Debur ombak kehidupan
menerpa deras jiwaku............
Terpelanting jauh aku
menunggu...........
Terkapar sendiri aku
menanti...........
Cinta yang pernah
terjalin..........
Hingga tiga kali
terulang.............
yang ku dapat hanyalah
bayang –bayang........
Menyosok hantu
seram.....
Bergentayang merasuki
jiwaku..........
jiwa ini sudah
sedemikian penat............
Tak lagi kuat......
Tak mampu lagi
menampung..........
Luapan kesedihan yang
makin menggelembung.....
Demikian tulis Anjani dalam sesobek kertas yang berlumur air mata. Ia tak kuasa
menahan kesedihan yang sedemikian memekatkan jiwanya; kemarahan yang
menggelayuti hatinya; kehampaan yang menerpa kalbunya. Berulang-ulang Ia
dibohongi oleh tiga orang laki-laki. Ketiganya memang bertampang Sholeh, baik,
alim dan santun, namun dibalik tampang yang memikat itu sungguh tersimpan hati
serigala, karena tak segan memangsa, menipu mangsanya.
Senja itu, Anjani terlihat putus asa dan kehilangan harapan. Ia duduk termangu
seorang diri. Meratapi nasib yang tak memihak dirinya. Ia merasa sudah
membangun istana cinta. Namun, cinta yang ia bangun ternyata hancur seketika
oleh penghianatan kekasihnya.
Di sela-sela kesedihan yang menerpanya,
Ia secara tak sengaja melihat dari kejauhan seorang pincang yang sedang khusyuk
mencari rumput bersama anaknya. Ia terlihat telaten, sabar, dan ulet meski
pincang. Orang pincang itu terlihat sumringah, air mukanya menggambarkan
lukisan optimisme yang menawan pandang.
Ketika merasa dilihat dari kejauhan,
akhirnya orang pincang itu mendatangi Anjani sembari bertanya: “ Dik,
Kamu sedang apa kok terlihat sedih? Apa ada yang bisa saya bantu?”
Anjanipun menceritakan semua yang sedang Ia alami. Setelah mendengar secara
saksama, orang pincang itu melantun puisi:
Bila kau pandang cinta
Hanya fisik belaka
Berarti kau
salah sangka
Bila kau rasa cinta
Hanya tampang belaka
Berarti kau salah kira
Jangan pernah kau
batas cinta
Dengan batas pandangmu
Karna kau kan tertipu
Mendengar lantunan puisi orang pincang tadi membuat Anjani bangkit. Gema cinta
yang ada dalam relung hatinya seakan kembali menggema. Bahwa cinta yang ia
pandang selama ini hanyalah cinta palsu. Selama ini ia tertipu oleh penampilan.
Terpesona oleh tampang. Bila ia ingin meraih takdir cinta sejatinya Ia harus
segera membongkar batas-batas yang sedang mengurung dirinya. Ia harus
membebaskan diri dari belenggu cinta yang salah dipahami.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !