Home » » Dinikahkan Tuhan

Dinikahkan Tuhan

Written By Amoe Hirata on Kamis, 24 April 2014 | 20.18

                Nikah merupakan sunnatullah. Para Nabipun menjalankan sunnatullah ini. Allah menciptakan manusia berlainan jenis berupa laki-laki dan perempuan diantara fungsinya ialah terjalinnya pernikahan sehingga keturunan bisa lestari dan bisa meneruskan estafeta tugas Adam sebagai hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Dengan demikian, orang yang sudah mampu menikah kemudian mau menikah, berarti ia telah menjalankan sunnatullah. Bila manusia yang sudah mampu menikah, namun tak mau menikah, atau mau menikah tapi dengan sesama jenis berarti menyalahi sunnatullah dan sunnah Rasul. Nabi bersabda: Barangsiapa benci pada sunnahku maka bukan termasuk golonganku(H.r. Bukhari, Muslim). Dalam Islam, masalah pernikahan dibahas dengan sedemikian lengkap dan jelas.
Di dalam syari`at nikah ada yang namanya syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Diantara syarat dan rukun nikah yang disepakati jumhur ulama` ialah adanya wali bagi perempuan. Sedangkan yang boleh menjadi wali ialah hanya yang berkelamin laki-laki. Di sepanjang sejarah peradaban umat Islam yang namanya perempuan itu dinikahkah dengan wali laki-laki dan masih sejenis manusia. Namun ada yang menarik dalam kehidupan sahabat Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam. Ada sahabat wanita Nabi yang bernama Zainab binti Jahsyin yang kelak menjadi istri Nabi. Pernikahannya dengan Nabi, menurut penuturannya sendiri ialah bukan pernikahan biasa. Bukan pernikahan biasa karena yang menikahkannya ialah Allah langsung dari langit ke tujuh.
            Imam Bukhari dalam kitab Jami` Shahih-nya meriwayatkan yang artinya sebagai berikut: Zainab merasa bangga kepada istri-istri Nabi yang lain dengan omongan berikut: Yang menikahkan kalian dengan Rasulullah adalah keluarga-keluarga kalian, sedangkan aku dinikahkan Allah dari atas tujuh langit”. Siapa yang tidak bangga kalau dinikahkan oleh Allah, dan diabadikan dalam ayat-ayat Al-Qur`an. Sangatlah wajar kalau ibunda Zainab merasa bangga. Namun yang menjadi titik tekan tulisan ini bukanlah masalah dinikahkan oleh Tuhan atau masalah kebanggaan dinikahkan Tuhan. Yang jadi titik tekan tulisan ini ialah apa yang menyebabkan Zainab binti Jahsyin mendapat kemuliaan sebesar itu? Faktor-faktor apa saja yang melatarinya? Kalau kita mau membuka lembaran sejarah emas kehidupan istri-istri Nabi maka akan kita dapati bahwa Zainab binti Jahsyin di samping memiliki paras cantik dia juga memiliki karakter dan akhlak yang terpuji. Sebelum menikah dengan Rasulullah, ia dinikahkan dengan Zaid bin Haritsah mantan anak angkat Rasulullah. Zaid berkulit hitam dan memiliki paras yang tak begitu menarik dipandang, namun karena taat pada Rasulullah Zainabpun mau menikah dengan Zaid bin Haritsah. Akhirnya, ketaatan membawa hikmah yang sangat besar di baliknya. Pernikahan Zaid dan Zainab ternyata pernikahan yang terpilih untuk membatalkan tradisi tabanni (adopsi) anak dalam tradisi jahiliyah, dimana anak angkat akan dianggap seperti anak kandung dan mewarisi harta. Dengan sabar, Zainab menjalaninya sampai akhirnya perceraianpun tak terelakkan. Melalui titah Allah langsung, Nabi mendapat perintah untuk menikahi Zainab. Sebelumnya di jaman jahiliyah, menikahi istri anak angkat merupakan aib yang memalukan, karena seperti menikahi bekas istri anaknya sendiri. Namun karena ini merupakan perintah Allah subhanahu wata`ala maka Rasulullah pun menerimanya dengan penuh taat meski secara manusiawi agak berat. Pelajaran pertama yang dapat diambil dari bunda Zainab ialah ketaatan. Ketaatan kita pada Allah dan Rasul-Nya akan berbuah kebahagiaan.
            Zainab binti Jahsyin termasuk dari wanita as-saabiqunal awaalun(orang-orang yang terlebih dahulu masuk Islam). Hanya beliau yang kisah pernikahannya diabadikan dalam al-Qur`an. Pensyari`atan jilbab juga berkaitan dengannya. Ia memiliki sifat, kebiasaan dan akhlak sebagai berikut: rajin ibadah, tunduk, khusyu`, rajin puasa, rajin shalat malam, sangat dermawan dan tak segan-segan dalam membantu orang yang membutuhkan. Diantara gelarnya ialah: ummul masaakin(ibu orang-orang miskin), mafza`ul aitaam(tempat berlindung anak-anak yatim), malja`ul araamil(tempat berlindung wanita-wanita janda). Tak hanya itu, beliau merupakan istri Nabi yang terampil bekerja menjahit dan mendermakan hasil jahitannya fi sabilillah. Dari gambaran singkat ini nampaklah keluhuran akhlak beliau. Suatu gambaran yang patut diteladani oleh kaum hawa. Menjadi sosok mandiri, terampil, dermawan, rajin ibadah dan senantiasa berjuang untuk kepentingan perjuangan Islam. Karena itulah sangat pantas jika beliau merupakan wanita terpilih menjadi satu-satunya wanita yang pernikahannya diabadikan Al-Qur`an. Bagi yang menginginkan kemuliaan dari Allah, hendaknya banyak-banyak belajar dari keteladanan beliau.
            Sebelum meninggal, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam pernah bersabda pada istri-istrinya: Orang yang pertama kali menyusulku ialah yang paling panjang tangannya. Setelah mendengar kata-kata Rasul tersebut, mereka mulai menjulurkan tangan masing-masing dan ternyata Zainab binti Jahsyin yang terpendek, karena secara postur memang lebih pendek dari A`isyah dan lainnya. Mereka menyangka bahwa yang dimaksud paling panjang tangannya ialah secara fisik. Namun setelah mereka tahu bahwa yang meninggal lebih dahulu ialah Zainab, baru mereka mengerti bahwa yang dimaksud dengan panjang tangan ialah bahwa ia bekerja secara mandiri dengan tangannya serta gemar bersedekah denganhasil jerih payahnya. Lagi-lagi Zainab binti Jahsyin mendapatkan penghargaan yang begitu mulia dari Rasulullah. Lebih dari itu, ia juga meriwayatkan dari Rasulullah sebanyak 11 hadits. Dengan demikian beliau juga punya perhatian besar dalam hal keilmuan, khususnya periwayatan hadits. Bagi wanita muslimah yang ingin menjadi wanita muslimah teladan, dan ingin mendapatkan kemuliaan begitu besar dari Allah, maka teladanilah sikap, sifat dan amalan ibunda Zainab binti Jahsyin. Memang secara fisik beliau telah pergi. Namun secara nilai-nilai budi, akan senantiasa abadi dan bisa diteladani. Kemuliaanmu tergantung pada seberapa besar ketulusan dan pengorbananmu dalam memperjuangkan agama Allah subhanahu wata`ala.

Sumengko, Selasa 12 November 2013, Pukul: 15: 38

By: Amoe Hirata
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan