Home » » Kebal Fitnah

Kebal Fitnah

Written By Amoe Hirata on Kamis, 24 April 2014 | 20.13

                Bagai emas ditempa dalam api hingga yang tersisa hanya yang terbaik dan berkualitas. Begitulah gambaran dari kata “fitnah”. Kata kunci fitnah ialah: ujian dan cobaan. Orang bisa dikatakan sukses jika telah mampu lolos dan lulus dari ujian yang menimpa. Layaknya anak sekolah yang harus menjalankan ujian, demikian juga manusia, untuk menggapai kesuksesan harus ada ujian. Ujian itu ialah: fitnah. Ada juga makna lain dari fitnah menurut al-Qur`an dan as-Sunnah diantaranya:  Memalingkan orang dari jalan al-Qur`an, siksa, syirik, kufur, jatuh dalam kemaksiatan, kesamaran hak dan batil, penyesatan, pembunuhan, penawanan, perbedaan hati, gila dan membakar dengan api. Tapi dalam kamus besar bahasa Indonesia, fitnah diartikan: perkataan bohong atau tanpa berdasakan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang. Entah dari mana dasar pengambilan arti ini, yang jelas dari bahasa Arab tidak ada yang mengandung arti itu, walaupun pada dasarnya semua bisa menyatu dan masuk pada kata: ujian dan cobaan.
            Dari pengertian ini, sejatinya tidak ada manusia yang bisa menghindar atau kebal dengan yang namanya fitnah. Kehidupan berisi ujian dan cobaan. Cobaan bisa berupa kesusahan dan kesengsaraan, bisa juga kenyamanan dan kenikmatan, keduanya sama-sama ujian. Fitnah bisa berupa istri, anak, jabatan, kesusahan dan lain sebagainya yang bisa untuk menguji seberapa layak seseorang bisa menggapai kesuksesan. Fitnah yang puncak dan tertinggi adalah ketika sudah sampai pada titik dimana nyawa hilang; ketika nyawa organisasi di bawah bayang-bayang kehancuran; ketika persatuan hancur lebur berantakan.
            Dalam sejarah emas sahabat Nabi ada salah seorang sahabat yang secara khusus diberi pernyataan Nabi: Fitnah tidak akan membahayakannya. Ungkapan senada juga disampaikan oleh Hudzaifah: Fitnah tak akan membahayakannya. Siapa gerangan sahabat yang mendapat kemulyaan dan jaminan seperti itu dari Nabi dan sahabat mulia seperti Hudzaifah al-Yamani. Sahabat itu bernama Muhammad bin Maslamah. Sang kavaleri kenamaan dari kalangan Anshar; mujahid tangguh dari kalangan Anshar; pejuang brilian dari kalangan Anshar. Waktunya didedikasikan untuk kepentingan dan perjuangan Islam. Dia tulus dan sungguh-sungguh dalam berjuang dan tulus dalam niatan.
            Beliau akan terhindar dari fitnah besar yang akan menimpa persatuan dan kesatuan umat ;  diberi kekebalan khusus mengenai fitnah yang akan menimpa keharmonisan umat. Rasulullah mewantinya sejak jauh bahwa fitnah tak kan menimbulkan bahaya padanya. Fitnah ini menyangkut masalah besar dan penting karena mengenai persatuan dan kesatuan umat. Fitnah ini menyangkut kepentingan yang lebih besar dari sekedar masalah individual. Dia memang telah mendapat berbagai fitnah(ujian) dalam hidupnya berupa anak, istri, perjuangan dan lain sebagainya, namun fitnah yang lebih besar dari semua itu berupa persatuan dan kesatuan umat yang terancam, maka beliau terhindar dari semua itu. Apa yang dikatakan Nabi benar-benar terjadi. Ketika terjadi fitnah pasca pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan, umat muslim berada pada pusaran fitnah yang hampir saja membuat persatuan dan kesatuan Islam sama sekali musnah kalau saja Hasan bin Ali tak bisa menyatukannya pada `Aamul Jama`aah(tahun persatuan) dimana Hasan menyerahkan tampuk kekuasaannya pada Mu`awiyah bin Abi Sufyan demi terciptanya kemaslahatan yang lebih tinggi berupa persatuan dan kesatuan umat.
            Ketika fitnah benar-benar terjadi, Muhammad bin Maslamah sama sekali menghindar dari konflik internal umat Islam antara pihak Ali dan Mua`wiyah, sebagaimana sahabat lain seperti Abdullah bin Umar, Sa`ad bin Abi Waqash, Usamah bin Zaid dan lainnya. Fitnah besar yang menimpa kebanyakan sahabat waktu itu tak membahayakan sama sekali pada Muhammad bin Maslamah, persis seperti yang dikatan Nabi dan Hudzaifah. Kita tentu tak akan pernah bisa terhindar dari fitnah, karena fitnah pada dasarnya merupakan ujian yang membuat kita lulus menggapai kesuksesan duni akhirat. Namun, kalau diberi pilihan berdoa, maka kita senantiasa berlindung diri dari fitnah yang sangat besar berupa centang perenangnya persatuan dan kesatuan umat. Bukan kita kebal terhadap fitnah. Tapi merupakan permohonan tulus agar terhindar dari fitnah besar itu. Karena ini menyangkut kepentingan umum dan lebih luas.
           

.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan