Setiap
orang memiliki masa lalu yang berbeda-beda. Ada yang cerah, ada juga yang
kelam. Masa lalu yang cerah memang menguntungkan seseorang menjalani masa
depannya, namun di sisi lain semangat untuk meraih masa depan yang cerah kurang
begitu besar dibanding dengan orang yang mempunyai masa lalu kelam. Sedangkan
masa lalu yang kelam memang bisa menghalangi kesadaran seseorang mendapatkan
masa depan yang cerah, namun di sisi lain jika ia tersadar untuk bangkit, maka
kebangkitannya ini lebih mengakar dan besar dibanding dengan orang yang
mempunyai masa lalu cerah. Konsep ini seperti konsep “taubat” dalam Islam.
Allah sendiri menamakan dirinya dengan “at-Tawwaab”. Taubat ialah usaha untuk
kembali kepada at-Tawwab(Dzat Yang Maha Penerima Taubat) setelah berada di luar
batas-batas aturan-Nya. Karena itulah i`tikad baik dari orang yang mempunyai
masa lalu kelam baik berupa dosa maupun kesalahan akan bernilai masa depan
cerah jika dibarengi dengan semangat perubahan yang begitu tinggi melalui
sarana yang bernama “taubat”.
Anda
tentu tahu siapa Umar sebelum masuk Islam, dia pernah mengubur anak
perempuannya hidup-hidup, dia juga peminum Khamer; anda juga tahu siapa Khalid
bin Walid, sebelum masuk Islam dia bersama orang kafir Qurays pernah menyerang
Rasulullah beserta sahabat-sahabat yang lain pada pertempuran Uhud; anda tentu
juga tahu Ikrimah bin Abi Jahal yang juga menyerang dan memusuhi Islam sebelum
dia masuk Islam; dan anda tentu tahu bahwa kebanyakan sahabat juga memiliki masa
kelamnya sendiri sebelum mereka masuk Islam.
Yang menarik dari semua itu ialah bahwa meski mereka memiliki masa lalu
kelam, mereka dengan senang hati dan lapang dada mau menerima cahaya Islam yang
mau mencerahkan kegelapan di hati mereka. Semangat perubahan berupa “taubat”
ini pada akhirnya dapat merubak kekelaman mereka mendaji ketercerahan. Hidup
yang sebelumnya penuh dengan penyesalan dan kesedihan akhirnya penuh dengan
harapan dan keimanan.
Senada
dengan pernyataan di atas ialah ada ungkapan, “al-islaam yajubbu maa
qablahu”(Islam menghapus masa lalu yang kelam). Dengan demikian para
sahabat dan orang-orang setelahnya bisa merasa tenang karena tidak berlama-lama
terjerembab pada penyesalan masa silam yang menghalangi dirinyi menggapai
perubahan hidup yang lebih cerah dan terarah. Karena berlebihan dalam menyikapi
dan menyesali masa silam malah akan berdampak negatif terhadap
perubahan-perubahan ke depan. Ada istilah menarik dari ungkapan seseorang yang
perlu dicatat di sini yaitu: anggaplah masa lalu itu seperti spion motor,
sesekali waktu memang perlu dilihat untuk perjalanan ke depan, tapi kalau
menyetir motor hanya melihat spion terus maka nanti akan menabrak orang.
Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna mempunyai konsep taubat ini
tentu saja untuk perubahan yang lebih baik. Manusia pasti punya kesalahan dan
sebaik-baik orang yang salah ialah yang mau bertaubat. Tentu saja bukan taubat
sambal, tapi taubat nashuha yang benar-benar serius dan tidak
mengulang-ulangnya.
Wahsyi
bin Harb seorang budak Jubair bin Muth`im yang berasal dari Ethiopia. Ketika
sudah masuk Islam, tetap saja ia dihantui oleh masa lalunya yang kelam. Ia
selalu menyesal dan merasa bersalah, meski ia juga sadar kalau Islam itu
menghapus kesalahan masa lalu ketika sudah masuk Islam. Keselahannya sebelum
Islam itu ialah membunuh paman Nabi Muhammad yaitu Hamzah bin Abdul Muthallib
yang berjuluk singa Allah pada perang Uhud. Penyesalannya mungkin tak pernah
hilang hingga ia wafat. Apa lagi ketika masuk Islam dan bertemu Rasulullah dia
disurung memalingkan muka, karena secara manusiawi siapa yang tega melihat
orang yang membunuh pamannya sendiri. Masa lalu yang kelam ini membangun
semacam kesadaran spritual yang dahsyat bagi Wahsyi bin Harb. Sampai pada
akhirnya ia membuat komitmen dan tekad yang luar biasa untuk menebus
kesalahan-kesalahannya di masa lampau. Pada perang Yamamah ia menebus
kesalahannya dengan membunuh Musailamah al-Kaddzab. Sebelum Islam Wahsyi
membunuh orang terbaik dan seteleh Islam ia tebus dengan membunuh orang yang
terjahat yang mengaku-ngaku menjadi Nabi. Demikian salah satu contoh di mana
masa kelam dijadikan titik tolak untuk taubat dan semangat perubahan, sehingga
Wahsyi mampu merubah masa lalu yang kelam menjadi masa depan yang cerah.
Intinya, jangan kita berlarut-larut menyesali masa silam. Jadikan dia hanya
semacam kesadaran untuk berubah ke depan menciptakan masa depan yang cerah.
Setiap
kita tentu dan pasti mempunyai masa lalu. Bila masa lalu kita kelam jangan
sampai dijadikan sekedar penyesalan yang tak berarti. Penyesalan yang positif
terhadap masa lalu kelam ialah penyesalan yang tak terhenti pada sekedar
penyesalan, tapi penyesalan yang menjadi kesadaran luar biasa sehingga
melahirkan komitmen untuk berubah menjadi lebih baik; melahirkan gelora untuk berubah
menggapai masa depan yang lebih cerah. Bila masa lalu kelam hanya disikapi
dengan penyesalan belaka berarti secara sadar maupun tak sadar kita telah
merancang masa depan yang kelam. Maukah anda mendapat masa depan kelam?
tidak,cukup lah masa lalu yang kelam,jangann sampai masa depan juga ikut-ikutan kelam,berantakan abis dah jadinya
BalasHapus