Home » » Tenar Tapi Tak Benar

Tenar Tapi Tak Benar

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 26 April 2014 | 08.25

Judul Resensi:
Yang Tenar Namun Tak Benar

Data Buku:
Judul Buku      :  مَا شَاعَ وَلَمْ يَثْبُتْ فِى السِّيْرَةِ النَّبَوِيَّةِ [ Maa Syaa`a Walam Yatsbut Fi as-Siirah An-Nabawiyyah ].
Kategori          : Sejarah
Pengarang       : Muhammad bin Abdullah al-`Uusyan.
Penerbit           : Daar Thaibah Riyaadh.
Edisi Cetakan  : -
Tahun Terbit   : -
Tebal Buku     : 245 Halaman
Harga Buku     : -

Kalimat Pembuka:

            Apa jadinya jika pengetahuan yang sudah mengakar dalam hati; yang sudah tertanam dalam jiwa ternyata sama sekali tidak benar. Mungkin secara psikologis akan mengalami kekecewaan, trauma dan tidak terima, karena secara alamiah sangatlah susah mengubah sesuatu yang sudah mendalam dengan cara yang radikal. Begitulah kira-kira pembuka dari resensi buku di atas. Dari judul saja sudah sangat jelas mengupas kabar-kabar yang populer mengenai sejarah nabi tapi tidak benar secara pendekatan ilmu hadits. Karena itu lah, judul resensi dari buku di atas saya namakan: “ Tenar Namun Tak Benar”.
Buku ini di cetak oleh penerbit buku yang bernama, “Daar Thaibah Li an-Nasyri Wa at-Tauzi`” beralamatkan di Riyadh, Saudi Arabiyah. Pengarang merupakan salah satu Syaikh yang berasal dari Riyadh. Di pendahuluan buku beliau menuturkan: “Aku tidak bermaksud menulis tentang semua hal yang berkaitan dengan kisah yang lemah yang orang nisbahkan kepada Rasulullah, tapi aku cukupkan pada kisah yang masyhur mengenai sirah nabi tetapi tidak benar dari beliau”. Tujuan penulis menulis buku ini ialah untuk membersihkan sirah nabi dari hadits lemah sembari menyitir ungkapan Abdullah bin Al-Mubaarak: “Dalam hadits shahih tidak memerlukan hadits dha`if(untuk menjelaskannya)”. Karena itulah penulisan ini merupakan usaha yang apik untuk membebaskan sejarah nabi dari kabar-kabar yang palsu dan lemah.
            Secara judul memang belum ada – kalau tidak boleh dikatakan tidak ada – penulis yang mengarang secara khusus mengenai judul di atas. Namun secara subtansial, pendekatan-pendekatan di atas sedikit banyak telah di rintis oleh pengarang-pengarang lainnya. Sebut saja misalakan buku yang berjudul, “Shahih as-Siirah an-Nabawiyah(yang benar dari sirah nabawiyah) karya Syaikh Muhammad bin Razaq bin Tharhuni yang membahas tentang kisah-kisah shahih saja yang datang mengenai sejarah Rasulullah, ada juga judul buku, “ as-Siirah an-Nabawiyah as-Shahiihah(Sirah nabawiyah yang shahih)” karya Akrom al-`Umri, atau judul lain misalkan, “as-Siirah an-Nabawiyah Fi Dhoi al-Mashadir al-Ashiilah(Sirah Nabawiyah dalam perspektif sumber yang orisinil) karya Dr. Mahdi Rizqullah, kesemua karangan itu secara tidak langsung menyiratkan bahwa apa yang disebut selain dari kisah selain yang mereka ungkapkan mengenai sejarah Nabi berindikasikan lemah atau cacat secara ilmu hadits.
            Kalau benar-benar cermat dan jeli, setelah membaca buku di atas kita akan sempai pada kesimpulan bahwa pengarang sangat cerdas dan unik dalam membuat judul dan penyajian tulisan. Biasanya, yang akan dilihat orang ialah sesuatu yang dianggap negatif  atau sisi jelek yang ada pada sesuatu. Dengan mengangkat tema, “Yang Tenar Namun Tak Benar dari Kisah Nabi” maka orang akan segera penasaran ingin mengetahui kira-kira apa sih yang tenar tapi tak benar itu. Lain lagi kalau hanya sekedar mengungkapkan sisi positifnya saja mungkin secar naluriah kurang diminati dibanding dengan sisi negatifnya.
            Yang perlu dikritisi dari buku di atas ialah kita tidak bisa mengetahui kapan buku itu dicetak; tahun cetak tidak ada; dan hargapun tidak tercantum. Di samping itu tidak ada penjelasan secara spesifik walau hanya sekedar biografi singkat mengenai penulis. Hal ini akan menyulitkan pembaca ketika ingin meneliti lebih jauh mengenai sejarah penulis; riwayat pendidikan; dan kecendrungan penulis.
            Bagaimana jika kita dihadapkan oleh sesuatu yang sudah kita yakini tapi tak benar? Apa yang akan kita lakukan? Sikap apa yang seharusnya dilakukan ketika menghadapi hal demikian?    Kemudian apa solusi yang tepat untuk menghadapinya? Maka ini merupaka beberapa pertanyaan yang mengusik atau merangsang kita untuk membaca lebih jauh barangkali akan dipaparkan oleh penulis satu atau beberapa jawaban yang membuat penasaran.

Isi:
            Di awal pendahaluan penulis menekankan bahwa dia tidak menulis secara mendetail mengenai kisah yang tidak shahih mengenai sirah nabawia. Yang ia tulis ialah khusus kisah yang mayshur mengenai sirah nabi tapi tidak benar secara ilmu hadits. Tujuannya sangat jelas sebagaimana disinggung dalam kalimat pembuka tadi bahwa untuk membersihkan kisah Nabi Muhammad dari riwayat yang lemah. Beliau menyitir salah satu ungkapan Syaikh al-Albani, “ Tidak ada kemestian antara kepopuleran dengan keshahihan”. Walau demikian penulis juga menyadari bahwa apa yang dia upayakan ini hanya sebatas pendekatan ilmu hadits. Adapun mengenai benar tidaknya cerita secara historis bukanlah bahasan belia, karena bisa jadi secara ilmu hadits dikatakan lemah namun secara historis peristiwa itu benar-benar terjadi. Dengan demikian, yang bisa ditangkap dari maksud beliau ialah ia hanya berusaha mengamalkan salah satu hadits Mutawatir yang artinya, “Barangsiapa berdusta atas namaku, maka siapkanlah tempatnya di neraka”, dengan demikian pendekatan yang dipakai beliau berupa ilmu hadits titik fokusnya bukan baik tidaknya isi atau kebenaran atau ketidakbenaran historisnya tetapi yang lebih ditekankan ialah benar tidaknya riwayat yang dikisahkan.
            Diantara kisah yang mayshur tetapi tidak benar secara tinjauan ilmu hadits sebagaimana paparan penulis ialah kisah berikut: Tanggal kelahiran nabi pada umumnya iala 12 Rabi`ul Awwal namun setelah diteliti ialah 9 Rabi`ul Awwal(Lihat hal: 5); Rasulullah duduk di singgasana kakeknya, Abdul Muthalib waktu kecil(lihat hal: 10); Keikutsertaan beliau dalam perang Fijar(Hal: 16); Umur Khadijah waktu menikah dengan Rasul ialah 40 tahun, namun riwayat ibnu Abbas mengatakan sekitar 28 tahun(hal: 18); Usaha bunuh diri Rasulullah ketika terputusnya wahyu(hal:  25); Pembatasan dan penentuan dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun(hal: 29); Ungkapan tenar nabi berupa, “Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku...,(hal: 30); Kisah masuk Islamnya Hamzah(hal: 52) dan Umar (hal: 54); Pertemuan Rasulullah dengan Addaas sepulang dari Thaif(hal: 65); Hari kesedihan(hal: 67); Hijrahnya Umar ke Madinah secara terang-terangan(hal: 70), hingga peristiwa perintah membakar masjid Dhiraar(yang menimbulkan bahaya)(hal: 219). Itu merupakan diantara sepenggal peristiwa yang dinyatakan lemah oleh melalui pendekatannya yang ilmiah.
            Keunggulan buku ini dibanding dengan buku lain yang secara subtansial membahas tema sama ialah buku ini dari segi judul membuat penasaran orang; dari segi pendekatan analisanya ilmiah dan memakai tinjauan dan perspekti ilmu hadits; khusus membahas peristiwa yang masyhur dan populer saja sehingga tidak membuat orang bosan karena terlalu detail dan mendalam; sarat akan referensi/rujukan, tidak bertele-tele, sangat jelas dan singkat; dan yang terakhir bisa dijadikan rujukan karangan ilmiah.
            Kelemahan buku ini ialah di samping kita tidak bisa mengetahui: kapan dicetak, biografi penulis, harga buku; penulis juga tidak menjelaskan solusi secara konkrit dan aplikatif mengenai apa yang harus kita lakukan setelah ketahui bahwa kisah yang masyhur itu lemah? Mungkin lebih gampang menentukan kelemahan suatu riwayat, daripada  membuat solusi untuk menghadapinya. Kalau benar-benar diterapkan metode penulis, kita akan bertanya-tanya: bagaimana kita akan mengetahui secara utuh dan detail mengenai kisah Nabi untuk dijadikan suri tauladan jika ternyata kebanyakan haditst yang tertulis mengenai kisahnya itulemah? Langkah-langkah apa yang dicanangkan penulis untuk memnghadapi kisah populer tapi lemah itu? Dan itu belum terjawab.
            Secara penulisan bahasa beliau memakai bahasa yang mudah dan gampang decerna; susunan kalimatnya sistematis dan runut; biasanya memaparkan setiap riwayat atau perkataan ulama yang berkenaan dengan tema kisah yang dibahasnya disertai rujukan sehinggap pembaca bisa merujuk ke kitab itu ketika diperlukan merujuk. Akan tetapi penulis tidak membuat kesimpulan tegas ditiap-tiap akhir pembahasan kisah, seolah beliau menginginkan para pembacalah yang menyimpulkan dari berbagai riwayat dan ungkapan ulama` berkaitan dengan kisah yang dibahas.
           
Penutup:

Pada akhirnya usaha penulis yang ingin membersihkan kisah Rasulullah dari riwayat-riwayat lemah, patut diapresiasi dan dikembangkan sehingga kecintaan dan pengetahuan kita mengenai Rasulullah benar-benar berlandaskan hadits yang shahih. Kecintaan tidak boleh menutup hati kita pada kebenaran. Dalam al-Qur`an juga ditegaskan supaya kita tidak mengikuti sesuatu yang tidak kita ketahui ilmunya. Buku ini cocok dan pas dibaca oleh siapa saja yang ingin mengetahui dan memeriksa kebenaran kisah yang selama ini masyhur namun riwayatnya lemah. Dengan demikian setelah mengetahuinya diharapkan mampu bersikap arif dan ilmiah bahwa rasa cinta kita sekali lagi harus berlandaskan ilmu bukan sekadar cinta buta yang membuat kita bukan malah dekat pada nabi tetapi malah menjauh lantaran kisah yang kita ketahui dan teladani sebenarnya bukan dari beliau. Spirit demikian harus selalu didukung sembari tetap berusaha menjadi lebih baik.

Wallahu A`lam Bis Shawab
Sumengko, Jum`at 03 Maret 2013



Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan