Home » » Jembatan Keinginan

Jembatan Keinginan

Written By Amoe Hirata on Rabu, 04 Juni 2014 | 00.04


                Pada titik tertentu dalam ruang batin dan waktu yang ditempati dan dijalani oleh manusia, ada satu hal yang keberadaannya selalu diperebutkan oleh nafsu syahwat, hati, dan akal manusia yaitu, “KEINGINAN”. Keinginan bak jembatan yang menjembatani antara mimpi dan kenyataan; antara idealisme dan realisme. Masalahnya kemudian ialah output keinginan lebih sering- kalau tidak boleh dikatakan selalu- ditunggangi oleh yang namanya nafsu/syahwat, hati dan akal. Jadi ketiga hal tersebut merupakan faktor determinan yang mempengaruhi orientasi keinginan.
                Bila yang menunggangi keinginan ialah nafsu/syahwat maka orientasi gerak dan lajurnya kearah pemuasan-pemuasan keinginan yang sifatnya artifisial dan sesaat. Nafsu/syahwat acapkali menggiring keinginan pada hal yang materialistik dan hedonis.  Sehingga pemuasan-pemuasan sesaat yang dicapai hanya akan merapuhkan semangat jiwa.
 Bila yang menunggangi keinginan ialah akal pikiran maka orientasi gerak dan alur perjalanannya mengarah pada keinginan-keinginan yang masuk akal. Akal pikiran mengarahkan kepada hal-hal yang sifatnya logis, terukur dan dibangun berdasar realisme yang tinggi. Namun porsi realisme yang sangat tinggi ini kalau tidak diimbangi dengan idealisme dan mimpi besar, pada akhirnya akan meloyokan keinginan.
Bila yang menunggangi keinginan ialah hati yang jernih maka orientasi dinamis dan jalur-jalur yang akan dilewatinya akan mengarah pada keinginan yang ideal dan realistis. Hati yang jernih ibaratnya sebagai raja yang bijaksana bagi kerajaan tubuh manusia. Sebagai raja, hati yang sehat dan jernih ini tidak pernah melupakan unsur nafsu dan akal. Semua dilibatkan dan diusahakan ikut berpartisipasi dan bersinegi menghasilkan karya-karya besar yang sudah dihitung sedemikian rupa aspek mashlahat dan mudhorotnya.
Suatu ketika Abu Dzar al-Ghifari menghadap Rasulullah seraya berkata, “Wahai Rasulullah, jadikanlah aku gubernur!” maka dengan santun dan ramah Rasulullah menjawab: “Wahai Abu Dzar, engkau lemah dalam masalah ini”. Rasulullah mengarahkan keinginan Abu Dzar al-Ghifari yang dibangun berdasar keinginan nafsu ini kepada keinginan yang berdasar pada akal dan hati. Sebab realita mengatakan bahwa Abu Dzar tidak memiliki kecakapan dalam hal memimpin bila keinginan itu tetap diluluskan maka keinginannya hanya akan mengantarkan pada kegagalan-kegagalan dan kesenangan sesaat.
Ketika Amru bin Ash ingin  membuka kota Mesir, Umar bin Khathab tidak setuju dengan keinginannya. Umar mau membuat konsolidasi internal terlebih dahulu dan yang lebih penting ialah menghindarkan nyawa kaum muslimin dari kehancuran. Umar bin Khatab sangat realistis dalam masalah ini. Namun dengan pendekatan yang persuasif dan disertai pikiran logis, realistis dan idealis pada akhirnya Amru bin Ash bisa meyakinkan Umar, bahkan Umar mengirim bala tentara bantuan untuk membantu tentaranya dalam membuka Mesir. Dan al-hamdlillah Amru bin Ash bisa merealisasikan keinginannya.
Saifudin Quthus seorang panglima dari dinasti mamalik mempunya keinginan besar untuk membendung dan meluluhlantakkan serangan tentara tartar/mongol ke Mesir. Dia mempunyai mimpi dan keinginan besar. Tapi ia tak berhenti pada aspek mimpi, dia secara realistis membuat perhitungan matang dan selalu bekerjakeras dan turun kebawah mengkonsolidasikan rakyat dan memberikan sugesti psokologis untuk membangkitkan semangat mereka. Ia didukung penuh oleh Ulama sekaliber Izz bin Abdussalam. Pada akhirnya, keinginan yang disertai mimpi besar, realisme dan idealisme yang tinggi mengantarkan Saifudin Quthus kepada kemenangan gemilang. Peristiwa yang monumental ini diabadikan sejarah di daerah dekat palestina yang bernama Ainun Jalut.
Setiap kita mempunyai keinginan yang ingin dicapai. Tapi kemudian yang menjadi persoalan mendasar ialah jembatan keinginan yang kita bangun itu hanya berdasar dan bertopang pada sekedar nafsu syahwat yang bisa merapuhkan kualitas jembatan, apa berdasar pada akal saja atau hati saja? Sejarah kehidupan manusia dengan sangat cantik dan anggun menegaskan pada kita bahwa hanya keinginan yang dibangun berdasar nafsu, akal dan hati yang jernih yang akan tetap kokoh dan survive terhadap setiap benturan apapun. Kolaborasi antara ketiganya yang dihitung secara matang, realistis dan tidak menghilangkan unsur ideal selalu akan bisa mengantar manusia pada keinginan yang sebelumnya belumlah menjadi nyata untuk kemudian menjadi nyata. Jadi keinginan merupakan jembatan antara mimpi dan kesuksesan. Lalu bagaiamana anda akan membangun jembatan keinginan anda?


Sumengko, Kamis 07 Maret 2013.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan