Pernahkah
anda membayangkan ketika meninggal dunia nanti yang akan memandikan jenazah
saudara ialah malaikat? Mungkin di benak saudara sama sekali tak tersirat
sedikitpun, wong dimandikan manusia saja sudah sangat untung dibanding
tidak dimandikan sama sekali. Dimandikan malaikat sewaktu meninggal merupakan
kemuliaan yang tiada terkira. Kalau Allah sampai menyuruh malaikat-Nya turun
tangan memandikan hamba-Nya berarti hamba tersebut adalah orang yang sangat
penting. Kemudian pertanyaan selanjutnya: pernahkah anda membaca dan mendengar
adakah dalam sejarah orang yang dimandikan malaikat? Kalau ada kapan terjadi?
Siapa gerangan namanya? Apa yang membuatnya mendapatkan kemuliaan seperti itu?
Bila anda membaca sejarah emas para sahabat maka akan anda dapati kenyataan
tersebut. Ada salah seorang sahabat Nabi yang memiliki semangat perjuangan tinggi yang mendapat
kemuliaan tersebut. Mungkin namanya jarang dikenal dan didengar dibanding
sahabat-sabat sekaliber Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Karena memang sejarah
mencatat perjalanannya yang sangat sedikit. Namun dari yang sedikit ini kita
menemukan mutiara berharga. Bahwa Ia diabadikan sejarah melalui tinta emasnya
menjadi pahlawan Islam yang gugur di medan juang. Tak hanya itu hanya ia sahabat
Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam yang mendapatkan kemuliaan
dimandikan langsung oleh malaikat.
Siapa
gerangan sahabat yang mulia itu? Dia adalah Handhalah bin Abi Amir. Meski
ayahnya yang bernama Abu Amir adalah seorang rahib yang tidak mau mengimani
Rasul, namun ia sama sekali berbeda, ia mau menerima cahaya Islam ke dalam
relung hatinya. Kejadian ini bermula pada pertempuran Uhud. Malam menjelang
pertempuran Uhud, Handhalah adalah seorang pemuda yang sedang merayakan malam
pengantin baru, ia sedang honey moon. Pagi-pagi buta sewaktu ia telah
menggauli isterinya, tiba-tiba ada kabar bahwa Rasulullah akan menghadapi
pertempuran Uhud. Dengan bergegas dan seketika itu juga Handhalah pergi untuk
ikut serta berjihad di medan tempur. Saking semangatnya ia sampai lupa
belum melakukan mandi junub. Ketika perang Uhud berkecamuk, ia bertempur dengan
gagah berani hingga meraih kesyahidannya. Seusai perang, Rasulullah mencari dan
memeriksa sahabat-sabatnya yang syahid. Ketika sampai pada Handhalah bin Abi Amir,
Beliau beserta sahabat lain yang masih hidup menjumpai keanehan dari keranda
jenazah Handhalah bin Abi Amir. Keranda Handhalah bin Abi Amir meneteskan air.
Melihat kejadian aneh ini akhirnya Rasulullah menanyakan langsung kepada
isterinya, apa gerangan yang terjadi sebelum Handhalah berjihad. Isterinya
menjawab: Ia pergi berjihad menuju Uhud dalam kondisi belum melakukan mandi
junub. Allahu Akbar......setelah itu Rasul mendapat pemberitahuan bahwa air
yang menetes itu ialah karena telah dimandikan malaikat dengan air muzni(awan).
Mungkin anda mengatakan ah masak, itu tidak masuk akal. Bagi anda yang tidak
menyikapi ini dengan logika keimanan maka sanggahan semacam itu sangat logis.
Logika keimanan menekankan pengetahuan penting pada kita: selama Tuhan yang
melakukan, tiada kata mustahil untuk dilakukan.
Selanjutnya
kita coba memeras inti sari kandungan hikmah yang dapat diambil dari peristiwa
tersebut. Kalau kita analisa mengapa Handhalah mendapat kemulian semacam itu,
bisa dijelaskan demikian: Pertama: Semangat untuk berjuang dan berkorban begitu
tinggi(bayangkan meninggalkan isteri di waktu masa honey moon sangatlah
susah). Kedua: Ketaatan tanpa reserve dan syarat(ketika yakin bahwa
jihad itu perintah Rasul dengan seketika ia lakukan). Ketiga: Kerinduan yang
sangat dengan kekasih sejati, yaitu Allah(kerinduan yang demikian dalam ini
membuat segalanya larut tak bernilai). Dari ketiga hal ini tentu saja sangat
beralasan jika ia mendapat kemulian seperti itu. Kemudian ada yang juga sangat
penting diungkap pada tulisan ini yaitu: bahwa para pejuang dijalan Allah itu
pasti dijamin kebutuhannya. Handhalah bin Abi Amir yang meninggal syahid
sebelum melakukan mandi junub diberi perhatian yang luar biasa, dengan cara
memerintah malaikat untuk memandikannya. Ingat bahwa para pejuang tidak akan
disia-siakan kehidupannya oleh Allah. Allah Maha Pemelihara, Maha Penyokong dan
Maha Memenuhi kebutuhan hamba. Dengan dasar ini maka, para pejuang semestinya
sudah tidak lagi memikirkan apakah ia akan diganjar dengan semua yang akan
dikerjakan. Semua itu secara otomatis akan dipenuhi asalkan dilakukan dengan
niat ikhlas dan sesuai dengan juklak dan juknis syari`at-Nya.
Berjuang
karena sudah tua, tidak punya apa-apa, atau terkucilkan dari komunitas itu
bagus tapi biasa, yang luar biasa ialah ketika usia masih muda, lagi
meluap-luapnya, dan sedang mencari kesejatian hidup tapi tetap rela berjuang
dan berkorban, maka ini sungguh luar biasa. Mana ada yang mau meninggalkan
malam pengantinnya untuk menuju kematian. Bukankah kematian berarti
meninggalkan pengantin; bukankah kematian berarti akhir dari kenikmatan
pengantin. Tapi yang perlu digarisbawahi ialah hanya orang-orang yang memiliki
keimanan yang tinggi yang mampu melakukannya. Orang beriman memandang bahwa
dunia bukanlah akhir dari kenikmatan, bukanlah akhir dari kebahagiaan, bukanlah
akhir dari segalanya. Dunia hanya permulaan jalan menuju kehidupan akhirat yang
abadi. Walau secara lahiriah, Handhalah bin Abi Amir terlihat tak untung karena
lebih memilih kematian, akan tetapi dia sebenarnya telah mendapatkan
kebahagiaan yang tak terkira dari segi keimanan. Keimanan hakiki
mengantarkannya pada keabadian; keimanan hakiki mengantarkannya pada cinta
Rahman; keimanan sejati mengantarkannya sebagai pejuang Islam; keimanan sejati
menjadikan kehidupannya bernilai dan penuh arti. Dengan bekal iman dan takwa
yang begitu dahsyat pada akhirnya ia mampu malalui rintangan dunia. Ia mampu
melalui shirot mustaqim. Buah dari perjuangannya ialah dimandikan
malaikat. Itu baru di dunia. Bagaimana jika sudah di akhirat?
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !