Tulisan ini sama sekali tidak berhubungan dan bukan merupakan dukungan -baik secara eksplisit maupun implisit- kepada festival acara internasional berupa, ‘Miss World(Kontes Kecantikan Ratu Sejagad)’ yang akan berlangsung pada 28 September 2013, di mana Indonesia akan menjadi tuan rumahnya. Tulisan ini sekadar mengajak kepada orang Islam pada khususnya dan kepada orang non-Islam yang masih mempunyai pikiran yang jernih dan hati yang bersih untuk kembali menimbang, menakar, merekronstruksi ulang mengenai standart ‘kecantikan wanita’ pada skala dunia bahkan akhirat. Kita menyadari betul bahwa manusia terdiri dari jasmani dan rohani; kita tahu betul bahwa manusia terdiri dari jasad dan ruh. Merupakan kesalahan besar jika wanita yang sejatinya juga termasuk manusia hanya dinilai pada satandart fisik yang sangat wadag dan materil, tanpa menimbang aspek yang jauh lebih bernilai dan berharga berupa rohaninya. Berhargakah kecantikan fisik jika tak diiringi kecantikan hati? Bernilaikah kecantikan wajah tanpa diiringi dengan kecantikan batin? Bernilaikah jasad jika tanpa ruh?
Jawabannya memang sangat relatif, tergantung pada orientasi mana sebenarnya yang mempengaruhi alam pikir kita. Kehidupan yang serba materialistis akan sama sekali mendukung kecantikan yang materil, sedangkan kehidupan yang terfokus pada rohani justru menilai kecantikan hanya pada fokus rohani saja. Islam sebagai agama yangkaamil(sempurna) dan mutakaamil(paripurna) dalam menilai sesuatu selalu berada pada titik tengah, karakter Islam selalu berada posisi di mana sama sekali tak mendikotomi antara jasad dan hati. Islam memandang bahwa kedua-duanya seharusnya mengharmoni bukan saling bertentangan. Dengan demikian kecantikan menurut paradigma Islam idealnya memang jasmani dan rohani, namun yang terutama dan prioritas ialah justru pada aspek rohani. Mungkin ada wanita yang sangat tidak menarik pada pandangan kebanyakan manusia, namun karena dia memiliki kecantikan rohani, maki inilah sejatinya yang disebut cantik. Jadi kecantikan menurut Islam bukan terutama pada sisi kuantitatif materil, berupa wajah ayu, tinggi, tubuh ideal dan lain sebagainya tetapi lebih kepada sisi kualitatif berupa kecantikan batin, kebaikan nurani dan manfaat sosial yang terpancar dari kebaikan hatinya.
Pada sejarah emas kehidupan wanita-wanita bersejarah baik pada masa Nabi Muhammad maupun setelahnya ada dicantumkan dalam hadits Rasulullah lima wanita yang di-‘nobatkan’ Nabi sebagai wanita terbaik dunia dan akhirat, yaitu: Asiyah binti Muzahim(Istri Fir`aun), Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad dan Aisyah binti Abu Bakar. Kelimanya memang diberi karunia kecantikan oleh Allah ta`alanamun coba kita lihat dengan mata pandang rangkap dan jeli, apakah yang mengabadikan mereka menjadi wanita terbaik dunia-akhirat itu lantaran kecantikan fisiknya, apa karena kecantikan rohaninya. Kalau hanya karena kecantikan fisik mereka telah tiada dan sirna bersama berlalunya waktu di rahim sejarah, justru karena kecantikan rohaniannyalah mereka tetap cantik dan kenang bahkan menjadi wanita terbaik dunia dan akhirat. Coba kita analisa dan kita kaji satu persatu mengenai kelebihan kualitatif rohani kelima wanita tersebut di atas.
Pertama: Asiyah binti Muzahim, yang merupakan istri dari diktator besar bernama Fir`aun. Al-Qur`an mengabadikannya dengan gambaran seorang istri yang tegap tegar memegang nilai keimanan meskipun berada pada kendali suami yang tiran dan lalim bahkan mengaku jadi Tuhan. Meski secara fisik seolah ia terpenjara, namun kecantikan batinnya mampu menjadi wanita merdeka yang mempertahankan keimanan hingga akhir hayatnya. Bahkan ia berdoa keharibaan Allah agar dibangunkan rumah di surga dan diselamatkan dari kedzaliman suaminya. Kedua: Maryam binti Imran merupakan gadis perawan yang diamanahi beban yang begitu berat yang menjadi ibu dari Isa al-Masih tanpa seorang ayah. Al-Qur`an mengabadikan kecantikan kualitatifnya berupa, ketaatan, kesucian, ketekunan dan keteguhannya dalam memegang prinsip-prinsip nilai agama. Di mata orang ia dituduh macam-macam bahkan terkucilkan, tapi kecantikan rohaninya mengantarnya menjadi diantara wanita terbaik di dunia-akhirat. Ketiga: Khadijah binti Khuwailid yang merupakan janda rupawan yang selama hidupnya diisi dengan kegiatan-kegiatan sosial keagamaan bersama Nabi. Ia merupakan ‘tulang punggung’ psikologis, penyokong, dan partner Nabi dalam berdakwah. Kecantikan batin yang dimilikinya sejak zaman jahiliyahnya yang ia pertahankan hingga akhir hayatnya sampai kemudian ia mendapat kemulian besar menjadi wanita terbaik dunia-akhirat. Keempat Fathimah binti Muhammad, anak dari Khadijah yang mewarisi kecantikan batin ibunya, Khadijah. Ia wanita tangguh, bersahaja, bahkan melahirkan anak yang kelak akan menjadi pemimpin para pemuda di surga. Tak hanya itu, ia juga di-‘nobat’kan menjadi wanita terbaik dunia-akhirat sebagaimana ibunya, Khadijah. Kelima, Aisyah binti Abu Bakar yang merupakan istri Nabi yang muda, cantik, brilian, cerdas, dan mewarisi keindahan, kecantikan kualitatif dari bapaknya, sehingga ia berjuang pada ranah keilmuan dan sosial, di antara kesekian istrinya Istri yang paling dicintai Nabi ialah Khadijah dan Aisyah.
Analisa ini mungkin masih jauh dari konklusi obyektif-ideal, namun sebagai pelajaran penting dari kelima wanita yang tersebut tadi ialah kecantikan abadi ialah yang terutama buka kecantikan fisik, meski kecantikan fisik sama sekali tak ternafikan. Namun, terfokus pada standart kecantikan fisik tanpa mengindahkan dan memperhatikan kecantikan internal-kualitatif malah justru akan membuat wanita terhina dan jauh dari kesejatiannya. Mungkin bagi anda yang cantik secara fisik akan merasa bangga dan bahagia, bahkan berpartisipasi pada kontes kecantikan, untuk lebih meyakinkan kecantikan fisiknya. Ketahuilah kecantikan fisik akan sirna bersama waktu, sedangkan kecantikan batin kan senantiasa setia hingga mati.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !