkan karya kita ke dalam bahasa Arab.
- Ketika saya mengisi seminar-seminar di luar negeri sebenarnya temanya standar saja, tapi mereka sangat mengaspirasinya.
- Bagaimana supaya bahasa Inggris kita bagus. Ya kursus bahasa Inggris, dan mulai latihan menulis dengan bahasa Inggris.
- Kita harus rajin mendengar, membaca, menulis dan mengamalkan ilmu. Mendengar membuat ilmu terekam di hati, membaca membuat ilmu melekat di hati, menulis membuat ilmu terbentang atau berkembang, sedangkan mengamalkan ilmu akan membuat orang dikaruniai Allah ilmu yang belum diketahui sebelumnya. Man allama bima alima allamahullohu ilman ma lam ya`lam(barangsiapa mengajarkan suatu ilmu yang diketahui maka Allah akan mengajarkan ilmu yang belum diketahui sebelumnya(melelui ilham).
Pertanyaan:
- Tulisan saya di website sendiri berkaitan dengan subkultur tentang keislaman di Inonesia itu diminati oleh orang luar negeri dan bahkan mereka meminta ijin untuk diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Dari pengalaman itu saya merasa percaya diri kalau ternyata tulisan saya bisa diterima diluar negeri. Pertanyaannya bagaimana caranya agar tulisan bisa dicetak hingga keluar negeri?
Jawab: - tugas Bina Qolam untuk mencari solusi agar tulisan anak dalam negeri biar bisa booming di luar negeri. Selain kualitas sebenarnya kendala bahasa bisa diatasi dengan menyewa orang yang ahli bahasa dari luar negeri untuk disuruh menerjemahkan karya kita di luar negeri. Di Gontor sendiri ada tukang cet dari Melborn yang muallaf difasilitasi untuk ngajar bahasa Inggris dan menerjemahkan karya-karnya anak S2.
- Bagaimana menjaga kualitas tulisan dengan konten tulisan yang sama. Misalkan `kan sudah banyak penulisan bab shalat? Kadang kita juga tidak percaya diri dengan tulisan kita sendiri.
Jawab: ya penulis harus kreatif. Misalkan shalat jangan hanya dikupas masalah hukumnya, bisa dikreasiakan dengan judul: shalat-shalat yang mustajabah misalkan. Tempat yang diijabahi, saat yang diijabahi, orang yang diijabahi. Nikah misalnya: cara agar menjaga hubungan nikah sampai akhirat(tetap menjadi suami istri hingga di akhirat-artinya bidadarinya ya istrinya sendiri-). Atau buat 3 bab lengkap mengenai pernikahan, dari kelahiran, pernikahan dan kematian, yang mana bisa dirujuk oleh rumah tangga. Kata kuncinya adalah kreatifitas.
- Bagaimana cara mendapatkan bundel majalah Islamiah yang lama?
Jawab: Islamiah nanti akan segera terbit.
Ø Kritikan untuk Dr. Fahmi Zarkasih. Di awal pembahasan beliau menyebut bahwa kitab arba`in Nawawi itu karangan Imam Nawawi al-Bantani, padahal bukan, itu karangan Imam Nawawi yang nama lengkapnya Abu Zakaria Yahya bin Syarf al-Nawawi. Pensyarah kitah shahih Muslim dan bermadzab Syafii.
Ø Sepanjang talkshow pembicara tidak menjelaskan secara aplikatif dan rinci berkaitan dengan pertanyaan ‘bagaimana’ yang menyangkut masalah teksis, yang dijawab hanya sedikit yaitu dengan menyewa penerjemah bahasa asing(berkaitan dengan yang tetap ingin menerjemahkan karya sedang diri tak mampu berbahasa asing dengan baik), kemudian berkaitan dengan kualitas tulisan maka kita harus menulis yang kreatif, beliau beri contoh-contohnya. Tapi secara umum kalau disanding dengan tema bahasan talkshow yang berkaitan dengan menyiapkan karya tulis cendikiawan muslim yang mendunia belum begitu memuasakan karena terbatasnya penjelasan teknis, dan kadang-kadang menyimpang dari tema bahasan.
Ø Yang dibahas adalah karya tulis yang mendunia tapi belum ada karya pembicara yang sudah mendunia dan diterjemahkan ke berbagaimacam bahasa.
- Terlepas dari kekurangan dan kelebihan, yang jelas talkshow malam ini lumayan bagus dan inspiratif. Ada banyak wawasan yang bisa diambil di dalamnya. Di samping membuat penulis dalam negeri percaya diri karena kualitas tulisan yang tak kalah dengan tulisan luar negeri, kita juga tertantang dan termotivasi untuk berkarya secara kreatif dan mendunia dalam dunia kepenulisan.
B. Ust. Abdul Kadir Baraja:
- Kalau ingin kualitas tulisan bagus ya jangan nulis untuk uang atau bisnis(bisnis/uang oriented). Menulis dengan keras karena menulis, nanti kalau sudah berkualitas uang akan mengikuti.
- Penulis-penulis kita sudah semaki sedikit. Yang banyak sekarang adalah penerjemah.
- Ada keyakinan umum bahwa penulis itu ga bisa hidup, artinya miskin. Coba kita rubah pikiran itu dengan: bahwa dengan menulis kita akan menjadi kaya. Intinya mengubah mindset berfikir.
- DI YDSF dulu ada kegiatan untuk memberi tunjangan bagi guru-guru sekolah Islam akhrinya dengan adanya tunjungan itu para guru bekerja lebih serius dan hasilnya lumayan: anak-anak yg sebelumnya tak mendapat nilai UN terbaik akhir nya lambat laun dapat, biasanya yg dapat adalah anak-anak dari sekolah kristen.
- Saya dengan ust Hamid berusaha keras untuk mengontak(menghubungi) penerbit-penerbit di luar negeri untuk kerjasama menerbikan karya-karya tulis anak Indonesia.
- Permasalahannya kenapa penulis Indonesia tidak sampai mendunia? menurut beliau karena masalah sistem yang kurang baik(artinya pemerintah secara sistem kurang mendukung). Tapi meski begitu jangan sampai para penulis patah semangat.
- Di Turki ada satu penulis yang karangannya diterjemahkan ke dalam lebih dari 70 bahasa.
- YDSF –dengan dananya yang cukup - melalui Bina Qolam sebenarnya ingin mencetak penulis-penulis yang bisa mendunia.
- Bina Qolam sebagai wadah untuk melahirkan karya tulis yang mendunia.
Mungkin hanya ini yang bisa saya share ke para pembaca. Semoga bermanfaat dan inspiratif.
Judul :
Menyiapkan Karya Tulis Ulama dan Cendekiawan Muslim Indonesia yang Mendunia.
Moderator : Oki Aryono
Pembicara :
- Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi (Ketua MIUMI)
- Ust. Ir. Abdul Kadir Baraja(Penasihat YDSF Al-Falah Surabaya)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !