Mata
hati melihat sesuatu bukan sekadar bentuk kulitnya tetapi langsung pada
intinya; mata hati mampu melihat sesuatu dengan bijak dan arif; mata hati mampu
mencerna, menganalisa, meracik berbagai informasi dengan sangat teliti. Jadi,
orang yang masih punya mata hati meski buta secara fisik, ia masih punya
harapan untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Betapa realita yang ada di
sekeliling kita menjelaskan betapa banyak orang yang bisa melihat secara fisik
namun sejatinya buta. Benar mata luarnya bisa melihat tapi mata batinnya buta.
Mata luar melihat, mata hati buta. Dalam surat Al-Hajj: 46 Al-Qur`an
menyatakan: karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang
buta, ialah hati yang di dalam dada. Kalau mata hatinya buta akibatnya
lebih fatal karena tidak dapat menerima petunjuk. Mata hati buta mengakibatkan
manusia tidak mampu menbijaksanai dan mengarifi segala hal yang ada di luar
dirinya. Tanda-tanda besar kekuasaan Allah tidak begitu mampu membuat dirinya
tersadar tentang kenyataan yang lebih penting dari sekadar materi. Inilah yang
menjelaskan kenapa orang-orang seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah, Abu Lahab
dan orang kafir lainnya tak mampu menerima dengan baik petunjuk Allah. Ini tak
lain karena mata hati mereka telah buta. Di sisi lain kita juga menjumpai
sahabat yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum, meski secara fisik buta dia
tetap mampu menyerap dan menerima petunjuk, karena mata hatinya sungguh jernih
dan bisa melihat kesejatian. Meski buta mata fisik ia mampu mensukseskan diri
berka karunia mata hatinya yang selalu melihat.
Ibnu
Ummi Maktum adalah salah satu manusia yang mampu eksis dan sukses meskipun buta
mata fisik. Ia mampu bermanfaat, berkarya, berkontribusi meski ada aib di
fisiknya. Semangatnya begitu besar dalam menerima petunjuk Islam, sampai-sampai
ada satu surat dalam Al-Qur`an yang turun berkenaan dengan dirinya, yaitu surat
`Abasa. Satu hal yang menjelaskan kenapa orang seperti ibnu Ummi Maktum mampu
menerima ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam ialah karena mata hatinya tidak
buta. Dengan mata hatinya ia mampu melihat dan menerima petunjuk Allah.
Petunjuk Allah bagaikan lentera yang mampu menyinari kegelapan yang ada dalam
hatinya sehingga mampu melihat petunjuk dengan sangat jelas dan nyata.
Hari-harinya meski buta fisik, dilalui dengan kerja bukan leha-leha. Ia pernah
disuruh mengganti Rasul di Madinah ketika Rasul perang sebanyak 13 kali, ia
juga muaddzin, ia juga pembelajar sejati, ia juga merupakan orang yang pertama
kali hijrah ke Madinah setelah Mush`ab bin `Umair. Ambisinya sangat besar untuk
mati syahid di medan jihad. Keinginan yang kuat ini akhirnya ia gapai di
pertempuran Qadisiyah. Ia menemukan takdir syahidnya di sana. Meski cacati
fisik ia tak patah arang. Suatu pembelajaran besar bahwa meski cacat mata, asal
mata hati bisa melihat semua hambatan fisik pasti bisa dilalui.
Kesempurnaan
fisik memang nikmat yang begitu besar. Namun kesempurnaan besar itu bila tidak
disyukuri dengan senantiasa taat dan patuh pada Allah maka tiada manfaat dan
guna. Benar memang mata fisik bisa melihat, namun perbuatannya hanya akan
membuat buta mata hati. Bagi siapa saja yang buta fisik, jangan pernah patah
hati, karena masih memiliki mata hati. Potensi mata hati ini bila benar-benar
digunakan dengan baik maka akan lebih mengungguli orang yang tidak memakainya.
Anda tentu pernah mendengar nama seperti: ibnu Katsir(di akhir hayatnya
pengelihatanya hilang), ad-Dzahabi(kehilangan pengelihatan di akhir hayatnya di
sela-sela kesibukannya mengajar dan menulis), ibnu Baaz(yang buta ketika
berumur 20 tahun namun kemudian menjadi ulama` besar dan produktif menulis),
al-Baraak, ar-Rukbaan dan lainnya merupakan bukti nyata bahwa buta mata fisik
bukanlah halangan utama asal mata hati tidak buta. Dengan mata hati jernih
tentu saja kita bisa melihat petunjuk dan kebenaran Allah. Pertanyaannya
kemudian ialah bagaimana kita bisa melihat dengan mata hati? Bagaimana kita
menghidupkan potensi mata hati? Bagaimana kita mampu memaksimalkan mata hati?
Hanya orang-orang yang mampu memaksimalkan syukur dengan amal nyata yang mampu
membuat mata hati hidup. Orang-orang yang bersyukur tak berhenti pada kekurangan-kekurangan
yang dimiliki, ia selalu menyukuri kebaikan-kebaikan yang dimiliki, sehingga
tidak terintimidasi, tidak merasa lemah, tidak merasa lesuh, karena energi yang
dikeluarkan selalu positif, pandangannya selalu husnudzan(prasangka
baik) sehingga mata hatinya selalu jernih. Bagi anda yang bisa melihat secara
mata fisik, sudahkah anda mampu melihat kebenaran dengan mata hati anda?
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !