Home » » Seni Berdo`a

Seni Berdo`a

Written By Amoe Hirata on Kamis, 24 April 2014 | 19.44

              Ketika usaha sudah terkerah, ikhtiar sudah terlaksana, selain tawakkal ada satu lagi yang harus dilakukan oleh orang-orang beriman yaitu, berdo`a. Tanpa do`a apalah artinya usaha dan tawakkal. Berdo`a merupakan gambaran intim dan mesrah antara makhluk yang lemah dengan Khalik yang Maha Kuat. Sehebat-hebatnya makhluk pastilah terbatas dan ada kelemahannya. Ketika makhluk ingin usahanya terpenuhi, dan bisa menjadi kuat dan mantab maka dia harus berdo`a kepada Sang Khaliq. Dalam Al-Qur`an Q.s Ghafir: 60 Allah berfirman: “Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan”. Demikian juga dalam Q.s Al-Baqarah: 186: “Aku mengabulkan doa orang yang berdo`a jika ia berdoa pada-Ku”. Pada ayat pertama merupakan perintah sedangkan ayat kedua merupakan penegasan. Artinya, betapa berdoa merupakan hal yang inheren bagi kehidupan orang-orang beriman. Jangankan orang beriman, orang atheis sekalipun menurut paparan Al-Qur`an ketika sudah terpepet tertimpa masalah pada akhirnya akan berdo`a juga pada Sang Khaliq, karena pada dasarnya fitrah manusia secara keseluruhan ialah bertauhid dan sangat butuh kepada yang namanya Tuhan.
Namun betapun pentingnya berdo`a, maka berdo`a juga bukan merupakan hal yang asal-asalan dan tak beretika. Banyak orang-orang yang do`anya tertolak lantaran tak disertai etika dan seni berdo`a yang baik sesuai tuntunan. Diantara etika berdo`a ialah taubat, tulus, tunduk, yakin, optimis, terhindar dari barang yang haram, dilantunkan pada setiap waktu khususnya waktu mustajab dan lain sebagainya sebagaimana yang dianjurkan Nabi. Ada satu lagi seni berdo`a yang diajarkan Nabi yaitu: secara umum do`a-do`a beliau sering menggunakan kata plural atau jama`. Ini artinya ketika berdo`a yang beliau dahulukan adalah kepentingan orang banyak. Orang yang berdo`a untuk kepentingan orang banyak lebih berpeluang diterima daripada orang yang berdo`a hanya untuk kepentingan pribadi. Inilah salah satu hal yang membedakan antara do`a Nabi dan do`a kebanyakan orang. Sehingga ketika kita menginginkan do`a terkabul, di samping etika kita harus mengerti seni berdo`a.
            Kala perang Uhud berkecamuk, ada percakapan menarik yang diabadikan sejarah. Percakapan ini menggambarkan dua sahabat yang sama-sama rindu surga, sama-sama mengharapkan ridho Allah, sama-sama memperjuangkan nilai-nilai Islam. Namun ada satu hal yang membedakan keduanya. Keduanya berbeda dalam masalah, ‘berdo`a’. Berikut kisahnya: Tatkala perang Uhud berlangsung, Abdullah turut serta berperang layaknya perang orang yang berambisi untuk syahid dan rindu padanya. Ketika Ia melihat Sa`ad bin Abi Waqash, terjadilah dialog di antara keduanya. Sa`ad menuturkan dalam suatu siwayat: Ketika pada perang Uhud, Abdullah bin Jahsyin menemuiku seraya berkata, ‘Apakah kamu tak (ingin) berdoa pada Allah?’. ‘Ya’ kataku. Lalu kami pergi ke pinggir medan perang. Aku berdoa: “Wahai Tuhanku jika aku bertemu musuh, maka pertemukan aku dengan orang laki-laki yang sangat kuat, sangat emosional, aku memeranginya dan ia juga memerangiku, kemudian anugerahkan padaku kemenangan atasnya, hingga aku membunuhnya dan mengambil bajunya”. Kemudian Abdullah bin Jahsyin mengaminninya. Ssekarang giliran Abdullah yang berdo`a: “Wahai Tuhanku, anugerahkan untukku orang lelaki yang sangat emosional, sangat kuat, aku memeranginya karena-Mu ia juga memerangiku, kemudian ia mengalahkanku lalu memotong hidung dan kupingku, dan ketika aku bertemu dengan-Mu kelak(di akhirat)  Engkau bertanya: ‘Kenapa hidung dan kupingmu terpotong?’ maka aku jawab, ‘itu (kupersembahkan) untuk-Mu dan Rasul-Mu’ lalu Engkau menjawab: “Engkau benar”. Sa`ad bin Abi Waqash berkomentar: “Do`a Abdullah bin Jahsyin lebih baik dari doaku. Ketika aku melihat di akhir siang aku mendapatinya sudah terbunuh dan termutilasi, kuping dan telinganya tergantung di atas pohon dengan benang”.
             Coba bandingkan antara do`a Sa`ad bin Abi Waqash dengan Abdullah bin Jahsyin. Keduanya punya persamaan sekaligus perbedaan yang tajam. Kedua-duanya berjuang dengan tulus demi kepentingan Islam, bukan kepentingan pribadi. Keduanya sama-sama berpartisipasi di medan jihad dan ingin dipertemukan dengan musuh yang sangat kuat dan sangat emosional. Namun perbedaan yang sangat mencolok diantara keduanya ialah kalau Sa`ad menginginkan kemenangan dan ghanimah, sedangkan Abdullah bin Jahsyin menyertakan ketulusan di sela-sela berdo`a kemudian yang aneh ialah ia meminta dikalahkan oleh musuhnya dan yang lebih aneh lagi hidung dan kupingnya dalam kondisi terputus, sebagai bukti di akhirat bahwa kelak kuping dan hidung ini akan menjadi saksi bahwa ia benar-benar berjuang untuk Allah dan Rasulnya. Akhirnya do`a yang dikabulkan lebih dahulu adalah do`a Abdullah bin Jahsyin.
Kenangan bersama Abdullah dalam masalah do`a senantiasa tersimpan dalam lubuk hati Sa`ad bin Abi Waqash dan senantiasa diceritakan pada sahabat-sahabatnya. Abdullah bin Jahsyin sudah sangat rindu dengan Ridha Tuhan dan surga sehingga lebih memilih mati dari pada hidup di dunia. Yang ia pilih ialah kehidupan yang hakiki. Kehidupan yang tak terdinding oleh hiasan kepalsuan dan kefanaan. Kehidupan yang mengantarkannya kepada keridhaan Tuhan dan surga-Nya. Abdullah bin Jahsyin merupakan gambaran sahabat yang betul-betul paham seni berdo`a sehingga cepat dikabulkan Tuhan. Banyak sekali kemuliaan yang ia peroleh semasa hidupnya. Diantaranya: orang yang pertamakali disebut amirul mu`minin, ipar Rasulullah, mendapat ganti rumah di surga lantaran ketika hijrah ke madinah, rumahnya dijual oleh Abu Sufyan, berkesempatan turut serta hijrah ke Habasyah, di merupakan panglima perang, mujahid pemberani, mempunyai ketaatan yang tinggi sebagaimana tergambar ketika dia diutus Rasulullah mengepalai pasukan sarriyah ke daerah Nakhlah, dan puncak keberhasilan terakhirnya ialah ketika ia meninggal dalam kondisi syahid dan mati dalam kondisi seperti yang ia minta pada Allah subhanahu wata`ala. Selamat tinggal wahai Abdullah bin Jahsyin. Semoga kami bisa meneladanimu.

Sumengko, Selasa 12 November 2013, Pukul: 09: 21

By: Amoe Hirata
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan