Home » » ‘Jilbab Ketumbar’

‘Jilbab Ketumbar’

Written By Amoe Hirata on Kamis, 24 April 2014 | 20.53

                 Mendengar kata ‘jilbab’ sebagaimana judul di atas, mungkin atau pasti kamu familier dengannya. Masalahnya kemudian ialah jika kata ‘jilbab’ digabungkan dengan kata ‘ketumbar’ maka kamu minimal akan bertanya-tanya: apa maksudnya, wong jilbab kok digandeng dengan bumbu masak(ketumbar)? Yang perlu dijelaskan pada judul tulisan ini sebenarnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan jilbab dan bumbu masak. ‘Ketumbar’ pada judul ini lebih sebagai 'akronim' daripada makna denotatifnya.
       ‘Ketumbar’ merupakan singkatan dari: Ketat Umbar AuRat. Jadi yang dimaksud dengan judul di atas ialah: Jilbab Ketat tapi meng-Umbar aurat. Kalau kita amati perkembangan mode dan fashion dunia jilbab, agaknya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Makna jilbab yang berupa: baju longgar yang menutupi semua tubuh kecuali yang nampak, mengalami penyempitan makna yang begitu parah.
                 Yang diambil dari makna jilbab ialah secara fungsional berupa: penutup. Jadinya, asal menutup tubuh, maka sah-sah saja menampakkan pesona keindahan lekukan tubuh yang sejatinya mempunyai daya tarik yang besar. Dengan simplifikasi dan penyempitan seperti ini maka fungsi jilbab semakin jauh dari istilah syari`at, malah menuju kepada hal yang pragmatis-bisnis. Kenyataan ini bukan berdiri sendiri, di belakangnya ada penyokong-penyokong yang memodali tersebar-luasnya. Agen-agen kapitalis dengan semangat pragmatisme yang super dahsyat sangat mendukung realitas semacam ini karena logika ‘keuntungan’ yang dipakai, bukan subtansi syariat yang melatari ajaran nilainya.
            Coba lihat melalui berbagai media! Kenyataan tentang semakin menjamurnya perempuan memakai jilbab pada segenap tingkat usianya, di satu sisi memang mungkin perlu diapresiasi, namun di sisi lain mode jilbab yang dirancang justru malah semakin jauh dari ajaran yang Islami. Kita mungkin tak asing melihat wanita memakai ‘jilbab modern’ semua tertutup namun lekukan dan bodi tubuh amat ditonjolkan sehingga 'memasung fungsi jilbab' yang sebenarnya yaitu melindungi diri dari fitnah syahwat dan nafsu yang timbul dari luar diri. Jilbab model ‘Ketat Mengumbar Aurat’ ini pada gilirannya memang justru malah memancing syahwat.
               Banyak yang tidak menyadarinya. Ukuran kebenaran sudah mengalami metamorfosa-reduktif. Yang benar ialah yang populer; yang benar ialah yang mengikut mode; yang benar ialah yang ngikut fashion. Kondisi ini diperparah dengan melemahnya daya kritis dari masing-masing individu dan semakin gencarnya publikasi-publikasi bisnis pemilik modal besar yang menyuplai jilbab seperti ini. Banyak yang kepincut dengan berbagai mode yang disajikan. Kenyataan yang ada menggiring kepada semakin tergerusnya nilai-nilai orisinal syari`at Islam.
            Jangan heran jika kuantitas pemakai jilbab di era modern ini tidak berbanding lurus dengan kualitas keamanan dan keselamatan pemakainya. Bagaimana bisa dijamin keamanannya wong lekukan tubuh begitu ditonjolkan lantaran jilbab yang ketat, tipis dan transparan. ‘Jilbab ketumbar’ bila ditelusuri dan ditelaah lebih jauh malah lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Jilbab semacam ini sudah tidak ada bedanya dengan fungsi pakaian selain jilbab. Bahkan pakaian yang bukan jilbab terkadang lebih memuat esensi jilbab daripada ‘jilbab ketumbar’.
           Tak mengherankan jika Nabi menyatakan bahwa kelak ada zaman di mana ada wanita yang berjilbab tapi telanjang, mereka tidak bisa mencium bau surga, apalagi memasukinya. Jilbab yang sesungguhnya makin asing dan dianggap ketinggalan zaman, sedangkan ‘jilbab ketumbar’ makin populer dan dianggap sangat relevan dengan perkembangan zaman. Ada semacam anggapan: berjilbab tapi tetap modis, berjilbab tapi tidak ketinggalan zaman, berkerudung tapi gaul dan banyak lagi anggapan-anggapan yang sangat superfisial dan sangat jauh dari filosofi nilai disyariatkannya jilbab.
          Di Indonesia yang nota-bene penduduknya beragama Islam ternyata sudah berkembang luas mode-mode ‘jilbab ketumbar’. Sekarang periksa, teliti dengan saksama jilbab yang sedang kamu pakai. Apakah sudah sesuai syari`at Islam apa malah ‘jilbab ketumbar’. Maunya tetap modis tanpa meninggalkan perintah agama, namun kenyataannya malah mengenyampingkan perintah agama dengan mereduksi ajarannya baik sadar maupun tak sadar. 
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan