Home » » "Tijaaratan Lan Tabur" Meraih Bisnis Sukses Dunia-Akhirat

"Tijaaratan Lan Tabur" Meraih Bisnis Sukses Dunia-Akhirat

Written By Amoe Hirata on Jumat, 25 April 2014 | 06.08


13 November 2012 pukul 10:32
           “Tijaaratan Lan Tabur” secara harfiah berarti perniagaan / bisnis yang tidak akan pernah (binasa) rugi. Kata “Tijaarah” dalam al-Qur`an  disebut sebanyak delapan kali. Adapun kata yang ada kaitanya dengan bisnis ialah kata “bai`” dan “Syira`”. Kata “bai`” dalam al-Qur`an disebutkan sebanyak lima kali. Adapun kata “syira`” selalu disebut dengan bentu “fi`il” yaitu “Syara” dan “yasyri”sebanyak: empat kali; Sedangkan “isytara” dan “yasytari” sebanyak dua puluh satu kali. Ini menunjukkan bahwa al-Qur`an mempunya perhatian besar terhadap bisnis.
                Figur yang akan diangkat pada tulisan ini adalah Nabi Muhammad SAW.  Muhammad merupakan sosok yang bisa mewakili peraih “tijaaratan lan tabur”. Beliau adalah sosok pebisnis ulung; entrepreneur handal; niagawan sukses; pengusaha teladan yang mampu meraih kesuksesan bisnis bukan hanya pada sekala dunia, tapi juga sukses hingga sekala akhirat.
                Mungkin kita akan bertanya-tanya mengapa beliau bisa meraih sukses besar dalam berbisnis? Apa kiat-kiat yang ditempuh oleh beliau? Dan bagaimana cara meraihnya? Bagaimana beliau memadukan kesuksesan bisnis dunia-akhirat? Prinsip-prinsip apa saja yang beliau pegang untuk meraih kesuksesan yang luar biasa itu? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, perlu kiranya kita falshback ke belakang menengok kembali sejarah beliau sekitar lima belas abad yang lalu.
                Muhammad SAW hidup di tengah-tengah lingkungan yang profesi intinya ialah berdagang. Suku Qurays adalah suku beliau yang oleh al-Qur`an digambarkan sebagai suku yang menekuni bidang perniagaan yang disebut al-Qur`an dengan rihlah as-Syitaa`(perjalanan dagang musim dingin ke Yaman) dan rihlah as-Shaif(perjalanan dagang musim panas ke Syam). Bapak beliau adalah pebisnis; paman beliau Abu Thalib juga merupakan pebisnis. Jadi bakat bisnis sudah ada dalam diri beliau. Semua ini karena didukung oleh lingkungan yang memadai dan keluarga yang mayoritas pebisnis juga turut mempengaruhi sepak terjang beliau dalam dunia bisnis.
                Sebelum menjadi Nabi, sejak usia dua belas tahun hingga usia dua puluh lima tahun sudah merintis dan menekuni bidang bisnis niaga. Terlebih lagi tatkala beliau menikah dengan Khadijah Sang Business Girl tenar di Makkah kala itu maka usaha bisnis beliau semakin maju dan mengalami perkembangan pesat. Jadi beliau merintis dan menekuni bidang bisnis dari usia yang sangat muda sampai sukses bersama Khadijah menempuh waktu sekitar dua puluh delapan tahun.
                Perjalanan bisnis pertama beliau ialah ketika berusia dua belas tahun. Beliau diajak pamannya untuk ikut serta dalam perjalanan bisnis dagang ke luar negeri, tepatnya negeri Syam. Dari perjalanan bisnis itu, Muhammad SAW mendapat pengalaman yang sangat berharga. Beliau tidak hanya belajar bisnis, tapi dari pengalaman ini beliau juga membangun link-link bisnis; mengetahui lokasi-lokasi strategis bisnis; menciptakan sinergi bisnis yang kondusif; lebih dari itu beliau juga mengetahui karakter orang orang dan wilayah-wilayah yang beliau lalui sehingga pengalaman ini sangat membantu dalam perjalanan beliau ketika nanti menjadi Nabi. Buktinya pada tahun kelima kenabian beliau mencetuskan ide brilian -- ketika kaum muslimin ditindas sedemikian rupa-- yaitu berupa hijrah ke Habasya(Etiopia) yang digambarkan bahwa di sana ada seorang raja yang adil. Ide ini tidak akan muncul, jika Rasulullah tidak pengalaman bisnis. Karena melalui litelatur sejarah ternyata antara suku Qurays dan penduduk Habasyah memiliki hubungan bisnis yang erat. Tidak menutup kemungkinan, dalam perjalanan niaganya Beliau pernah mengunjungi negeri Habasyah.
                Perjalanan bisnis kedua ialah ketika beliau berusia dua puluh lima tahun. Beliau diajak kerjasasama oleh Khadijah owner perusahaan dagang terkenal kala itu. Khadijah mempercayakan bisnisnya pada Muhammad bukan tanpa alasan. Muhammad adalah pemuda yang amanah dan jujur. Sedangkan amanah dan jujur merupakan modal utama untuk meraih bisnis yang sukses. Kisah mengenai kejujuran dan keamanahan Muhammad sudah menyebar luas di kalangan penduduk Makkah kala itu, hingga kabar itupun sampai kepada Khadijah sehingga membuatnya tertarik untuk menjalin kerjasama dengan Muhammad.
                Sepulang dari Syam, beliau maraup keuntungan yang sangat besar melebihi orang-orang yang sebelumnya diajak kerjasama oleh Khadijah. Ini membuat Khadijah kagum dan bangga sebagai pemilik bisnis dan Ia juga tertarik sebagai wanita, hingga akhirnya terjadilah pernikahan antara keduanya. Menurut catatan sejarah, waktu menikah dengan Khadijah, mahar yang diberikan Muhammad ialah dua puluh onta dan beberapa gram emas. Kalau harga onta sekitar 11 juta, maka kalau dikalikan berjumlah 220.000.000(Duaratus dua puluh juta rupiah) itu belum emasnya. Ini mengindikasikan bahwa sebagai pebisnis beliau tergolong sukses. Di usianya yang tergolong muda (dua puluh lima tahun) mampu memberi mahar sejumlah itu.
                Setelah menjadi Nabi dan Rasul, beliau tidak lagi mengurus secara langsung bisnis yang beliau jalankan. Harta yang beliau miliki dengan Khadijah dikerahkan sepenuhnya untuk kepentingan Islam.Ketika menjadi Nabi, dan Rasul beliau telah mandiri secara finansial, sehingga tenaga dan pikirannya bisa dicurahkan sepenuhnya untuk kepentingan dakwah. Meskipun demikian beliau tetap mempunyai perhatian besar dalam masalah bisnis. Kalau sumber rejeki itu dua puluh persen maka yang satu persen dari usah profesional dan yang sembilan belas persen dari bisnis dagang, begitu dalam salah satu sabda beliau. Di lain kesempatan beliau juga mendorong umatnya untuk berniaga. Bahkan yang menarik, bahwa melalui link bisnis, banyak sekali mitra bisnisnya yang masuk Islam, seperti Abu Bakar, yang mampu mengajak mitra bisnis lain mengikuti dakwah Rasulullah SAW.
                Beliau kadang terlibat langsung dalam bisnis, terkadang juga mewakilkannya pada orang lain. Beliau memerintahkan para pedagang supaya berbisnis dengan baik, jujur dan sedekah. Beliau juga memerintahkan agar orang yang berdagang itu penuh toleransi, menerapkan kemudahan dalam urusan jual-beli. Beliau juga mendorong untuk memenuhi hak pembeli dengan sebaik-baiknya. Beliau juga menyarankan agar pebisnis tidak merasa marah jika pembeli tidak jadi membeli barang dagangannya. Di lain kesempatan Rasulullah SAW terjun langsung menawar barang. Ia juga menyuruh pedagang untuk memberatkan timbangan untuk pembeli. Bahkan beliau juga menganjurkan untuk emberi kemudahan pada pembeli yang kesusahan uang bahkan membiarkannya. Beliau  melarang transaksi riba, jual-beli gharar(yang tidak jelas), menipu, curang dalam berbisnis.  Demikianlah diantara bentuk ajaran Rasulullah ketika menjadi Nabi, meskipun prinsip-prinsip itu sudah beliau laksanakan secara aplikatif sebelum jadi Nabi.
                Yang tidak kalah penting dan jarang disebut pada literatur sejarah ialah bahwa ketika hijrah ke Madinah ada beberapa gagasan yang dicangankan Rasulullah selain, pembangunan masjid, mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar, perjanjian damai, gagasan itu ialah menciptakan pasar secara mandiri. Kala itu yang menguasai pasar adalah orang-orang Yahudi, dalam bisnis orang yahudi sangat eksploitatif dan menerapkan sistem riba. Ini sangat memberatkan bagi penduduk sekitar. Karena itu, gagasan untuk menciptakan pasar sendiri dan independen merupakan gagasan yang brilian. Gagasan itu tidak akan muncul dari orang yang tidak memiliki kecerdasan dan progesifitas bisnis yang benar- benar terpercaya. Gagasan ini disambut baik oleh para sahabat, sehingga dalam waktu beberapa bulan, kaum muslimin bisa mempunyai pasar sendiri dan dapat memutar roda ekonomi secara teratur dan makmur. Kita ketahui bahwa masalah finansial adalah masalah terpenting selain setabilitas keamanan untuk mendirikan sebuah negara.
                Dari gambaran sejarah yang telah dipaparkan di atas, sekarang akan dijawab satu persatu mengenai soal-soal yang tertera pada awal pembahasan tadi. Pertama: Rasulullah SAW meraih kesuksesan besar dalam berbisnis karena beliau menjadikan bisnis sebagai sarana untuk menciptakan kohesi, dan sinergi sosial. Bisnis dijadikan sebagai sarana, bukan tujuan. Karena ada misi kemanusiaan yang lebih penting dari sekedar bisnis. Dengan bisnis beliau bisa menyapa banyak orang, menjalin pergaulan simpati, menciptakan link-link sosial, menumbuhkan semangat soladiritas antar manusia. Sehingga dengan tanpai dicari dengan keraspun kalau semua itu sudah terjalin dengan baik maka keuntungan akan datang dengan sendirinya dan tanpa disangka-sangka, yang diistilahkan al-Qur`an dengan min haitsu la yah tasib. Dari beliau kita belajar bahwa jika anda ingin sukses dalam bisnis maka jangan hanya mengandalkan berpikir linier dengan menjadikan bisnis sebagai tujun. Berpikirlah secara siklikal, yang menjadikan bisnis sebagai sarana untuk membuka pintu hati manusia. Karena bila hati manusia bisa terbuka maka peluang keuntungan akan lebih besar daripada sekedar bertujuan murni bisnis.
                Kedua: Kiat-kiat yang ditempuh oleh beliau dalam berbisnis ialah dengan kejujuran, amanah, keramahan, dan profesionalitas. Kejujuran mengharuskan pedagang agar transparan dalam berbisnis, tidak boleh ada unsur penipuan dan kecurangan di dalamnya dan ini merupakan salah satu rahasia sukses beliau. Amanah mengharuskan terciptanya rasa aman baik pada barang dagangan dan perilaku pedagang sehingga akan terlahir rasa nyaman dan tenteram pada diri pembeli sehingga merasa senang untuk membeli kepadanya. Keramahan sebagai usaha efektif harmonis untuk menciptakan suasana transaksi yang enak dan nyaman. Orang yang ramah akan senantiasa digemari. Orang yang ramah itu bagaikan gula yang dikerubungi semut. Profesionalitas menggambarkan bahwa beliau punya keahlian di bidang bisnis. Untuk mencapai profesionalitas dibutuhkan waktu yang cukup memadai.
                Ketiga: Cara meraih bisnis sukses ialah dengan terjun secara langsung menjalani transaksi bisnis. Belajar pada orang-orang yang sukses bebisnis. Sejak usia dua belas tahun beliau sudah dibimbing sedemikian rupa oleh pamannya dalam dunia bisnis. Tetapi sekali lagi, bukan bertujuan untuk mengeksploitasi manusia tetapi untuk menciptakan keselarasan dan keharmonisan antar manusia. Karena yang beliau cari dari bisnis bukan keuntungan pribadi saja, tetapi lebih dari itu ada nilai-nilai yang hakiki yang beliau terapkan untuk menyapa dan menciptakan keharmonisan sosial.
                Keempat: Beliau sangat piawai dalam memadukan bisnis bukan hanya sekala dunia tapi juga akhirat. Hubungan bisnis horisontal dengan manusia sukses, dan  hubungan bisnis vertikal dengan Allah SWT juga sukses. Banyak sekali ayat yang menggambarkan bahwa hubungan denga Allah SWT seperti bisnis perniagaan. Anda bayangkan jika mitra bisnis itu Allah SWT pasti anda akan untung besar. Satu amalan kebaikan saja bisa dilipat gandakan menjadi tujuratus kali lipat, apa lagi amalan yang banyak. Lebih dari itu bahwa sebenarnya Allah SWT tidak butuh dengan transaksi itu, tapi keuntungan sejatinya kembali pada manusia. Itu merupakan sebuah metafor untuk menggambarkan bahwa bertransaksi dengan Allah itu akan mendapatkan untung besar. Tapi yang lebih penting bahwa dalam kegiatan berbisnis dengan manusia, jangan sekali-kali menjauhkan dari nilai-nilai yang diajarkan-Nya. Melakukan transaksi apapun jangan sekali-kali merasa jauh dengan Allah SWT. Usahakan menciptakan kesadaran penuh di setiap transaksi bisnis bahwa Allah SWT mengawasinya. Dengan demikian akan lahir sikap jujur dan benar dalam berbisnis, sehingga kesuksesan bisnis dunia-akhirat bisa dipadukan.
                Kelima: Prinsip-prinsip yang beliau pegang dalam berbisnis ialah seperti penjelasan diatas yaitu: Jujur, Amanah, Ramah dan Profesional. Dan lebih penting dari itu adalah berbisnis bukanlah bisnis itu sendiri, tetapi ingin menciptakan rahmat dan kasih sayang diantara manusia sehingga bila rahmat itu sudah terpancar sedemikian rupa maka akan terpancar pula rahmat Allah SWT kepada kita sehingga akan meraih sukses bisnis dunia akhirat.
                Jadi, tijaratan lan tabur” sukses bisnis dunia-akhirat dapat kita peroleh jika kita betul-betul menaladani ajaran beliau dalam berbisnis. Berbisnis bukan untuk sekedar mencari keuntungan pribadi tetapi untuk menciptakan kesejahteraan sosial; berbisnis sebagai sarana, bukan tujuan; berbisnis bukan semata bisnis tetapi untuk menciptakan kohesi sosial yang dapat memancarkan rahmat Tuhan. Semoga kita bisa meneladani ajaran beliau dan mampu menjadi pebisnis sukses dunia-akhirat. Wallahu a`lam bis shawab

Sumengko, Selasa 13 November 2012
By: Amoe Hirata

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan