Home » » ‘Medali Syahid’ Wanita Muslimah Pertama

‘Medali Syahid’ Wanita Muslimah Pertama

Written By Amoe Hirata on Kamis, 24 April 2014 | 20.04

               Iman sebagaimana yang didefinisikan oleh para pakar akidah Islam berarti: Membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, serta mengamalkan dengan anggota badan. Dengan pengertian seperti ini, keimanan berarti unsur mendasar yang mengharmonikan segenap potensi manusia baik secara internal maupun eksternal. Potensi internal berupa ruh, akal, hati dikawinkan dengan potensi eksternal berupa anggota tubuh sehingga menghasilkan integritas transendental menuju keiamanan sejati kepada Allah, Tuhan semesta Alam. Keimanan dalam definisi demikian betul-betul memposisikan manusia secara proporsional. Manusia terdiri dari jasad dan ruh, setiap usaha yang mengarah pada pengawinan antara keduanya adalah usaha yang sangat bagus dan perlu dipertahankan. Kesalahan paham-paham aliran isme-isme pada umumnya ialah selalu menuju orientasi dikotomis ketika menilai manusia sebagai eksistensi. Ada yang menilai manusia terfokus pada bentuk materilnya, sehingga sama sekali melupakan unsur internalnya. Demikian juga sebaliknya, ada yang terlalu sibuk dan fokus pada penilaian internalnya sehingga mengabaikan unsur kesternalnya. Meskipun keduanya harus diupayakan menyatu dan harmonis, namun secara skala prioritas memang unsur internal berupa hati merupakan sumber inti dari terciptanya hubungan yang baik dan sinergis dengan anggota badan. Rasulullah pernah menyatakan: Ketahuilah bahwa dalam jasad (manusia) ada segumpal daging, jika (segumpal daging ini) baik, maka seluruh jasad akan menjadi baik, jika (segumpal daging ini) rusak maka rusak pulalah seluruh jasad, ketahuilah (segumpal daging ini) ialah hati[H.r : Bukhari dan Muslim]. Dengan demikian setiap usaha yang dilancarkan untuk mendikotomi manusia dari unsur jasad dan hatinya maka sama seja merusak eksistensi manusia sebagai mahluk yang terdiri dari ruh dan jasad. Sedangkan keimanan meemadukan dan mengawinkan keduanya dengan sangat cantik dan indah.
            Keimanan dengan pengertian demikian memang tidaklah gampang untuk ditindaklanjuti. Karena saking sukarnya, balasan bagi yang  mampu mempetahankanya hingga mengharuskan dirinya mati ialah ‘medali syahid’. Kalau kita mau membaca lembaran sejarah emas para sahabat Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam, maka akan kita dapati manusia-manusia yang mampu menindaklanjuti keimanan dengan definisi seperti tadi hingga meraih takdir syahidnya. Secara global mungkin yang banyak diketahui ialah mereka para lelaki. Namun perlu diketahui bahwa: dari kalangan wanita ada juga yang mendapatkan kemuliaan syahid lantaran kejujuran dan konsistensinya dalam menerapkan keimanan dengan sebenar-benarnya. Bahkan ia merupakan wanita yang pertama kali syahid dalam Islam. Siapakah dia gerangan? Ia adalah: Sumayyah binti Khabath, ibu kandung dari Ammar, yang merupakan Istri Yasir. Ia merupakan maula (budak) Hudzaifah bin Al-Mughirah (yang telah dibebaskan). Ia merupakan orang yang ketujuh di antara pertama kali yang masuk Islam. Yasir sendiri merukapan sekutu Hudzaifah bin Al-Mughirah. Dinikahkanlah Yasir dengan Sumayyah hingga melahirkan anak yang bernama Ammar. Setelah itu dimerdekakan. Ketika Sumayyah mendengar tentang Islam dari anaknya, hatinya tak kuasa untuk segera menerima agama baru yang baru ia dengar. Ia merasakan bahwa yang disampaikan anaknya merupakan keselamatan bagi keluarganya. Tumbuhlah keimanan di hatinya. Semakin hari keimanan itu semakin kuat bagaikan pohon yang akarnya menembus ke dalam bumi dan batangnya menjulang ke langit. Ketika keimanan sudah merasuk ke dalam hatinya, ia betul-betul menindaklanjutinya dengan pembenaran, pengikraran segaligus pengamalan.

            Semudah itu kah? Tentu saja tidak. Untuk mempertahankan keimanan model demikian, ia harus tabah dan tegar ketika keimanannya diuji walau harus kehilangan nyawa. Al-Qur`an sendiri menyatakan: Apakah manusia mengira dibiarkan mengatakan: kami telah beriman, sedang mereka belum diuji[Al-`Ankabut: 2]. Keimanannya benar-benar teruji ketika ia beserta suaminya, Yasir tetap tegar dan sabar sewaktu disiksa dengan sedemikian kejamnya oleh Abu Jahal(Amru bin Hisyam). Keimanan yang tumbuh dari dalam hatinya benar-benar bukan saja diikrarkan tapi juga dikawinkan dengan anggota tubuhnya. Sampai pada akhirnya, Abu Jahal menikam kemaluannya dengan tombak, hingga ia meninggal meraih ‘medali syahid’ wanita muslim pertama. Sewaktu Rasulullah melihat keluarga Yasir disiksa sedemikian rupa Rasulullah berkomentar: kesabaran untuk keluarga Yasir, sesungguhnya kalian dijanjikan surga. Ya Allaah...Ketegaran dan kesabarannya menjadikannya sebagai wanita yang pertama kali syahid. Bukan sekadar mendapatkan kemuliaan sebagai wanita yang termasuk pertama kali masuk Islam, ia juga menjadi wanita yang pertama kali syahi berjuang di jalan Allah. Mungkin ia tak berambisi mencari itu. Keikhlasan dan ketulusan imanlah yang membuatnya dianugerahkan kenikmatan yang begitu besar itu berupa kesyahidan. Pernahkah anda membayangkan wahai kaum hawa, ketika nanti pertama kali dibangkitkan pada hari kiamat anda mendapatkan kemulian sebagai wanita yang syahid? Kalau jawabannya iya, maka sejauh mana aktualisasi keimanan yang dibuktikan kepada Allah. Kalau jawabannya tidak, maka pastikan bahwa keimanan anda tidak begitu tumbuh subur atau sama sekali kering kerontang laksana tetumbuhan kekurang air. Iman yang benar membuat empunya semakin tumbuh subur dengan senantiasa mengejawantahkan keimanannya dengan amalan nyata. Keimanan bukanlah sekadar kata-kata indah yang menghiasi bibir, akan tetapi merupakan tindak lanjut dari komitmen hati, lisan yang diaktualisasikan dengan perbuatan. Pantaslah jika Sumayyah mendapat kemuliaan sebesar ini. Siapakah diantara kita yang mau meneladaninya? .
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan