Mengenang Pahlawan Agung
"Malam
yang sangat dingin menggigil untuk berjihad di jalan Allah lebih aku sukai
daripada malam pertama dengan gadis cantik nan jelita".
Sebuah ungkapan
yang tidak akan pernah keluar dari mulut pengecut. Tidak akan pernah tersirat
dari benak penakut. Tidak akan pernah terpikirkan oleh jiwa-jiwa kerdil.
Ungkapan ini hanya keluar dari mulut pemberani yang memiliki rasa percaya diri
yang sangat tinggi. Hanya tersirat pada benak pahlawan agung yang tak takut
tantangan. Hanya terpikir oleh jiwa-jiwa yang optimis meraih
keberhasilan.
Siapakah
gerangan yang menuturkan kata manis itu? Dialah Pedang Allah Khalid bin
al-Walid. Pahlawan agung yang pernah dimiliki Islam. Panglima militer kawakan
sepanjang sejarah Islam. Tokoh Jenius yang sangat di segani baik oleh
kawan maupun lawan. Sosok karismatik yang mempunyai kontribusi besar dalam
perjuangan Islam. Mendengar namanya saja musuh akan ketakutan. Di tanganya
telah tertoreh kemenangan-kemenangan besar.
Kepribadian
agung yang di milikinya tidak sertamerta karena kejeniusanya, karena sejarah
telah membuktikan bahwa di masa jahiliah, kejeniusanya tak mampu melawan Islam.
Kepribadian itu lahir dari perpaduan antara kekuatan iman yang maha dahsyat
ditambah dengan bakat dan potensi yang di milikinya. Kemenangan-kemanangan
besar yang diraihnya justru lahir ketika dia masuk Islam. Dengan demikian
perpaduan antara iman dan bakat inilah yang kelak mengiringi
kemenangan-kemenangan besar yang diraihnya.
Sebagai
pahlawan yang besar kehidupanya sangat bersahaja. Lahir dari keluarga
terpandang dan kaya raya tidak membuatnya hidup glamour. Ia lebih memilih hidup
sederhana. Bakat militernya sudah terbentuk sedemikian rupa semenjak masa
jahiliah. Kabilahnya yang bernama Makhzum merupakan kabilah yang sangat
terkenal dalam bidang kemiliteran. Dari sinilah barang kali kita menemukan
titik temu mengapa Khalid bisa menjadi pahlawan besar.Lingkuangan yang mendukung,
bakat alamiah di tambah keimanan yang menghujam dalam hatinyalah yang semakin
mematangkan kepahlawananya.
Lembaran
sejarah telah membuktikan bahwa nilai satu Khalid sebanding dengan beribu-ribu
orang. Suatu ketika Khalifah Abu BakarAs-Shiddiq berujar:" Apakah para
wanita tidak mampu melahirkan anak seperti Khalid". Sangatlah wajar
beliau mempertanyakan hal itu mengingatKhalid sangat signifikan dan besar
jasanya pada Islam.
Walau telah
malang melintang dalam arena perang, hidupnya berakhir diranjang. Tidak
ada satu bagian pun dalam tubuhnya melainkan ada bekas luka. Ini
mengindikasikan betapa beraninya ia. Allah menakdirkanya mati bukan dalam
medanperang. Mungkin ia sangat menyesal meski ia tetap mendapat pahala syahid.
Tapi begitulah kenyataan yang di hadapinya. Meski raga telah lenyap, namanya
akan senantiasa kekal dan harum. Selamat tinggal wahai pahlawan agung.
Semoga
dikemudian hari Allah akan melahirkan orang-orang besar sekalibermu yang mampu
menyelamatkan umat dari keterpurukanya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !