Nikmat
sehat dan kesempatan merupakan dua nikmat yang sering kali dilalaikan oleh
manusia. Banyak sekali di antara manusia yang lupa bersyukur ketika dia diberi
nikmat sehat dan kesampatan oleh Allah subhanahu wata`ala. Baru setelah
kedua nikmat itu dicabut, timbullah rasa penyesalan yang mendalam untuk
mendambakan nikmat itu kembali, bahkan berjanji untuk bersyukur. Seandainya
manusia benar-benar mensyukuri kedua nikmat tersebut, niscaya syukur dan sabar
akan mampu dilakukan sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan dunia menuju
akhirat. Orang yang tak pandai bersyukur, tidak akan mungkin pandai bersabar.
Kalau manusia pada umumnya: mana yang anda pilih penya kesempatan dan sehat wal
afiat apa tidak punya kesempatan dan sakit-sakitan? Bisa ditebak pasti
jawabannya: ingin punya kesempatan sekaligus sehat. Tentu saja ini jawaban yang
lumrah dan normal. Mana ada orang ingin ga punya kesempatan dan ingin sakit.
Eit ..... tunggu dulu, jika kita mau jeli membaca sejarah emas sahabat Nabi
Muhammad shallalahu `alaihi wasallam ternyata ada yang menyalahi jawaban
tadi. Ada sahabat yang memiliki permohonan unik kepada Allah. Permohonannya
menyalahi kebanyakan manusia. Ia malah ingin sakit sepanjang hayat. Siapakah
gerangan sahabat yang unik itu? Berikut kisahnya:
“Bersumber dari Sa`id al-Khudri
ia menceritakan bahwa ada salah seorang lelaki dari kalangan orang muslim
bertanya: Ya Rasulallah apa pendapatmu tentang penyakit yang menimpa kami, kami
dapat apa? Nabi menjawab: sebagai kaffarat (penebus dosa). Lalu Ubay bin
Ka`ab bertanya: “Ya Rasulallah meski penyakit itu ringan?” Rasul menjawab: meskipun
hanya terkena duri, atau yang lebih kecil darinya. Lalu Ubay berdoa agar
tidak dipisahkan dari penyakit demam hingga meninggal dunia, dan meminta agar
penyakit demam itu tidak menghalangi dirinya untuk haji, umrah, jihad dan
shalat wajib secara berjama`ah. Abi
Sa`id al-Khudri berkata: “Tidak seorangpun yang menyentuh Ubay pasti merasakan
panas padanya hingga ia meninggal dunia”. Di riwayat lain dijelaskan: Ubay
berkata: Ya Rasulallah apa ganjaran orang kena penyakit demam? Rasulullah
menjawab: kebaikan akan mengalir pada yang ditimpanya. Lalu Ubay berdoa:
Ya Allah sungguh aku meminta pada-Mu sakit demam yang tidak menghalangiku
keluar di jalan-Mu. Maka (setelah itu) tidaklah Ubay disentuh, melainkan
terkena penyakit demam(Hr. Ahmad, ibnu Hibban dan Thabrani)”.
Riwayat
itu menjelaskan kepada kita keunikan sahabat yang bernama Ubay bin Ka`ab.
Sahabat kawakan yang pakar dan piawai dalam bidang qira`ah. Ia sangat disiplin,
zuhud, dan termasuk sahabat yang terdepan dalam masalah keilmuan. Ia juga
merupakan satu-satunya sahabat yang Allah memerintahkan Nabi-Nya langsung
membacakan ayat-ayat-Nya dari langit ke tujuh kepadanya langsung. Lihat betapa
aneh permintaannya!. Ia ingin diberikan sekit demam sepanjang hayatnya. Kalau
kita amati benar-benar penggalan riwayat di atas kita akan menemukan pelajaran
yang berharga. Sebagaimana manusia pada umumnya, sebenarnya ia juga
menginginkan kondisi yang sehat. Tetapi pada umumnya kesehatan den kesempatan
ternyata banyak yang membuat orang terlena. Ia terkesima mendengar penjelasan
Rasulullah bahwa sakit merupakan kaffarat bagi dosa. Sakit juga merupakan
kebaikan yang mengalir pada yang ditimpanya, tentu saja kalau pasrah dan ikhlas
karena-Nya. Tapi yang unik ialah Ubay tak sekadar meminta sakit sepanjang
hayat, tapi disertai dengan ungkapan: sakit yang tidak menghalangiku berjuang
di jalan Allah.
Ya Allah,
Allahu Akbar. Siapa yang berani di antara kita yang bersikap seperti Ubay bin
Ka`ab. Melalui media sakit, dia bisa selalu bersyukur dan ingat kepada Allah.
Ia tahu betul bahwa kesempatan dan kesehatan justru banyak melenakan orang.
Dengan meminta sakit sepanjang hayat yang tak menghalanginya berjuang di jalan
Allah, dia memiliki dua keuntungan sekaligus: dosa-dosanya akan senantiasa
terhapus, dan dia akan selalu dialiri kebaikan, karena sakit tak menghalanginya
untuk berjuang di jalan Allah. Inilah salah satu keunikan generasi sahabat,
sakitpun bisa dihikmahi dan diarifi sedimikian rupa untuk mengharap ridha Allah
subhanahu wata`ala. Lalu bagaimana dengan kita yang masih punya banyak
kesempatan dan masi sehat bugar ini? Kebaikan apa yang bisa dilakukan di masa
yang akan datang? Apakah kita bisa menjadi hamba yang bersyukur dengan
kenikmatan yang diberi Allah, atau malah menjadi hamba yang kufur, yang terbuai
oleh nikmat kesempatan dan kesehatan yang justru membuat diri tenggelam dan
terperosok pada jurang kemaksiatan, sehingga semakin menjauhkan diri dari
rahmat dan ridha Tuhan?
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !